Ketentuan Umum M engenai Sy ir kah M udarabah

Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 8 4 6 . R iba

a. Penger tian Riba

Secara literal, ar -r ib bermakna az-ziy dah tambahan. Menurut I mam abari dalam kitab tafsirnya, makna asal dari riba adalah az-ziy dah w a al-in fah tambahan atau kelebihan. Menurut istilah syariat para ulama mendefinisikan riba sebagai berikut. I mam I bnuI bnu Al-‘Arabi mendefinisikan riba dengan; semua t ambahan yang t idak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi. I mam Suyuti dalam Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya. Di dalam kitab Al-Mabsu , I mam Sarakhsi menyatakan bahwa riba adalah al-fa lu al-kh li ‘an al-‘iwa al-masyr fi al- bai’ kelebihan atau tambahan yang tidak disertai kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli. Di dalam jual beli yang halal terjadi pertukaran antara harta dengan hart a. Sedangkan ji ka di dalam jual beli t erdapat tambahan kelebihan yang tidak disertai kompensasi, maka hal ini bert ent angan dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam ini haram menurut syariat.

b. H ukum Riba

Seluruh ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba. Harta it u harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diket ahui. Dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja. Di dalam Kitab Al-Mugni, Ibnu Qudamah mengat akan, r iba diharamkan berdasarkan Kit ab, Sunnah, dan Ijma’. Dal i l pengharaman r iba adal ah firman Allah Swt yang art i nya: “Or ang-or ang yang makan mengambil r iba tidak dapat ber dir i melainkan seper ti ber dir inya or ang yang kemasukan syait an lant ar an t ekanan penyakit gila keadaan mer eka y ang demi ki an i t u, adal ah di sebabkan m er eka Ber kat a ber pendapat , “Sesungguhnya jual beli it u sama dengan r i ba,” padahal Al l ah t el ah m en ghal al kan j ual bel i dan m en ghar am kan r i ba. Or an g- or an g y ang t el ah sam pai kepadanya lar angan dar i Tuhannya, lalu ter us ber henti dar i mengambil r iba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang lar angan; dan ur usannya ter ser ah kepada Allah. Or ang yang kembali mengambil r iba, maka or ang itu adalah penghuni-penghuni ner aka; mer eka kekal di dalamnya”. [ QS Al-Baqarah 2: 275] . Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam 8 5 “Allah memusnahkan r iba dan menyubur kan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafir an, dan selalu ber buat dosa”. [QS Al-Baqarah 2: 276] Dan masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang lainnya yang mengharamkan riba. Sedangkan Sunnah; t elah diriwayat kan dari Nabi Saw bahwasanya beliau bersabda, yang art inya: “Jauhilah oleh kalian 7 per kar a yang membinasakan”. Par a shahabat ber tanya, “Apa itu, Ya Rasulullah?”. Rasulullah saw menjaw ab, “Menyekutukan Allah, sihir , membunuh jiw a yang dihar amkan Allah kecuali dengan hak, memakan r iba, memakan har ta anak yatim, lar i dar i peper angan, menuduh w anita-w anit a Mukmin yang baik-baik ber buat zina”. Juga didasar kan pada sebua r i w ay at , bahw a Nabi Saw t el ah mel aknat or ang y ang memakan r i ba, w aki l , saksi, dan penulisnya”. [HR. Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah]. “Sat u dir ham r i ba y ang dimakan seseor ang, dan dia menget ahui bahw a it u adalah r iba, maka it u lebih ber at dar ipada enam puluh kali zina”. [ HR Ahmad dari Abdullah bin Han alah] . “Ri ba i t u mempuny ai 73 pi nt u, sedang y ang pal i ng r ingan seper ti seor ang laki-laki yang menzinai ibunya, dan sej ahat -j ahat ny a r i ba adal ah mengganggu kehor mat an seor ang muslim”. HR I bnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud. “Rasulullah Saw melaknat or ang memakan r iba, yang memberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau ber sabda; Mer eka semua sama”. [HR Muslim, dari Jabir Ra].

c. M acam -M acam Riba

Menurut sebagian ulama, riba dibagi menjadi dua, 1 r i ba nasi ’ah, dan 2 r i ba f a al . M en ur ut ul ama-ul ama Syafi’iyah, riba dibagi menjadi tiga; 1 r iba nasi’ah, 2 r iba fa al, 3 r iba yadd. Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat mengklasifikasi riba menjadi empat macam.

c.1. Riba N a si’a h

Riba yang diambil karena penundaan pembayaran utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah itu utang berupa harga pembelian atau qar . Adapun dalil pelara- ngannya adalah hadis yang diriwayatkan I mam Muslim: “ Riba itu dalam nasi’ah”. [ HR Muslim dari I bnu Abbas] I bnu Abbas berkata: Usamah bin Zaid telah menyampaikan kepadaku bah wa Rasul ul l ah Saw ber sabda: “ I n gat l ah, sesungguhnya r iba itu dalam nasi’ah”. [ HR Muslim]