Penger tian dan H ukum Taubat

Bab 4 | Taubat dan Raja’ 49 “Ya Rabb kami, sempur nakanl ah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [ QS At-Ta r m 66: 8] I mam Qur ubi ber pendapat , ayat di at as merupakan perint ah All ah kepada hamba-Nya unt uk melakukan taubat. Setiap orang diwajibkan untuk bertaubat atas dosa-dosanya dalam setiap waktu dan kondisi. Taubat yang di t er i ma Al l ah Swt adal ah t aubat nasuha. Para ‘ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan taubatan nasuha. Sebagian ulama mengartikan taubatan nasuha dengan,” t i dak mengul an gi dosa set el ah ber taubat; sebagaimana susu tidak akan pernah kembali pada kambingnya”. Ada pula yang mengartikan taubatan nasuha dengan taubat yang sebenar-benarnya. Gambar: Bergegaslah bertaubat Sumber: http3.bp.blogspot.com I slam memberikan tuntunan atau tata cara bertaubat. Tata cara t aubat dit ent ukan oleh jenis dosa yang dilakukan oleh seorang hamba. Dosa yang dilakukan manusia dibagi menjadi dua macam. Pertama, dosa karena melanggar hak-hak Allah; dan kedua, dosa karena melanggar hak manusia. Berkenaan dengan dosa karena melanggar hak-hak Allah, menurut I mam Nawawi tata cara taubatnya harus memenuhi tiga syarat , yait u: 1. bergegas meninggalkan dosa yang dilakukan 2. adanya penyesalan di dalam hati 3. harus bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Jika dalam pelanggaran itu ada kewajiban untuk meng-qa a’ atau membayar kafarat, maka taubatnya belum sempurna hi ngga qa a’ dan kaf ar at di t u nai kan. Cont oh nya, pelanggaran terhadap sumpah yang disengaja. Orang yang melanggar sumpah, selain harus melaksanakan tiga hal di I mam Qur ubi mengut ip pendapat Al-H asan, “Nasuha adal ah membenci dosa-dosa y ang ser i ng di l akukanny a, kemudian memohon ampunan kepada Allah ketika ia sadar ”. Al-Kalabi ber kat a, “ Taubat an nasuha adal ah peny esal an dalam hati, memohon ampun dengan lisan, menjauhkan dar i dosa, dan dengan suka hati tidak akan mengulangi lagi”. Menurut I mam I bnu Jarir at-Tabari, QS At-Tahr m 66:8 adalah peri nt ah unt uk meni nggal kan perbuat an dosa dan kembal i t aat kepada All ah, ser t a kembali kepada apa yang diridai oleh Allah Swt”. Beliau melanjutkan, “Yang dimaksud dengan taubatan nasuha adalah meninggalkan dosa dan tidak akan per nah mengulangi lagi selamanya.” Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa taubatan nasuha adalah sebuah sikap seseorang terhadap perbuatan dosanya dengan penyesalan dalam hat i, memohon ampunan-Nya, dan bert ekad unt uk t idak mengulangi dosa tersebut selamanya. Sikap t ersebut dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 50 at as, di a j uga ber kewaj iban membayar kafar at denda atas pelanggaran sumpah. Kafar at pelanggar an sumpah bisa dipilih sebagai berikut ; 1 memberi makan, 2 memberi pakaian, 3 memerdekakan budak. Jika tidak mampu melaksanakan tiga hal ini, dia wajib berpuasa selama tiga hari [ QS Al- Maidah 5:89] Jika pelanggaran it u berhubungan dengan hudud, dosanya ak an di ampun i j i ka t i ga hal di at as t el ah di penuhi, dan gugur l ah ad hukuman at as udud. udud ada enam macam , 1 zina dan homosex, 2 pencurian, 3 minum khamer, 4 hir abah, 5 qazaf menuduh orang lain berbuat zina, dan 6 murtad. Gambar: Lafaz bertaubat kepada-Nya Sumber: httpwww.ezsoftech.com ad untuk zina adalah dijilid sebanyak 100 kali bagi pezina gair u muh an, dan dirajam bagi pezina muh an. ad untuk pencurian adalah sanksi pot ong t angan. ad unt uk minum khamer adalah dijilid sebanyak 40 kali. ad unt uk hir abah pelaku kerusakan di muka bumi adalah dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan, diberi hukuman mati, dan disalib. ad unt uk qazaf adalah dijilid sebanyak 80 kali. Sedangkan ad untuk murtad adalah hukuman mati. Jika peminum khamer hendak bertaubat, maka dia harus melaksanakan tiga hal di atas dengan sebenar-benarnya. Lalu, apakah dia harus meminta hukuman jilid sebanyak 40 kali, sebagai ad atas dosa meminum khamer? Menurut I mam Syafi’i, jika seseorang melanggar dosa yang terkategori hududnya Allah, maka taubatnya akan diterima dan ad atas dirinya gugur, jika dia telah menjalankan tiga hal di atas, sebelum tertangkap oleh pemerintah. Namun, jika ia tertangkap dan belum sempat bertaubat, maka ad akan dijatuhkan atas dirinya. Ketentuan ini didasarkan firman Allah Swt, yang artinya: “ Sesungguhnya pembal asan t er hadap or ang-or ang y ang memer angi Allah dan Rasul-Nya dan membuat ker usakan di muka bumi, hanyalah mer eka di bunuh at au disali b, at au dipotong tangan dan kaki mer eka dengan ber silangan; atau dibuang dari neger i tempat kediamannya. Yang demikian itu, sebagai penghinaan unt uk mer eka di dunia, dan di akhir at mereka memperoleh siksaan yang besar. Kecuali, orang-orang yang ber t aubat diant ar a mer eka sebelum kamu ber hasil menangkap mer eka; maka ketahuilah bahw asanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS Al-Maidah 5: 33-34] Adapun dosa yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap hak-hak anak Adam, maka t at a car a t aubat nya adal ah melaksanakan tiga syarat yang telah disebutkan di at as, dan ditambah dengan syarat keempat, yaitu, mengembalikan hak- hak orang yang dia zali mi, dan memint a maaf kepadanya. Misalnya, jika seseorang hendak bertaubat dari dosa merampas Bab 4 | Taubat dan Raja’ 51

2. Penger tian dan H ukum Ra ja ’

Menurut bahasa Arab, raja‘ adalah al-am āl harapan, lawan dari putus asa. Sedangkan menurut istilah para ulama, r aja‘ adalah berbaik sangka kepada Allah. Tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan dan pertolongan dari-Nya. harta orang lain, maka ia harus melaksanakan tiga syarat di atas, serta harus meminta maaf dan mengembalikan harta yang dia rampas kepada pemiliknya. Gambar: Minta maaf atas pelanggar- an hak anak Adam Sumber: http3.bp.blogspot.com Allah Swt mewajibkan r aja‘ dan berbaik sangka kepada- Nya, sebagaimana Allah mewajibkan kaum Muslim untuk selalu t aku t kepada- N ya. W aj i bnya ar -r aj a’ t el ah di t et apkan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan ber jihad di jalan Allah, mer eka itu menghar apkan r ahmat All ah, dan Allah M aha Pengampun lagi M aha Penyayang”. [QS Al-Baqarah 2: 218] Allah Swt juga berfirman, yang artinya: “Or ang-orang yang mereka ser u itu, mereka sendir i mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mer eka yang lebih dekat kepada Allah dan menghar apkan r ahmat -Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhny a azab Tuhanmu adalah suat u y ang har us ditakuti”. [QS Al-Isr ’ 17: 57] Sedangkan dal am sun nah, ban yak r i wayat t el ah mewajibkan r aja’. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh I mam Ahmad dari Wasi lah bi n Asqa, bahwasanya i a ber kat a, “ Ber bah agi al ah kar en a sesungguhnya ak u t el ah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Allah ber fir man, “Aku ter gantung pada pr asangka hamba- Ku kepada-Ku. Apabila ia ber pr asangka baik kepada-Ku, maka kebai kan bagi ny a, dan bi l a ber pr asangka bur uk m aka kebur ukan baginya” [ HR Ahmad dengan sanad hasan dan I bnu Hibban dalam kitab sahihnya] ﻦـــﻇ نا يﺪـــﺒﻋ ﻦﻇﺪـــﻨﻋﺎﻧأﻼﻋو ﻞـــﺟ ﷲا لﺎـــﻗ َ َ ّ ّ َ َ ْ ِ ْ ِ ِ ْ َ َ ُ ِ َ ْ ِ َ َ َ َّ َ َ َ ــﻓ ا ﺮــﺷ ﻦــﻇ نا ــﻓ اﲑــﺧ ُ ُ َ َ َ َ ً ّ َ َ َ ّ َ ْ ِ ً ْ Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 52 I mam Tirmi i menut urkan sebuah hadi dari Anas Ra sesungguhnya Nabi Saw masuk untuk menemui seorang pemuda yang sedang sakaratul maut; lalu Rasulullah Saw bersabda, yang ar t i nya: “Bagai mana k eadaan mu? Pemuda i t u m en j aw a, “Ya Rasulullah saw . Aku menghar apkan r ahmat Allah dan aku sangat t akut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah saw . ber sabda, “Tidaklah takut dan r aja` ber kumpul dalam hat i seor ang hamba dalam keadaan seper ti ini kecuali Allah akan member ikan kepadanya apa-apa yang dihar apkannya, dan akan member ikan keamanan kepadanya dar i per kar a yang ditakutinya.” [ HR Tirmi i dan I bnu Majah, Al-Mun iri berkata hadi ini sanadnya hasan] Lawan dari raja‘ adalah al qanut atau al-ya‘su putus asa dari rahmat Allah. Al-qanut dan al-ya’su memilik art i yang sama. Putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya hukumnya haram. Dalilnya adalah Al-Kitab dan As-Sunah. Di dalam Al- Qur’an, Allah Swt berfirman: “Hai anak-anakku, per gilah kamu, maka car ilah ber ita tentang Yusuf dan saudar anya dan jangan kamu ber putus asa dar i r ahmat Allah. Sesungguhnya tiada ber putus asa dar i r ahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ”. [ QS Yusuf 12: 87] Firman Allah Swt yang artinya: “Dan or ang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mer eka put us asa dar i r ahmat -Ku, dan mer eka itu mendapat azab pedih”. [QS Al-’Ankab t 29: 23] Adapun di dalam sunnah, banyak diriwayat kan hadi - hadi yang berisi larangan berput us asa dari rahmat Allah; di an t ar an ya adal ah h adi yan g di r i wayat k an ol eh I m am Bukhari dan M uslim dari Dari Abu H urairah Ra, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah bersabda: ﻊــﻤﻃ ﺎــﻣ ﺔــﺑﻮﻘﻌﻟا ﻦــﻣ ﷲا ﺪــﻨﻋ ﺎــﻣ ﻦﻣﺆــﻤﻟا ﻢــﻠﻌﻳ ﻮــﻟ َ َ ِ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ َ ُ ُ ُ ْ ْ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ Y± baniyya©hab μ fa ta¥assasμ miy yμsufa wa akh³hi wa l± tai’asμ mir rau¥ill±hi, innah μ l± yai’asu mir rau¥ill±hi illal-qaumul- k±fir μna