Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI
76
1 Pemberi jaminan r
āhin dan penerima jaminan murtahin 2
Barang yang digadaikan 3
I jab qabul perkataan serah t erima
b.1. Syar at-syar at Pem ber i Jam inan dan Pener im a Jam inan
Ar -r
āhin dan al-murtahin disyaratkan berakal. Transaksi gadai yang dilakukan oleh orang gila atau orang yang lemah
akalnya tidak dianggap absah. Firman Allah Swt, yang artinya, “Dan janganlah kamu ber ikan har tamu itu kepada orang
yang bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. [QS An-Nis
’ 4: 5]
Melakukan transaksi gadai atas kehendak dan kerelaan dirinya sendiri. Jual beli dianggap tidak sah jika dilakukan dengan
paksaan. Sabda Nabi Saw yang artinya: “Sesungguhnya jual beli itu bar u dianggap sah jika ber dasar kan ker elaan” [HR
Ibnu Hibban dan Ibnu Majah]
Keadaan ar -r
āhin dan al-murtahin bukanlah orang yang bodoh dalam hal transaksi mu’amalah. Lihat juga firman
Allah dalam Surah An-Nis ’ 4:5.
Telah mencapai usia balig. Gadai yang dilakukan oleh anak kecil dianggap tidak sah.
b.2. Syar at-syar at Bar ang dan H ar ga
Barang yang di per jual beli kan bukan t ermasuk barang
haram dan najis, sepert i anjing, babi, khamer, bangkai, darah, berhala, dan lain sebagainya.
I mam Bukhari dan M uslim meriwayat kan: “Jabir bin’Abdullah Ra mendengar Rasulullah Saw ber sabda
pada har i penakl ukkan kot a M akkah, di M akkah, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah menghar amkan
jual beli khamer, bangkai, babi, dan berhala”. [ HR I mam Bukhari dan Muslim]
Barang yang diperjualbelikan adalah barang yang memiliki
nilai menurut pandangan syariat dan boleh dijual.
Barang yang diperjualbelikan adalah milik sendiri dan di bawah penguasannya. Tidak absah jual beli barang milik
orang lain, atau akan dimiliki. Sabda Nabi Saw yang artinya: “Tidak ada talak kecuali pada ister i yang engkau miliki.
Tidak ada pembebasan kecuali pada budak yang engkau miliki, dan tidak ada jual beli kecuali pada bar ang yang
engkau miliki”. [HR Imam Abu Dawud].
Nabi Saw melarang seorang Muslim menjual barang yang bel um ada di t angannya. Sabda Nabi Saw yang
artinya: ”Bar angsiapa membeli makanan, maka jangan menjualnya sebelum bar ang itu kamu ada di tanganmu”.
[ HR. I mam Ahmad, Baihaqi, dan I bnu Hibban]
Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam
77
b.3 . Syar at-syar at I jab Qabul Lafaz Ser ah Ter im a
I jab adalah perkataan dari penjual, misalnya, “Saya jual bar ang ini dengan har ga sekian”; sedangkan qabul adalah
perkataan dari pembeli, misalnya, “Saya ter ima bar angnya dengan har ga sekian”.
I jab dan qabul harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:
Per k at aan I j ab dan qabul t i dak di anggap sah j i k a dipisahkan waktu yang lama. Misalnya, ketika ar -r âhin
sudah m en yat akan, “ Saya anggu nk an bar an g i n i kepadamu”, namun al-mur tahin tidak langsung menyahut,
t et api di am saj a dal am wakt u yang l ama, dan t i dak menimpali perkat aan penjual.
I jab dan qabul tidak boleh disela dengan perkataan, atau
ucapan-ucapan lain, yang bisa merusak keabsahan I jab dan qabul.
I jab qabul dianggap tidak absah jika di dalamnya disertai
dengan syarat-syarat yang menyebabkan rusaknya aqad gadai tersebut seperti jika penjual mengatakan, “Saya akan
menggadaikan barang ini, set elah barang ini saya pakai selama satu bulan”; atau dengan menyertakan persyaratan
wakt u, seperti jika penjual mengatakan, “Saya gadaikan barang ini setelah seminggu lagi, at au dua bulan lagi”.
Ket ent uan ini didasarkan hadis Nabi Saw yang artinya: “Tidak halal salaf dan penjualan, ser ta dua syar at dalam
satu jual beli”. [ HR I mam Tirmi
i]
c. K et en t u a n - k et en t u a n ya n g B er h u b u n ga n
dengan Ar -r a hn
Ket ent uan-ket ent uan yang harus di perhat i kan dalam gadai ar -r ahn adalah sebagai berikut:
Barang yang digadaikan harus diserahterimakan pada saat
aqad rahn itu dilangsungkan. Begitu barang diserahkan, maka barang tersebut akan di bawah kekuasaan al-murtahin. Jika
bar ang agunannya adal ah bar ang-barang yang bisa di pi ndahkan, sepert i per hi asan, mobi l, sepeda mot or,
televisi, dan sebagainya, maka serah terima bisa dilakukan dengan cara menyerahkan barang-barang tersebut kepada
mur tahin. Namun, jika barang agunannya adalah barang- barang yang tidak bisa dipindahkan atau tidak bisa bergerak,
seperti rumah, tanah, kebun, dan lain sebagainya, maka serah t er i ma di l akukan dengan sesuat u yang secara syar’i
menunjukkan serah terima barang tersebut. Misalnya dengan surat kuasa agunan, dan lain sebagainya.
Dalam kasus jual beli kredit barang, maka barang yang dibeli
dengan kredit tersebut tidak boleh dijadikan sebagai agunan. M isalnya, jika seseorang membeli sepeda mot or kepada
orang lain secara kredit dengan agunan; maka sepeda motor