1. Syar at-syar at Pem ber i Jam inan dan Pener im a Jam inan

Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam 77

b.3 . Syar at-syar at I jab Qabul Lafaz Ser ah Ter im a

I jab adalah perkataan dari penjual, misalnya, “Saya jual bar ang ini dengan har ga sekian”; sedangkan qabul adalah perkataan dari pembeli, misalnya, “Saya ter ima bar angnya dengan har ga sekian”. I jab dan qabul harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: ƒ Per k at aan I j ab dan qabul t i dak di anggap sah j i k a dipisahkan waktu yang lama. Misalnya, ketika ar -r âhin sudah m en yat akan, “ Saya anggu nk an bar an g i n i kepadamu”, namun al-mur tahin tidak langsung menyahut, t et api di am saj a dal am wakt u yang l ama, dan t i dak menimpali perkat aan penjual. ƒ I jab dan qabul tidak boleh disela dengan perkataan, atau ucapan-ucapan lain, yang bisa merusak keabsahan I jab dan qabul. ƒ I jab qabul dianggap tidak absah jika di dalamnya disertai dengan syarat-syarat yang menyebabkan rusaknya aqad gadai tersebut seperti jika penjual mengatakan, “Saya akan menggadaikan barang ini, set elah barang ini saya pakai selama satu bulan”; atau dengan menyertakan persyaratan wakt u, seperti jika penjual mengatakan, “Saya gadaikan barang ini setelah seminggu lagi, at au dua bulan lagi”. Ket ent uan ini didasarkan hadis Nabi Saw yang artinya: “Tidak halal salaf dan penjualan, ser ta dua syar at dalam satu jual beli”. [ HR I mam Tirmi i]

c. K et en t u a n - k et en t u a n ya n g B er h u b u n ga n

dengan Ar -r a hn Ket ent uan-ket ent uan yang harus di perhat i kan dalam gadai ar -r ahn adalah sebagai berikut: ƒ Barang yang digadaikan harus diserahterimakan pada saat aqad rahn itu dilangsungkan. Begitu barang diserahkan, maka barang tersebut akan di bawah kekuasaan al-murtahin. Jika bar ang agunannya adal ah bar ang-barang yang bisa di pi ndahkan, sepert i per hi asan, mobi l, sepeda mot or, televisi, dan sebagainya, maka serah terima bisa dilakukan dengan cara menyerahkan barang-barang tersebut kepada mur tahin. Namun, jika barang agunannya adalah barang- barang yang tidak bisa dipindahkan atau tidak bisa bergerak, seperti rumah, tanah, kebun, dan lain sebagainya, maka serah t er i ma di l akukan dengan sesuat u yang secara syar’i menunjukkan serah terima barang tersebut. Misalnya dengan surat kuasa agunan, dan lain sebagainya. ƒ Dalam kasus jual beli kredit barang, maka barang yang dibeli dengan kredit tersebut tidak boleh dijadikan sebagai agunan. M isalnya, jika seseorang membeli sepeda mot or kepada orang lain secara kredit dengan agunan; maka sepeda motor