Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
129
merubah sinyal digital yang telah diolah sebelumnya menjadi sinyal analog.
Dengan menerapkan fungsi phase accumulator pada rangkaian sinyal digital, arsitektur DDS dapat
dirubah agar lebih fleksibel. Diagram blok arsitektur tersebut dapat diperlihatkan seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Frequency –Ttunable Sistem DDS [22]
Apabila bagian DDS tersebut dilihat lebih detail, masing – masing blok mempunyai cara kerja
dan sinyal output yang berbeda. Sinyal output yang berbeda tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Gambaran Sinyal pada Blok DDS
Sinyal yang dihasilkan dari masing –masing bagian dalam bentuk digital kemudian dirubah
menjadi sinyal analog dengan menggunakan DAC. Angka – angka tersebut di simpan dalam sebuah
memori yang disebut memori lookup table.
2.1.1. Phase Accumulator
Accumulator fasa berfungsi untuk
menjumlahkan informasi fasa dari tahap sebelumnya. Karena yang akan disintesis adalah frekuensi, maka
nilai frekuensi adalah tetap. Frekuensi adalah turunan pertama dari fasa
. Turunan pertama tersebut bernilai konstan jika grafik fungsi fasa berbentuk garis
lurus atau pertambahan nilai fasanya tetap. Karena itu accumulator
ini juga disebut accumulator fasa. Ditinjau dari segi data yang diolah maka
terdapat dua struktur accumulator, yaitu struktur accumulator
yang memanipulasi data biner dan struktur accumulator yang beroperasi dengan basis
desimal. Data yang diakumulasi oleh accumulator adalah data dengan format BCD Binary Coded
Decimal.
Accumulator pada dasarnya adalah gabungan
antara perangkat yang disebut adder dan perangkat register
. Dari kedua bagian perangkat ini, adder adalah bagian yang sering dioptimasi dilakukan
peningkatan kerja , karena semakin lebar jumlah bit dalam accumulator, waktu tunda yang diakibatkan
bagian adder tidak bisa diabaikan lagi. Optimasi blok accumulator
tersebut menggunakan metode pipelining untuk rangkaian logika kecepatan tinggi, tetapi
penerapan metode pipelining ini berpengaruh terhadap update rate
dari DDS.
Gambar 4. Diagram Blok Struktur Phase Accumulator [22]
Nilai fasa yang tersimpan pada register frekuensi input ditambahkan ke nilai accumulator fasa
, satu kali setiap perioda clock sistem. Hasil penjumlahan tersebut kemudian dimasukkan ke lookup
tabel LUT . LUT akan merubah informasi fasa tadi
menjadi informasi amplituda. Untuk accumulator seperti yang terlihat pada
gambar 4, frekuensi output F
out
dan frekuensi clock F
ref
yang memiliki hubungan dengan nilai penambahan fasa
dan dinyatakan dengan persamaan :
.....................................................2.1 Pada persamaan 2.1, N adalah jumlah bit
dalam accumulator fasa. Dengan menggunakan persamaan diatas maka akan dapat dihasilkan kenaikan
frekuensi dengan satuan Hertz yang tepat. Proses akumulasi fasa dilakukan dengan
lingkaran fasa. Gambar 5 menunjukkan akumulasi fasa dari sinyal sinus dengan frekuensi 18 frekuensi clock.
Lingkaran menunjukkan akumulasi fasa sebesar π4
setiap siklus clock. Titik-titik pada garis lingkaran menunjukkan nilai fasa pada suatu waktu dan bentuk
gelombang sinus menunjukkan representasi amplituda yang bersesuaian. Perubahan fasa ke amplituda terjadi
dalam lookup table. Terlihat bahwa penambahan fasa selama periode clock adalah
π4 radian atau 18 dari .
Osilasi sinus merupakan vektor yang berputar di sekeliling lingkaran fasa seperti ditunjukkan pada
gambar 6. Setiap titik pada lingkaran fasa ini berkorespondensi dengan satu titik tertentu pada
gelombang keluaran dan titik ini dihasilkan sebagai vektor bergerak di sekeliling lingkaran fasa. Satu
putaran pada lingkaran fasa merupakan satu siklus sinusoidal. Jumlah titik diskrit lingkaran fasa sesuai
dengan resolusi accumulator fasa. Nilai kendali frekuensi masuk k menunjukkan ukuran lompatan
atau jump size.
Dalam domain waktu, sinyal yang dihasilkan dapat dituliskan sebagai persamaan :
............................2.2 DDS melakukan proses sampling pada saat t = nT
ref
dengan T
ref
adalah interval sampling, dan F
ref
= 1T
ref
dalah frekuensi referensi untuk n = 0,1,…
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
130
Gambar 5. Lingkaran Fasa
Gambar 6. Hubungan Fasa Dengan Amplituda
Setiap amplituda sample xnT
ref
dikalkulasi untuk mendapatkan fasa
, dimana : ....................................2.3
Dengan F
out
=k.F
ref
. F
ref
adalah resolusi frekuensi yang juga merupakan frekuensi minimum yang dapat
dihasilkan jika menggunakan referensi frekuensi F
ref
. F
ref
sama dengan Fref2
N
, sehingga: .................................................2.4
Nilai frekuensi keluaran yang diberikan oleh persamaan 2.4 juga disebut dengan DDS Tuning
Equation . Substitusi persamaan 2.4 ke persamaan 2.2
dengan dan t=nT
ref
akan menghasilkan : ..........................2.5
Deretan sampel tergantung dengan besarnya n dan k. Dalam persamaan diatas n sebagai indeks
waktu dan k sebagai indeks frekuensi. Dengan nilai k tetap dan nilai n berubah akan memperoleh
alamat untuk sampel pada frekuensi tertentu. Tetapi jika besarnya nilai k dirubah dan nilai n tetap, akan
diperoleh sampel yang berbeda, yaitu sesuai dengan frekuensi yang berbeda. Parameter inilah yang
menyebabkan terdapat 2 cara perubahan frekuensi untuk sistem DDS [22].
Keluaran accumulator merupakan korelasi antara frekuensi yang diinginkan dengan clock dalam
bentuk phase ramp. Keluaran ini selanjutnya akan menjadi masukan bagi blok ROM atau lookup table.
Keluaran dari phasa accumulator dapat dilihat seperti pada gambar 7.
Gambar 7. Keluaran Phase Accumulator
2.1.2. Sine lookup Table
Komponen kedua DDS adalah memori yang menyimpan pemetaan transformasi linier
ωt→ sinωt. Karena sinyal keluaran dengan kualitas tinggi
memerlukan lebih banyak bit untuk mendefinisikan ωt
dan sin ωt, maka dibutuhkan memori yang lebih
besar. Terdapat beberapa teknik implementasi untuk
ROM ini. Teknik pertama adalah implementasi penuh PROM untuk 4 kuadran sebesar 360
o
. Teknik ini memerlukan memory yang sangat besar. Teknik yang
kedua adalah hanya mengimplementasikan satu kuadran sebesar 90
o
, sedangkan untuk kuadran lain dilakukan operasi pembalikan dan pencerminan
terhadap kuadran pertama. Pembalikan dilakukan oleh sinyal sign dan pencerminan dilakukan oleh sinyal
quad . Hal ini dapat dilaksanakan karena informasi
seluruh kuadran sudah terkandung pada kuadran pertama.
Jika keluaran yang dibutuhkan harus memiliki kecepatan tinggi maka memori hanya memiliki waktu
akses sedikit. Tetapi karena memori merupakan rangkaian paling lambat pada rangkaian sistem, maka
diperlukan pendekatan lain untuk memperoleh
efisiensi dan efektifitas. Cara pertama adalah dengan melakukan multipleks sebesar N memori, sehingga
setiap satu memori hanya beroperasi pada 1N kecepatan
clock sistem. Cara kedua adalah
mengeksploitasi sifat monoton fungsi sinus, sehingga ukuran memori dapat dikecilkan menjadi 150 kali.
Pada cara kedua ini dapat digunakan DSP Digital Signal Processor
. Sehubungan dengan pengaturan frekuensi,
dengan mengakses semua alamat PROM yang dikendalikan bit MSB, quad dan sign dengan kenaikan
sebesar satu maka akan diperoleh frekuensi dasar. Frekuensi yang merupakan kelipatan tidak bulat dari
frekuensi dasar akan dihasilkan, apabila tidak semua alamat ROM dicacah. Dalam hal ini selang alamat
yang dicacah tidak bernilai satu.
Gambar 8. Keluaran Sine lookup Table
Suatu sistem DDS yang kompleks dilengkapi dengan kemungkinan untuk modulasi amplituda,
frekuensi, dan fasa secara digital. Masukan blok LUT
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
131
ini dapat dimodulasi amplituda. Sehingga keluaran blok ini sudah dianggap keluaran sistem DDS dalam
format digital. Adapun keluaran dari sine lookup table diperlihatkan seperti pada gambar 8.
2.1.3. Digital to Analog Converter DAC
Bagian terakhir yang menjadi rangkaian DDS adalah bagian yang melakukan perubahan dari sinyal
digital menjadi sinyal analog untuk dapat digunakan dalam domain analog. Untuk memperoleh laju clock
yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan multiplek pada bagian logika dan memori, namun DAC akan
membatasi unjuk kerja sistem.
DDS dibatasi pada frekuensi yang cukup rendah. Frekuensi tertinggi berkaitan dengan frekuensi
clock yang mampu diberikan kepada rangkaian. Pada
metode DDS juga memiliki derau yang lebih besar dari metode lain. Maka untuk memperoleh keaslian
spektrum yang lebih baik diperlukan proses filter pada keluaran dengan menggunakan Low Pass Filter LPF
yang tepat.
3. MODEL PERANCANGAN SISTEM
Perancangan dan implementasi simulasi DDS dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
simulator MATLAB R2007a 7.4.0.287. Aplikasi DDS disimulasikan akan digunakan pada sistem radar
FMCW Frequency Modulated Countinous Wave. Untuk itu perlu diketahui hasil keluaran dari DDS dan
hasil keluaran tersebut dapat dianalisa. Untuk mempermudah pemahaman prinsip kerja DDS maka
hasil simulasi ditampilkan dalam bentuk domain waktu.
Perancangan dilakukan dengan pembuatan program untuk setiap blok kemudian diamati dan
diukur hasil keluaran dari masing – masing blok. Diagram blok sistem DDS yang dirancang
diperlihatkan seperti pada gambar 9.
Gambar 9. Gambaran Umum Masing – Masing Blok
DDS [1] Dari sistem tersebut terdapat 4 blok yang harus
dirancang. Masing – masing blok mempunyai keluaran yang berbeda. Pada perancangan sistem ini, akan
ditampilkan hasil sinyal keluaran dari masing – masing blok, sehingga dapat dilihat dan dibandingkan
kesesuaian sinyal hasil perancangan dengan teori yang telah dipelajari. Bagian – bagian yang dirancang
adalah akumulator fasa, truncated phase, sine lookup table,
DAC.
Gambar 10. Flow Chart Sistem DDS
Gambar 11. Flow Chart Phase Register
Gambar 12. Flow Chart Phase Accumulator
Gambar 13. Flow Chart Sine Lookup Table
Prosiding Seminar Radar Nasional 2008., Jakarta, 30 April 2008., ISSN : 1979-2921.
132
Sebagai langkah awal perancangan sistem DAC, maka diperlukan diagram alir dari program yang akan
disusun. Hal ini untuk memudahkan dalam pembuatan model sistem DAC. Bentuk flow chart untuk masing –
masing blok dapat dilihat seperti pada gambar 10, 11, 12 dan 13.
4. SIMULASI PEMBANGKITAN SINYAL
PADA SISTEM DDS
Untuk menganalisa simulasi yang dirancang, maka perlu ditambahkan perhitungan secara manual.
Pada pembahasan ini akan dituliskan 2 contoh perhitungan berikut dengan hasil keluaran simulasi.
4.1. Kasus 1
Sistem dengan frekuensi clock 30 Hz, bit accumulator
4 dan tuning word 3, maka susunan data untuk masing – masing blok adalah sebagai berikut :
• Data masukan
• Phase register
• Phase accumulator Data sinyal phase accumulator :
Data sinyal dalam biner :
Bentuk sinyal keluaran phase accumulator hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 15.
Bentuk sinyal keluaran phase accumulator diperlihatkan seperti pada gambar 14.
Gambar 14. Bentuk Sinyal Hasil Perhitungan Phase
Accumulator Untuk Kasus 1
Gambar 15. Bentuk Sinyal Keluaran Phase Accumulator
Hasil Simulasi Untuk Kasus 1
• Phase Truncated Data sinyal phase truncated :
Data sinyal dalam biner : Bentuk sinyal keluaran phase truncated diperlihatkan
seperti pada gambar 16.
Gambar 16. Bentuk Sinyal Hasil Perhitungan Phase
Truncated Untuk Kasus 1
Bentuk keluaran sinyal phase truncated hasil simulasi diperlihatkan seperti pada gambar 17.
Gambar 17. Bentuk Sinyal Keluaran Phasa Truncated Hasil
Simulasi Untuk Kasus 1.
• Sine Lookup Table Perubahan fasa menjadi amplitudo :