M em andikan Jenazah

Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 194 tiga kali. Jika dirasa masih kurang, boleh diguyur lebih dari tiga kali. ♦ Pada gu yu r an si r am an yang per t ama, j enazah di ber si hk an den gan sabu n hi ngga m er at a sel u r u h t ubuhnya. ♦ Pada guyuran kedua, jenazah diguyur dengan air bersih unt uk menghilangkan sisa-sisa busa sabun yang masih melekat di badan. ♦ Setelah tidak ada sabun yang tersisa, pada guyuran ketiga, jenazah diguyur dengan air yang telah dicampur dengan kapur barus. ♦ Ket ika memandikan jenazah, yang didahulukan adalah anggot a-anggot a wudlu’ t er lebih dahulu, yakni, muka, t angan , kepal a, dan kaki . Set el ah anggot a wudl u ’ diber sihkan, bar ulah kemudian membersihkan selur uh anggota tubuh. Bagian belakang t ubuh jenazah, seperti pun ggun g dan pant at , di ber si h kan dengan car a memi ringkan t ubuh mayat ke ki ri dan ke kanan, lalu dibersihkan. ♦ Dalam memandikan jenazah, disunnahkan mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan. d Ketentuan Umum Bagi Or ang yang M emandi kan Jenazah ♦ Laki-laki memandikan jenazah laki-laki, dan perempuan memandikan jenazah perempuan. Seorang wanita boleh dimandikan oleh mahramnya yang laki-laki. Ketentuan ini didasarkan pada sabda Nabi Saw, “Jika kamu ‘Aisyah Ra meninggal l ebih dahulu sebelum saya, saya akan memandikanmu”. [HR Imam Ahmad dan Ibnu Majah]. ♦ Orang yang memandikan jenazah hendaknya dipilih dari kalangan keluarga terdekat yang bisa dipercaya dan fakih dalam urusan agama. ♦ Suami diperbolehkan memandikan jenazah isterinya, begitu juga sebaliknya, seorang isteri boleh memandikan jenazah suaminya. Ket ent uan ini didasarkan pada hadit s yang diriwayatkan oleh Imam Daruqutni dari Asma’ binti Umaisy Ra, bahw asanya Fatimah Ra ber w asiat supaya Ali Ra memandikannya apabila meninggal dunia”. [ H R I mam Daruqutni]. ♦ Orang yang memandikan jenazah dilarang menceritakan aib atau cacat tubuh dari jenazah. Larangan ini didasarkan pada sabda Nabi Saw, “Bar angsiapa memandikan jenazah dan dijaganya keper cayaan dan tidak membuka r ahasia sesuat u yang cacat pada jenazah kepada or ang l ain, Bab 11 | Fikih Pengurusan Jenazah 195 maka kel uar l ah di a dar i segal a dosa sebagai m ana keadaannya sew aktu bar u dilahir kan dar i ibunya”. Nabi ber sabda kembal i , “H endakl ah y an g mengat ur n y a adalah keluar ga sendir i yang ter dekat jika mer eka bisa memandikan jenazah. Jika tidak bisa, maka, hendaknya di mandi kan ol eh or ang y ang hat i -hat i w ar a’ dan amanah”. [ HR I mam Ahmad]

2. M engkafani Jenazah

Set elah j enazah sel esai di m andi kan dan di ker ingkan dengan handuk, kewaji ban ber ikut nya adalah mengkaf ani jenazah. Ket ent uan dalam hal mengkaf ani jenazah adal ah sebagai berikut: ♦ M engkafani jenazah sedikitnya dengan menggunakan satu lapis kain yang bisa menutupi seluruh tubuh jenazah. Jika t idak bisa menut up seluruh anggot a t ubuh, hendaknya ditutup terlebih dahulu bagian kepalanya. ♦ Kain kafan disunnahkan berwarna putih bersih dan diberi wangi-wangian. Namun, jika kain putih tidak ada, boleh menggunakan kain dengan warna apa saja. I mam Abu Dawud dan Tirmizi menuturkan sebuah hadis dari I bnu ‘Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, yang art inya: “ Kenakanlah pakaian yang ber w ar na put ih. Sebab, pakai an ber w ar na put i h adal ah sebai k-bai k pakaian untuk kalian. Dan kafanilah or ang-or ang yang meni nggal di ant ar a kal i an dengan kai n ber w ar na putih”.[ HR I mam Abu Dawud dan Tirmi i] . ♦ Unt uk j enazah laki -l aki, di si apkan 3 lapis kai n kafan panjang dan lebar yang bisa menutup seluruh tubuh, dan 2 kain yang dibent uk seper t i baju kurung dan serban. Caranya menyusun kai n kafan unt uk laki -l aki adal ah sebagai berikut; † Diletakkan terlebih dahulu, tali pengikat kain kafan sebanyak empat buah yang let aknya diperkirakan tepat di kepala, tangan, lutut, dan mata kaki jenazah. † Setelah itu diletakkan kain panjang sebanyak tiga la- pis. M asing-masing lapis kain, hendaknya ditaburi dengan kapur barus atau wangi-wangian lainnya. † Lalu, di atas lapis yang ke-tiga diletakkan baju kurung dan serban yang dikenakan kepada jenazah. † Set elah it u, jenazah mengenakan baju kurung dan serban, mayat dibungkus dengan kain tiga lapis tadi, hingga sempurna menutup seluruh anggota tubuh. † Setelah itu, kain kafan diikat dengan ikatan yang telah disiapkan, yakni di bagian kepala, tangan, lutut, dan mata kaki. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 196 ♦ Untuk jenazah wanita disiapkan 2 lapis kain putih panj ang dan l ebar yang bi sa m enut up sel ur uh an ggot a t u bu h, 1 k ai n yan g di bent uk men j adi sarung, 1 buah baju kurung, dan 1 buah kerudung. Tata cara mengkafaninya sama seperti di atas. ♦ Set el ah j enazah sel esai di kaf ani , hendak nya dilet akkan di at as meja at au dipan panj ang agar mudah dibawa dan disalatkan.

3. M enyalatkan Jenazah

Ket ent uan-ket ent uan umum m engenai sal at j enazah adalah sebagai berikut: a Syar at Sah Salat Jenazah ♦ Sal at j enazah sebagaimana sal at -salat lai nnya, harus m em en uh i syar at : menu t u p au r at , suci dar i h adas, suci nya badan, pakai an, dan pakai an dar i naj i s, dan menghadap ke arah kiblat. ♦ Mayat sudah dimandikan dan dikafani secara sempurna. ♦ Mayat diletakkan di kiblat melintang, kepala di letakkan di utara sedangkan kaki diletakkan di selatan. b Rukun Salat Jenazah ♦ Niat mengerjakan salat jenazah Salat jenazah dianggap tidak sah, jika tidak diniatkan untuk salat jenazah. Ketentuan mengenai niat didasarkan pada sabda Rasulullah SAW: “ Sesun ggguhn y a am al i t u t er gan t ung den gan niatnya.”[ HR Mutafaq ‘Alaih] . ♦ Berdiri bagi yang mampu berdiri. Ber di ri t egak di dalam sal at makt ubah adalah waj ib. Sedangkan, di dalam salat sunnah t idaklah wajib. [ Ali Ragib, Ahk m A - al h, hal. 44; Sayyid S biq, Fiqh as- Sunnah, juz 1 hal. 101] . Hanya saja, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh I mam M uslim, salat sunnah yang dikerjakan dengan duduk, hanya mendapat kan pahala separuh dari salat yang dikerjakan dengan berdiri. ♦ Takbir empat kali. Di dalam r iwayat -r iwayat ahih dit uturkan bahwa Nabi SAW kadang-kadang bertakbir sebanyak lima, enam, dan tujuh takbir. Ketentuan mengenai takbir 4 kali didasarkan pada hadis yang diriwayat kan oleh I mam Baihaqi dan تﺎﻴـــــﻨﻟﺎﺑ لﺎﻤــــﻋﻻاﺎﻤﻧإ ِ َ ِّ ِ َ ِ ُ َ َ ْ َ ْ ّ