Penger tian dan H ukum Ga sa b
Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI
8 0
mengga ab wajib melakukan gant i rugi atas kerusakan barang tersebut senilai dengan kerusakannya. M isalnya,
seseorang mengambil sepeda motor, kemudian merusak- kannya. Jika ia tidak bisa mengganti dengan sepeda motor
yang semisal atau senilai, maka ia wajib mengganti kerusakan sepeda motor tersebut.
Orang yang melakukan ga ab harus mengembalikan secara
sempurna barang-barang yang hilang kepada pemilik sahnya. Jika ia menyewakan dan mengusahakan barang t ersebut
hingga membuahkan keuntungan, atau beranak pinak, maka ia harus mengembalikan barang yang diambilnya berikut
dengan keuntungannya, sewanya, serta peranakannya.
Jika seseorang mengambil tanah milik orang lain, kemudian
tanah itu ditanaminya atau dibangun sebuah bangunan, m aka i a harus m enghancur kan bangunan t er sebut ,
menebang pohonnya, dan wajib memperbaiki kerusakan tanah akibat pembangunan dan penebangan pohon tersebut.
Jika pemilik tanah yang sah mengijinkannya, maka orang yang menyerobot tanah itu bisa diberi pilihan atas apa yang
ditanam dan dibangunnya. Ia bisa mengembalikannya, atau membelinya.
Ketentuan semacam ini didasarkan pada sebuah riwayat yang diket engahkan oleh I mam Abu Dawud dan Daruqu ni;
dimana Rasulullah Saw bersabda, yang artinya: “Jerih payah orang yang zalim itu tidak memiliki hak apa-apa.”[HR Abu
Dawud dan Daruqu ni. Menurut Tirmi i, hadis ini dijadikan hujjah oleh para ulama].
Apabila terjadi perselisihan antara pemilik barang dengan
orang yang melakukan ga ab , maka yang diakui adalah pengakuan dari orang yang melakukan ga ab dengan
disertai sumpah, jika pemilik barang tersebut tidak memiliki bukti-bukti yang kuat atas dakwaannya.
I mam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Wa’il bin H aj ar Ra, “Ada dua or ang laki-l aki mengadu kepada
Rasulullah Saw; seorang Hadrami dan yang lain adalah or- ang Kindi. Orang Hadrami berkata,”Wahai Rasulullah, dia
t el ah mer ampas t anah mil i kku.” Or ang Ki ndi menjaw ab,”I tu adalah tanah yang menjadi milikku, dan
dia tidak berhak atas tanah itu.” Rasulullah Saw berkata kepada orang Hadrami,”Apakah engkau memiliki bukti?”
Ia menjawab,”Tidak ya Rasulullah.” Lalu, Rasulullah Saw ber sabda l agi kepada or ang Ki ndi , ‘Engkau har us
ber sumpah.” Or ang H adr ami i t u ber kat a, “Wahai Rasulullah Saw, dia itu seorang fajir yang tidak akan peduli
ter hadap sumpahnya, dan dia tidak pernah ber buat baik sedikitpun.” Rasulullah Saw ber sabda.”Tidak ada sesuatu
yang menjadi milikmu sekarang.” [HR Muslim]
Barangsiapa merusak barang milik orang lain tanpa seijin
Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam
8 1
pemiliknya, seperti membakarnya, merobeknya, mendobrak pint u yang t erkunci, membuka kandang burung hingga
burungnya lepas, atau membuka kemasan sehingga barang yang ada di dalamnya rusak, maka ia wajib menggant i
kerusakannya.
Barangsiapa mendapati barangnya ada pada orang lain,
maka ia l ebi h ber hak at as bar ang t ersebut , meskipun per ampas t elah menjual bar ang it u kepada orang lain
t ersebut . Orang l ai n t er sebut harus mengembal ikan bar ang t er sebu t kepada pem i l i k nya yang sah , dan
memint a ganti pembayarannya kepada pihak perampas. Sebab, saat perampas menjual barang itu, ia bukan pemilik
sah yang ber hak m enj ual bar ang t er sebut . Dengan demikian, aqad jual beli tersebut menjadi batal. Ketentuan
semacam ini didasarkan pada riwayat yang diketengahkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa’i , dimana Samurah Ra
ber k at a, Rasul ul l ah Saw ber sabda, yang ar t i n ya: “Bar angsiapa yang mendapati bar ang miliknya ada pada
or ang l ai n, m ak a di a ber hak m en gambi l ny a dan pen j ual an ny a di kai t kan dengan or ang y an g t el ah
menjualnya.” [ HR Abu Dawud dan An-Nasa’i]
Jika seseorang memiliki binatang buas, lalu dilepaskan
oleh pemiliknya dan menggigit orang lain, maka pemilik binat ang it u har us bert anggungj awab. Bi nat ang yang
di l epas pada mal am har i , kemu di an bi nat ang i t u merusakkan dan memakan t anaman orang lain, baik di
kebun, di sawah, atau pekarangan rumah, maka pemiliknya wajib bert anggungjawab atas kerusakan dan lenyapnya
tanaman-tanamannya. Ketentuan semacam ini didasarkan pada sabda Rasulullah
Saw, yang artinya: “Pemilik binatang ter nak ber kew ajib- an memelihar anya di siang har i, sedangkan apa yang
di r usak di malam har i kar ena binat ang it u, maka ia menjadi tanggung jaw ab mer eka.” [ H R I mam Ahmad,
Abu Dawud dan I bnu Majah]
Binatang yang merusak karena dirinya sendiri, tanpa ada
yang menggembala atau mengendalikannya, maka tidak ada tanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkannya. Ini
di dasarkan pada sabda Rasul ul lah Saw, yang ar t i nya: “Binatang ter nak itu bebas ber tindak sewenang-w enang.”
[ HR Bukhari dan Muslim] Hukum ini juga berlaku bagi binatang yang ditunggangi oleh
seseorang kemudian ia merusak tanaman atau apapun dengan kakinya. Rasulullah Saw bersabda, “Kaki binatang itu bebas
ber buat sewenang-wenang; sedangkan yang r usak kar ena mulut dan tangannya, ketika binatang itu ditunggangi, maka
harus dipertanggungjawabkan.” [HR Abu Dawud]
Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI
8 2