I m an K epada K itab-kitab Suci Ter dahulu

Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 144 mer eka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” Mer eka ber doa , “ Ampun i l ah kam i Ya Tuhan kam i dan kepada Engkaulah tempat kembali.” [ QS Al-Baqarah 2: 285] M enu r ut I mam Ar -Razy, i man kepada ki t ab-ki t ab t erdahulu bersifat ijmali global bukan t afsili t erper inci. Maksud “beriman secara ijmaliy” adalah mengimani secara glo- bal bahwa kitab-kitab suci terdahulu adalah wahyu dari Allah Swt. Kaum Muslim hanya dit untut mengimani eksistensinya sebagai kitab suci Allah saja. Mereka tidak diperintahkan untuk mempelajari dan mengetahui isinya secara mendalam. Kaum Muslim juga tidak diwajibkan mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci terdahulu. Bebeda dengan Al-Qur’an, seorang Muslim t idak hanya dituntut mengimani Al-Qur’an sebagai Kalamullah saja; tetapi, ia juga wajib mempel ajari, menget ahui, dan mengamalkan seluruh kandungan isi Al-Qur’an tanpa terkecuali. Keimanan seperti ini disebut keimanan yang bersifat tafsili rinci. Kitab-kitab suci terdahulu yang wajib diimani adalah: a. Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As. [ QS Al-M idah 5: 44] b. Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud As. [ Q. Al-I sr ’ 17: 55] c. Kitab I njil yang diturunkan kepada Nabi I sa As [ QS Al-M idah 5: 46] d. Sahifah-sahifah lembaran-lembaran firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi I brahim dan Nabi Musa As [ QS An-Najm 53: 36-37] Or ang yang t i dak mengi m ani ki t ab-ki t ab suci Al l ah dianggap kafir. Adapun orang yang mengaku beragama I slam, namun tidak menyakini kit ab-kitab suci Allah Swt, dihukumi murt ad dari agama I slam. Gambar: Al-Qur’an Al-Akbar, Palembang Sumber: http:2.bp.blogspot.com Bab 8 | Iman Kepada Kitab-kitab Allah 145 B. Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Kitab-kitab Suci Allah Swt Makna asal dari iman adalah tasdiq al-j zim pembenaran yang bersifat past i. I man t erhadap kit ab-kitab suci artinya adalah membenarkan secara past i kitab-kitab suci Allah Swt, baik Al-Qur’an maupun kitab-kitab sebelum Al-Qur’an. Adapun refleksi keimanan t erhadap kit ab-kitab suci Allah Swt dapat dirinci sebagai berikut;

1. Refleksi I m an K epada K itab-kitab Suci Sebe-

lum Al-Qur ’an Keimanan seor ang M usl im t erhadap ki t ab-kit ab suci sebel um Al-Qur ’an har us di wujudkan dal am aspek-aspek berikut ini: a. Mengimani bahwasanya Taurat, Zabur, Injil, serta suhuf Nabi Ibrahim As dan Musa As berasal dari Allah Swt. Semuanya adalah wahyu dari Allah Swt, bukan buatan Nabi Musa, Daud, Isa, dan Ibrahim As. b. Berdasarkan kaidah “syar’u man qablan laisa syar’an lan syariat nabi-nabi sebelum kita, bukanlah syariat bagi kita, maka, syariat-syariat nabi terdahulu yang termaktub di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan suhuf, tidak boleh diamalkan. Imam Baihaqi menuturkan sebuah hadis dari Jabir bin ‘Abdullah, yang artinya: “Sesungguhnya Umar mendatangi Nabi Saw dan ber kata, “Kami t elah mendengar hadi s-hadis dar i Yahudi yang membuat kami t akj ub, l ant as bolehlah kami menul is sebagi annya? Nabi Saw menjaw ab, “Apakah kali an mer asa ada y ang kur ang dal am agama I sl am, sebagaimana orang Yahudi dan Nacrani mer asa ada yang kur ang dal am agama mer eka? Sungguh, aku t el ah membaw a untuk kalian yang putih suci. Dan seandainya Musa As masih hidup hingga sekar ang, maka tidak ada keluasan baginya, kecuali akan menjadi pengikutku”. [ HR. I mam Baihaqi, Sya’b al-I man, juz 1 194] . Sedangkan dalam masalah akidah tauhid dan hikmah dari kisah-kisah para nabi t erdahulu, seorang Muslim wajib mengambi lnya sebagai bent uk pengamalan Al -Qur’an. Alasannya, dalam hal akidah tauhid, para Nabi dan Rasul memiliki prinsip yang sama. Tidak ada perbedaan antara Nabi Muhammad Saw dengan nabi-nabi sebelumnya dalam masalah aqidah tauhid. Al-Qur’an telah menyatakan ini di dalam firmanNya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap- tiap umat untuk menyer ukan: “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Tagut itu”. [ QS An-Nahl 16: 36] . Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 146

2. Refleksi I m an K epada Al Qur an

Keimanan seorang Muslim t erhadap Al-Qur’an harus diwujudkan dalam aspek-aspek berikut ini: a. Menyakini bahwa Al-Qur’an adalah Kalamul- lah, bukan kalam Nabi Muhammad Saw. Allah Swt ber f i r m an, yang ar t i n ya: “ Kaw an mu Muhammad tidak sesat dan tidak pula kelir u. Dan t i adal ah yang di ucapkanny a i t u Al - Qur ’an menur ut kemauan haw a nafsunya. Ucapannya it u t iada lain hanyalah w ahyu yang diwahyukan kepadanya”. [ QS An-Najm 53: 2-4] b. M embenarkan secara past i perkara-perkara akidah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, sepert i, malaikat, jin, hari kiamat , surga dan neraka, pahala dan siksa kelak di hari akhir, serta perkara-perkara akidah lainnya. Mengerjakan secara menyeluruh semua perkara syariat yang termaktub di dalam Al-Qur’an, seperti perintah mengerjakan salat, zakat, puasa, haji, tepat janji, amanah, jujur, dan syariat I slam lainnya. [ QS Al-Baqarah 2: 208] . c. M engimani bahwa Al-Qur’an adal ah risalah terakhir yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Tidak ada risalah sesudah Al- Qur’an. Allah Swt berfirman, yang art inya: “Muhammad it u sekali-kali bukanlah bapak dar i seor ang laki-laki di antar a kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. [QS Al-Ahz b 33: 40] M engimani bahwa Al-Qur’an adal ah risalah yang berfungsi untuk menyempurnakan dan menguji kebenaran risalah-risalah sebelumnya [ QS Al -M i dah 5: 48 ] ; m emper mu dah m an usi a den gan syar i at yang r i n gan dan mudah [ QS. Al -A’r f 7: 157] ; menjelaskan seluruh aspek kehidupan umat manusia [ QS An-Nahl 16: 89] ; dan ditujukan untuk seluruh umat manusia [ QS Saba’ 34: 28] . K h azan ah M enjadikan Al- Qur ’an Sebagai Pedom an H idup Al-Qur ’an adalah kitab yang menjadi pem- bel a dan bi sa dimi nt a pembel aan. I a adalah kit ab yang m āhil dan mu addaq. Si apa saj a yan g m en j adi kan Al -Qur ’an ada di depannya maka ia ak an m en unt un nya ke sur ga. Tapi si apa saj a yang m en j adi kan Al - Qur ’an di bel akangnya maka ia akan menggiring- nya ke neraka.” [ H R I bnu H i bban dalam kitab sahihnya dari Jabir bi n Abdul lah RA. Dan riwayat imam Baihaqi dalam kitab Sya’bul I man dar i Jabi r dar i I bnu M as’ud RA. I ni adal ah hadis Sahih] . Imam Ar Razi dalam Ki t ab M ukht ar Shihah menyatakan: “M āhil arti- nya kit ab yang akan menyeret pembacanya menuju Allah Swt ji ka tidak mengikuti apa yang ada di dalamnya. Menurut pendapat lain arti mâhil adalah mujadi l, yang membantah kebatilan. Arti mu addaq ada- lah kit ab yang dibenar- kan. Art i nya, Al-Qur ’an adalah kitab yang membe- narkan kitab-kitab sebe- lumnya. “Dan semua kisah dar i r asul-r asul Kami cer itakan kepadamu, i alah kisah-kisah yang denganny a Kami teguhkan hatimu; dan dalam sur at ini telah dat ang kepadamu kebenar an ser t a pengajar an dan per ingatan bagi or ang-or ang yang ber iman”. [ QS H d 11: 120] .