Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam
8 7
c.4. Riba Qa r d
Ri ba qar a adal ah m emi nj am u ang k epada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan
bagi pemberi pinjaman. Pelarangan ini sejalan dengan kaedah ushul fikih: “Kullu qar jar r a manfa’atan fahuw a
r i ba”. Ar t i n ya: “ Set i ap pi nj aman yang menar i k keuntungan membuahkan bunga adalah riba”.[ Sayyid
S biq, Fiqh al-Sunnah, edisi terjemahan; jilid xii, hal. 113] .
K h azan ah
“Apabila zina dan r iba telah nampak mendominasi di
suat u kampung, maka sesungguhnya mer eka
t el ah menghalalkan dir i mer eka dar i azab Allah”.
[ H R A - abrani dan Al- Hakim dari Ibnu Abbas].
d. Per bedaan Riba dengan Jual Beli
1 Dalam jual beli, ant ara pembeli dan penjual sama-sama
mendapatkan pertukaran di atas prinsip kesetaraan atau persamaan. Si pembeli mendapat kan keunt ungan at au
manfaat dari barang yang dibelinya dari penjual, sedangkan penjual mendapat kan keuntungan dari pembeli karena
wakt u, t enaga, dan pi kirannya yang digunakan unt uk mendapatkan barang itu demi kepentingan pembeli. Adapun
dalam aktivitas riba, tidak akan didapatkan manfaat atau keuntungan yang didasarkan di at as prinsip persamaan
tersebut. Pemilik uang atau modal, pasti akan mendapatkan keunt ungan kar ena meminjamkan modal nya, namun,
peminjam hanya mendapatkan “jangka waktu” pemanfaatan atas modal atau uang yang dipinjamnya. Padahal, jangka
waktu saja, pasti tidak akan menghasilkan keuntungan bagi peminjam. Jika dalam “jangka waktu yang diberikan oleh
peminjam itu”, kemungkinan mendapatkan kerugian sama dengan kemungkinan mendapatkan keuntungan, maka di
dal am aqad ri ba, past i ada sal ah sat u pihak yang mendapat kan laba keuntungan, sedangkan pihak lain
belum tentu mendapatkannya.
2 Di dalam perdagangan, bagaimanapun besarnya keuntungan
yang diperoleh pemilik barang, ia akan memperolehnya hanya sekali saja; itu pun jika ada kesepakatan antara pemilik
dan pembeli barang. Dalam praktek riba, si pemilik barang atau modal senantiasa akan memperoleh bunga uang, selama
pinjaman pokoknya belum dilunasi. Bahkan, semakin lama, hutang yang tidak dapat dilunasi akan semakin bertambah,
dan menumpuk, hi ngga menghabi skan seluruh hart a kekayaan peminjam.
3 Dalam jual beli, jerih payah dan pekerjaan seseorang baru
akan mendapatkan keuntungan setelah ia mencurahkan tenaga dan pikirannya. Sedangkan dalam prakt åk riba,
seseorang hanya meminjamkan sejumlah uang yang tidak dipakainya, kemudian uang itu berkembang tanpa harus
berjerih dan payah.
. .
Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI
8 8
7. Tr ansaksi Ekonom i I slam di I ndonesia.
Sebagian praktik transaksi ekonomi mu’amalah secara I slam sudah berjalan di masyarakat I ndonesia. Baik t erjadi
secara alami, —karena nilai asas syariat I slam memang sudah ber l aku secar a um u m—, mau pu n t er j adi dengan su at u
kesengajaan diadakan dibuat.
M isalnya, dalam mendapat kan hart a pembagian war is, bekerja sebagai karyawan, majikan, petani, pelaut, dsb, dalam
pengelol aan hart a syi rkah, jual bel i, sewa menyewa, dsb, sert a dal am mendi st r i busi kan hart a t r ansfer , pemberi an
subsidi, zakat , infak, sedekah, dsb sudah ada yang berjalan secara I slami dan alami. Karena proses t ransaksi yang terjadi
di masyarakat tidak bert ent angan dengan syariat I slam, at au sudah memenuhi mu’amalah I slami, baik disadari atau tidak.
Seper t i , t er penu hi nya r u kun dan syar at sahn ya, adan ya kerelaan keikhlasan, akadnya jelas, tidak ada unsur penipuan,
terbebas dari riba dan lain-lainnya.
Akan t et api , sei r ing dengan meningkat nya kesadaran masyarakat unt uk memprakt i kkan I slam dalam kehidupan
sehari-hari, maka dorongan unt uk berint eraksi mu’amalah secar a I slam dalam bidang ekonomi juga meningkat. Maka,
ber m un cu l ah ber bagai pr odu k , j asa, i n st ansi , l embaga, organisasi dan jaringan ekonomi yang bersandarkan kepada
syari ah. Bahkan semarak ekonomi I sl am, t er ut ama dalam bidang pengelolaan keuangan, juga disambut dan diapresiasi
oleh para pebinis dari kalangan non I slam. M aka, bermuncullah bank-bank syariah yang sebagiannya lahir at au cabang dari
bank konvensional ribawi. Fenomena ini memperlihat kan, sel ai n karena kebut uhan umat I sl am akan ber mu’amalah
secara I slami meningkat , juga karena pengelolaan ekonomi secara I slam mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan
dengan pengelolaan secara konvensional kapit alistik.
Berikut sebagian contoh dari praktik ekonomi I slam yang telah berlangsung di tengah-tengah masyarakat I ndonesia:
1 Pengelolaan keuangan
- Ban-bank syariah. Seperti Bank Muamalat I ndonesia
BM I , Bank Syariah M andiri BSM, BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank
Bukopin Syariah, BI I Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, dsb.
- Baitul Mal wa Tamwil
2 Pengelolaan harta infak, zakat dan sedekah. Seperti BAZI S,
Dompet Duafa, dsb. 3
Pengembangan jaringan bisnis. Seperti mult i level mar- ket i ng M LM syar i ah, dan j ar i ngan ekonom i I sl am i
lainnya. 4
Asuransi syariah. 5
Pegadaian syariah.