2. Syar at-syar at Bar ang dan H ar ga

Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI 68 Nabi Saw juga melarang seorang Muslim menjual barang yang belum ada di tangannya. Nabi Saw bersabda,”Jika kamu t el ah membeli sesuat u, maka j anganl ah kamu menjualnya sebelum bar ang itu kamu ada di tanganmu”. [ HR I mam Ahmad, Baihaqi, dan I bnu Hibban] . ƒ Kadar, sifat, jenis, dan harga barang harus jelas dan telah diketahui harganya secara pasti. Pada kasus jual beli salam pemesanan, maka jual beli tersebut absah, selama sifat- sifat, kadar, dan harganya sudah ditentukan dan disepakati. I mam M uslim meriwayat kan hadis dari Abu H urairah, bahwasanya ia berkata, yang ar t i nya: “Rasulullah Saw melar ang jual beli dengan car a melempar dengan batu, dan jual yang mengandung unsur spekulasi tipuan”. [HR Imam Muslim]

b.3 . Syar at-syar at I jab Qabul

I jab adalah perkataan dari penjual, misalnya, “Saya jual barang i ni dengan harga sekian” ; sedangkan qabul adalah per kat aan dari pembeli, misalnya, “Saya t erima barangnya dengan harga sekian”. I jab dan qabul harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: ƒ Perkataan ijab dan qabul tidak dianggap sah jika dipisahkan atau dijeda oleh durasi waktu yang lama. Misalnya, ketika penjual sudah menyatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian”, pembeli tidak langsung menyahut, tetapi diam saja dalam waktu yang lama, dan tidak menimpali perkataan penjual. ƒ I jab dan qabul tidak boleh disela dengan perkataan, atau ucapan-ucapan lain, yang bisa merusak keabsahan ijab dan qabul. ƒ I jab qabul dianggap tidak absah jika di dalamnya disertai dengan syarat -syarat fasid yang menyebabkan jual beli tersebut menjadi jual beli bersyarat , baik syarat tersebut berujud perbuatan, seperti jika penjual mengatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian, set elah barang ini saya pakai selama sat u bulan”; at au persyaratan wakt u, sepert i jika penjual mengat akan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian setelah seminggu lagi, atau dua bulan lagi”. Ketentuan ini didasarkan hadic yang diriwayatkan oleh I mam Tirmi i, bahwasanya Nabi Saw bersabda: “Tidak halal salaf dan penjualan, ser ta dua syar at dalam satu jual beli”. [ HR I mam Tirmi i]

c. Jual Beli Fa sid Rusak

Jual beli fasid adalah jual beli terlarang, namun dari sisi jual belinya dianggap absah. Jual beli fasid termasuk jual beli Bab 5 | Transaksi Ekonomi dalam Pandangan Islam 69 yang diharamkan di dalam I slam. Namun, jika kefasidannya bisa dihilangkan, maka jual beli tersebut menjadi absah halal. Jual beli yang termasuk jual beli fasid adalah sebagai berikut: ƒ M embeli barang yang sedang ditawar oleh orang lain yang masih berada dalam khiyar pilihan. I mam Bukhari dan Muslim menuturkan sebuah hadis, bahwasanya Nabi Saw bersabda: “Janganl ah membel i bar ang y ang sedang dibeli oleh saudar anya, dan janganlah menaw ar di atas t aw ar an saudar anya, hingga ia mengijinkannya, atau ia membatalkannya”. [ HR I mam Bukhari dan Muslimdari Abu Hurairah] . ƒ Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar , padahal i a t idak ingin kepada bar ang t ersebut , tet api semata-mata agar orang lain tidak dapat membeli barang tersebut . ƒ Jual beli tanpa mengetahui harga pasar. Di masa dahulu, Nabi Saw mel ar ang kaum M usl im menemui dan menghentikan orang-orang desa yang membawa barang ke pasar, dan membeli barang tersebut dengan harga murah, sebelum orang-orang desa tersebut sampai ke pasar dan menget ahui har ga pasar. I mam Bukhar i dan M usl im menuturkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya beliau Saw bersabda, yang artinya: “Janganlah kalian cegat di jalanan orang yang berkendaraan itu orang desa yang membawa bar angnya ke pasar , dan janganlah or ang kota ber j ual beli dengan or ang dusun y ang t idak t ahu harganya”. [HR Imam Bukhari dan Muslim] . Larangan jual beli antara penduduk kota dan desa sebelum tiba di pasar dikarenakan orang desa tidak mengetahui harga pasar. Jika ketidaktahuan terhadap harga ini lenyap, maka transaksi jual beli tersebut tidak lagi disebut jual beli fasid. ƒ Memperjualbelikan barang yang baru dibeli namun belum diterima di tangan pembeli. Tetapi, jika barang t ersebut diamanahkan oleh pembel i kepada penjualnya, maka apabi l a penj ual menj ual nya, maka j ual bel i t er sebut di anggap absah. Nabi Saw ber sabda: “ Bar an gsi apa membeli makanan, maka jangan menjualnya sebelum ia mener ima”. [ HR I mam Muslim dari I bnu Abbas Ra] . ƒ Jual beli buah-buahan sebelum nyata buahnya, sepert i menj ual put ik buah, at au menjual t anaman padi yang masih menghijau. Jual beli seperti ini disebut jual beli ijon. Nabi saw melarang praktek jual beli seperti ini. I mam Bukhari dan Muslim menuturkan sebuah riwayat dari I bnu ‘Umar Ra, bahwasanya Nabi Saw bersabda: “Janganlah kalian menjual kur ma hingga buahnya pantas dipetik”. [ HR I mam Bukhari dan Muslim]