M em per tahankan H ar ta

Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam 8 3 sebelum beliau Saw diutus menjadi Rasulullah. Ketika beliau diutus menjadi Rasul Allah Swt, beliau menetapkan kebolehan syir kah mu ar abah . I mam I bnu Syibah pernah meriwayat kan sebuah hadis dar i Abdul l ah Bi n H umai d dar i bapaknya dar i kakeknya, bahwasanya Umar Bin Khattab pernah memberikan harta anak yat im dengan cara mu ar abah . Kemudian Umar memint a bagian dari harta tersebut, lalu dia mendapatkan bagian. Lalu, bagian itu dibagikan kepadanya oleh Al Fa al.” I bnu Qudamah di dalam kitab Al Mughni juga menuturkan sebuah ri wayat dar i M al ik Bi n I l a’ Bi n Abdurr ahman dar i bapaknya dari kakeknya, bahwasanya U man bin ‘Affan Ra telah melakukan qira mu ar abah dengannya.

b. Ketentuan Umum M engenai Sy ir kah M udarabah

ƒ Rukun syir kah mu arabah adalah pemodal ahibu ra’si al- m l, pengelola al-’ mil, dan I jab qabul. Pemodal dan pengelola disyarat kan haruslah orang-orang yang secara syar’i absah melakukan transaksi mu’amalah. Sedangkan I jab qabul, tidak disyaratkan menggunakan lafa khusus, akan tetapi cukup dengan lafa -lafa yang menunjukkan sempurnanya aqad syir kah mu ar abah . ƒ Syarat-syarat syirkah mu arabah adalah; 1 modal harus diserahkan kepada pengelola ketika aqad syirkah dilakukan. Jika aqad syir kah dilakukan tetapi modal belum diserahkan, maka syirkah tersebut tidak sah. 2 pembagian keuntungan antara pemodal dan pengelola haruslah jelas, misalnya 40 untuk pemodal, 60 untuk pengelola. 3 pemodal tidak diperkenankan mengelola syir kah at au modal. H anya pengelola saja yang berhak mengelola syir kah dan modal. Sebab, syir kah mu arabah adalah syir kah antara modal dengan badan pengelola, bukan sy ir kah ant ara badan pengelola dengan badan pemodal, 4 lama waktu syir kah dan kapan bagi hasil dilakukan haruslah jelas. ƒ Bagi hasil hanya dilakukan ketika sudah ada keuntungan. M isalnya, modal yang diser ahkan pemodal berjumlah 1 milyar. Set elah dikelola, hart a ber kembang menjadi 10 mi l yar , sehi ngga ada sel i si h sebesar 9 mi l yar . Uang sebesar 9 milyar inilah yang akan dibagi antara pemodal dan pengelola sesuai dengan prosentase bagi hasil yang disepakat i. ƒ Ji ka sy i r kah mengal am i ker u gi an, buk an k ar en a k et el edor an pen gel ol a, maka pem odal m en an ggun g ker ugian sebesar modal yang i a serahkan, sedangkan pengelola menanggung kerugian tenaga yang ia curahkan. Namun, jika kerugian t ersebut karena ketidakamanahan dar i pen gel ol a, maka k asusnya ak an di sel esai kan berdasarkan keput usan dari hakim. . Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 8 4 6 . R iba

a. Penger tian Riba

Secara literal, ar -r ib bermakna az-ziy dah tambahan. Menurut I mam abari dalam kitab tafsirnya, makna asal dari riba adalah az-ziy dah w a al-in fah tambahan atau kelebihan. Menurut istilah syariat para ulama mendefinisikan riba sebagai berikut. I mam I bnuI bnu Al-‘Arabi mendefinisikan riba dengan; semua t ambahan yang t idak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi. I mam Suyuti dalam Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya. Di dalam kitab Al-Mabsu , I mam Sarakhsi menyatakan bahwa riba adalah al-fa lu al-kh li ‘an al-‘iwa al-masyr fi al- bai’ kelebihan atau tambahan yang tidak disertai kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli. Di dalam jual beli yang halal terjadi pertukaran antara harta dengan hart a. Sedangkan ji ka di dalam jual beli t erdapat tambahan kelebihan yang tidak disertai kompensasi, maka hal ini bert ent angan dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam ini haram menurut syariat.

b. H ukum Riba

Seluruh ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba. Harta it u harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diket ahui. Dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja. Di dalam Kitab Al-Mugni, Ibnu Qudamah mengat akan, r iba diharamkan berdasarkan Kit ab, Sunnah, dan Ijma’. Dal i l pengharaman r iba adal ah firman Allah Swt yang art i nya: “Or ang-or ang yang makan mengambil r iba tidak dapat ber dir i melainkan seper ti ber dir inya or ang yang kemasukan syait an lant ar an t ekanan penyakit gila keadaan mer eka y ang demi ki an i t u, adal ah di sebabkan m er eka Ber kat a ber pendapat , “Sesungguhnya jual beli it u sama dengan r i ba,” padahal Al l ah t el ah m en ghal al kan j ual bel i dan m en ghar am kan r i ba. Or an g- or an g y ang t el ah sam pai kepadanya lar angan dar i Tuhannya, lalu ter us ber henti dar i mengambil r iba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang lar angan; dan ur usannya ter ser ah kepada Allah. Or ang yang kembali mengambil r iba, maka or ang itu adalah penghuni-penghuni ner aka; mer eka kekal di dalamnya”. [ QS Al-Baqarah 2: 275] .