Bab 11 | Fikih Pengurusan Jenazah
191
2. M enutup M ayat dengan K ain hingga M enyeli-
m uti Selur uh Tubuhnya
Ji k a seseor an g t el ah benar - benar m eni nggal , m ak a jenazahnya harus dit ut up dengan kain hingga menyelimut i
seluruh tubuhnya. I ni didasarkan pada hadis yang diriwayat- kan dari ‘Aisyah Ra.
Beliau ber kata, “Ketika w afat, jenazah Rasulullah Saw di t ut up dengan kai n sel i mut ber w ar na hi t am.” [ H R Asy-
Syai kh n, Al -Bai haqi , dan l ai n-l ai n] Adapun or ang y ang meninggal dunia dal am keadaan i hr am, maka muka dan
kepalanya t idak usah ditutup.
Ketentuan semacam ini didasar kan pada hadis dar i I bnu ‘Abbas, dimana ia ber kata, “Ket ika seor ang pr ia ber hent i di
Ar afah, tiba-t iba ia ter lempar dar i t unggangannya hingga meninggal dunia.” Rasulullah Saw ber sabda, “Mandikanlah
ia dengan air dan daun bidar a, lalu kafanilah dengan dua pakai an dal am r i w ay at l ai n di ny at akan den gan dua
pakaiannya, jangan dimumi dalam r iw ayat lain disebutkan, jangan diber i w angi-w angian, dan jangan ditutup kepala dan
mukanya. Sebab, ia akan dibangkit kan pada har i kiamat dalam keadaan membaca t albiyah.” [ H R Asy-Syaikh n, Abu
Naim, dan Al-Baihaqi]
3. M enyeger akan Penyelenggar aan Jenazahnya.
Lebih ut ama j ika penyelenggaraan jenazah di lakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda.
Dal am sebuah hadi s, Rasul ul l ah Saw ber sabda, “Seger akanlah penyelenggar aan jenazah Apabila ia seor ang
y ang sal i h m aka kam u t el ah m eny eger akanny a m enuj u kebai kan , apabi l a i a seor ang y an g j ahat maka kam u
mengusung sesuat u yang paling bur uk di pundakmu.” [ H R Bukhari Muslim] .
M ayat hendak nya seger a di m an di kan, k em udi an dit ut up dengan kain kafan. Orang-orang yang memandikan
mayat hendaknya dipilih dari keluarga dan kerabat sendiri. Selain lebih utama, hal ini untuk menjaga dari orang-orang yang
t idak amanah dan suka menceri t akan aib at au cacat yang dilihat nya pada diri mayat saat memandikannya.
4. M enyem bunyikan Rahasia M ayat
Seseorang dilarang menceritakan cacat atau rahasia mayat yang dilihatnya, saat ia memandikan mayat. Lebih utama jika
ia merahasiakannya dan t idak mencerit akan rahasia mayat t ersebut kepada orang lain. Selain unt uk menjaga kesucian
Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI
192
dan kehormatan mayat, hal ini juga untuk menjaga kehormatan keluarga mayat. Jika seseorang menceritakan rahasia mayat
kepada or an g l ai n, dan kel u ar ga mayat m en get ah ui nya, tentunya mereka akan tersinggung dan sakit hati. Untuk itu,
Rasulullah saw memerint ahkan siapa saja yang memandikan mayat untuk merahasiakan apa yang dilihatnya dari mayat.
Dari Abu Rafi’ Aslam, pelayan Rasulullah Saw dikisahkan, bahwasan ya Rasul ul l ah Saw ber sabda, yang ar t i n ya:
“Bar angsiapa memandikan mayat , kemudian ia menyembu- ny i kan r ahasi any a, kel ak Al l ah m en gampun i dosany a
sebanyak empat puluh kali.” [ HR Al-Hakim] .
5. M enyeger akan Pelunasan H utang-hutangnya.
Keluar ga dan ahli war i s mayit , har us seger a melunasi hutang-hutang si mayit, walaupun itu akan menghabiskan harta
warisnya. Jika orang tersebut tidak memiliki harta hendaknya, penguasa membayar lunas hutang-hutang si mayit.
Abu Hurairah Ra berkata, yang ar tinya: “Jiw a seor ang M ukmi n t er gadai dengan hut ang-hut angny a, t idak akan
bebas hingga dilunasinya.” [ HR Tirmizi]
6 . M engqa a N a ar Jenazah Oleh W alinya
Wali wajib mengqadla nazar jenazah. Jika orang yang meninggal bernazar, kemudian ia keburu meninggal dunia
sebelum sempat mengerjakan nazar nya, maka wali jenazah berkewajiban menunaikan nazarnya.
Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda, yang art inya: “Bar angsiapa mati, sementar a itu ia
harus ber puasa, maka w alinyalah yang ber puasa untuknya.” [ HR Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Ra] .
Dari I bnu ‘Abbas dituturkan, bahwasanya ia berkata, “Ada seor an g per empuan ber l ay ar m en gar ungi l aut an , dan
ber nazar , Jika Allah Sw t menyelamatkannya, maka ia akan ber puasa sebulan lamanya. Allah Sw t menyelamat kannya,
akan t et api , bel um sem pat i a m en ger j akan puasa i t u, per em puan i t u m en i n ggal dun i a. Lal u, dat angl ah
keluar ganya entah saudar inya atau putr inya kepada Nabi Saw , dan menutur kan kejadian itu kepada beliau Saw . Nabi
ber tanya, “Bagaimana pendapatmu, jika w anita itu memiliki hutang, kemudian anda yang melunasi hutangnya? Wanita
i t u menj aw ab,”Ya say a akan membay ar ny a.” Bel i au ber sabda lagi, “Tentunya, hut ang kepada Allah lebih ber hak
unt uk di lunasi. M aka lunasilah nadzar i bumu.” [ H R Abu Dawud, An-Nasa’i]