1. Riba N a si’a h

Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 8 6

c.2. Riba Al-Fadl

Riba yang diambil dar i kelebihan dari per tukaran barang yang sejenis. Dalil pelarangannya adalah hadis yang ditut urkan: “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir , kur ma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara, dan kontan. Apabila jenisnya ber beda, juallah sesuka hat imu jika dilakukan dengan kontan”. [HR Muslim dari Ubadah bin amit Ra]. “Emas dengan emas, setimbang dan semisal; per ak dengan perak, setimbang dan semisal; barang siapa yang menambah atau meminta tambahan, maka tambahannya itu adalah riba”. [HR Muslim dari Abu Hurairah] Dari Said bin Musayyab bahwa Abu Hurairah dan Abu Sai d: “Sesungguhnya Rasulul lah Saw mengut us saudara Bani Adi al-An ari untuk dipekerjakan di Khaibar. Kemudian dia dat ang dengan membawa kurma Janib salah satu jenis kurma yang berkualitas tinggi dan bagus. Rasulullah Saw bersabda, “Apakah semua kurma Khaibar seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah . Sesunguhnya kami membeli satu sha’ dengan dua a’ dari al-jam’ salah satu jenis kurma yang jelek, ditafsirkan juga campuran kurma. Rasulullah Saw bersabda, “ Jangan K h azan ah Di dalam Kitab I ’ nat al- alib n disebutkan; riba t er masuk dosa besar , bahkan termasuk sebesar- besarnya dosa besar min akbar al-kab ir. Pasalnya, Rasulullah SAW telah melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penuli snya. Selain itu, Allah SWT dan Rasul-Nya t elah memak- l umkan perang t er hadap pelaku riba. Di dal am Ki t ab An - Nihayah dituturkan bahwa- sanya dosa ri ba i t u lebih besar dibandingkan dosa zina, mencuri, dan minum khamer. Imam Syarbini di dalam Kitab al-I qna’ juga menyatakan hal yang sama. kamu lakukan it u, t api tukar lah yang setar a atau juallah kur ma yang jelek itu dan belilah kurma yang bagus dengan uang hasil penjualan itu. Demikianlah timbangan itu”. [ HR M us- lim] .

c.3. Riba Al-Ya dd

Riba yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam pert ukar an barang-barang. Dengan kat a lain, pihak peminjam dan yang meminjamkan uang barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima. “Emas dengan emas r iba kecuali dengan di bayar kan kont an, gandum dengan gandum r i ba kecuali dengan dibayarkan kontan; kur ma dengan kurma riba kecuali dengan dibayar kan kontan; kismis dengan kismis r iba, kecuali dengan dibayarkan kontan HR Al-Bukhari dari Umar bin Al-Kha ab “Per ak dengan emas r iba kecuali dengan dibayar kan kontan; gandum dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayar kan kontan; kur ma dengan kur ma r iba kecuali dengan dibayar kan kontan”. [Ibnu Qudamah, Al-Mugni, juz IV, hal. 13] . . Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam 8 7

c.4. Riba Qa r d

Ri ba qar a adal ah m emi nj am u ang k epada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan bagi pemberi pinjaman. Pelarangan ini sejalan dengan kaedah ushul fikih: “Kullu qar jar r a manfa’atan fahuw a r i ba”. Ar t i n ya: “ Set i ap pi nj aman yang menar i k keuntungan membuahkan bunga adalah riba”.[ Sayyid S biq, Fiqh al-Sunnah, edisi terjemahan; jilid xii, hal. 113] . K h azan ah “Apabila zina dan r iba telah nampak mendominasi di suat u kampung, maka sesungguhnya mer eka t el ah menghalalkan dir i mer eka dar i azab Allah”. [ H R A - abrani dan Al- Hakim dari Ibnu Abbas].

d. Per bedaan Riba dengan Jual Beli

1 Dalam jual beli, ant ara pembeli dan penjual sama-sama mendapatkan pertukaran di atas prinsip kesetaraan atau persamaan. Si pembeli mendapat kan keunt ungan at au manfaat dari barang yang dibelinya dari penjual, sedangkan penjual mendapat kan keuntungan dari pembeli karena wakt u, t enaga, dan pi kirannya yang digunakan unt uk mendapatkan barang itu demi kepentingan pembeli. Adapun dalam aktivitas riba, tidak akan didapatkan manfaat atau keuntungan yang didasarkan di at as prinsip persamaan tersebut. Pemilik uang atau modal, pasti akan mendapatkan keunt ungan kar ena meminjamkan modal nya, namun, peminjam hanya mendapatkan “jangka waktu” pemanfaatan atas modal atau uang yang dipinjamnya. Padahal, jangka waktu saja, pasti tidak akan menghasilkan keuntungan bagi peminjam. Jika dalam “jangka waktu yang diberikan oleh peminjam itu”, kemungkinan mendapatkan kerugian sama dengan kemungkinan mendapatkan keuntungan, maka di dal am aqad ri ba, past i ada sal ah sat u pihak yang mendapat kan laba keuntungan, sedangkan pihak lain belum tentu mendapatkannya. 2 Di dalam perdagangan, bagaimanapun besarnya keuntungan yang diperoleh pemilik barang, ia akan memperolehnya hanya sekali saja; itu pun jika ada kesepakatan antara pemilik dan pembeli barang. Dalam praktek riba, si pemilik barang atau modal senantiasa akan memperoleh bunga uang, selama pinjaman pokoknya belum dilunasi. Bahkan, semakin lama, hutang yang tidak dapat dilunasi akan semakin bertambah, dan menumpuk, hi ngga menghabi skan seluruh hart a kekayaan peminjam. 3 Dalam jual beli, jerih payah dan pekerjaan seseorang baru akan mendapatkan keuntungan setelah ia mencurahkan tenaga dan pikirannya. Sedangkan dalam prakt åk riba, seseorang hanya meminjamkan sejumlah uang yang tidak dipakainya, kemudian uang itu berkembang tanpa harus berjerih dan payah. . .