Paradigma Pembangunan Pulau-Pulau Kecil

59 ekonomi TNL Kepulauan Seribu bagi masyarakat nelayan, sedang tujuan khususnya memberikan informasi kepada masyarakat yang didukung data empiris bahwa TNL Kepulauan Seribu memang bermanfaat bagi masyarakat setempat yang kemudian menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu penetapan TNL Kepulauan Seribu pada tahun 1995 oleh pemerintah memang memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat khususnya nelayan. Dalam analisis manfaat KKL, untuk menganalisis manfaat sosial ekonomi keberadaan TNL Kepulauan Seribu, secara konsisten menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu adanya manfaat TNL Kepulauan Seribu bagi nelayan, yang berkorelasi positif terhadap hasil pembangunan pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta. Ola 2004 melakukan penelitian tentang model pengelolaan pulau-pulau kecil dalam rangka pengembangan wilayah kepulauan Wakatobi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya mangrove untuk pemukiman penduduk seluas 1 satu Ha berdampak pada penurunan biomas kepiting pada lingkungan mangrove sebesar 23,75 kgtahun, penurunan biomas ikan balanak pada lingkungan lamun sebesar 87,50 kgtahun dan penurunan biomas ikan kerapu pada lingkungan terumbu karang sebesar 62,45 kgtahun. Pengelolaan kepulauan Wakatobi sebaiknya diarahkan untuk pengembangan sektor industri lain yang didukung oleh sektor angkutan, komunikasi, perikanan dan sektor lembaga keuangan yang tangguh, serta menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut agar di dapat kesejahteraan masyarakat maupun keberlanjutan pembangunan. Maanema 2003 melakukan penelitian tentang model pemanfaatan pulau- pulau kecil studi kasus di gugus pulau Pari, Kepulauan Seribu. Tujuan penelitiannya antara lain menentukan model pemanfaatan gugus pulau Pari yang sesuai dengan daya dukungnya. Model yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa model pariwisata pantai dan model budidaya dapat diterapkan. Susilo 2003 melakukan penelitian tentang keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil, dengan studi kasus di kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Hasil penelitian memfokuskan pada aspek keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil melalui model SMILE dengan 60 modifikasi RAPFISH. Dalam penelitian ini tidak menganalisis keterkaitan KKL yang ada di wilayah penelitian. Marsaoli 2001 melakukan penelitian tentang model pemanfaatan sumberdaya ikan karang berkelanjutan di kawasan pulau-pulau kecil studi kasus perikanan lencamLethrinus lentjan sistem tradisional di kawasan terumbu karang kepulauan Guraici Kabupaten Maluku Utara Propinsi Maluku Utara. Evaluasi model pemanfaatan perikanan karang berkelanjutan di dasarkan pada empat model yaitu: 1 model stok berkelanjutan, 2 model pertumbuhan berkelanjutan, 3 model surplus produksi, 4 model bioekonomi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kerusakan terumbu karang di kepulauan Guraici, menurunkan ketersediaan stok ikan lencam sekitar 78 dan penurunan pertumbuhan maksimum berkelanjutan sekitar 58. Intensitas pemanfaat optimum menurun 27 dari kondisi terumbu karang baik 168 tripkm 2 ke kondisi terumbu karang rusak 123 tripkm 2 dan hasil MSY menurun 58. Keuntungan berkelanjutan berkurang sekitar 73 pada kondisi terumbu karang rusak. Beberapa penelitian yang dilakukan di luar wilayah perairan Indonesia, yang dipublikasikan melalui beberapa jurnal ilmiah internasional, sebagaimana yang disebutkan dalam Salm et al. 2000, Rodwell et al. 2001, Sanchirico dan Wilen 2001, Rodwell et al. 2002, Gell dan Robert 2002, Kelly et al. 2002, Halpern 2003, Pomeroy et al. 2004, Cote dan Finney 2006, serta beberapa referensi lainnya; menyebutkan bahwa penelitian yang mengarah pada pengembangan KKL berkisar tentang keberhasilan pengembangan KKL secara biologi saja, yang ditunjukkan oleh keberhasilan peningkatan biomas, kelimpahan, produksi secara umum dan penyelamatan ekosistem kritis. Juga keberhasilan secara ekonomi saja yang telah meningkatkan income nelayan, pengembangan metode pengelolaan, management efektif dan pengembangan MPA network. Penelitian yang mengarah pada pemodelan bioekonomi dengan memasukkan parameter spill over effect di KKL, belum dilakukan dengan hasil yang terukur. Demikian juga di KKL Kabupaten Raja Ampat, belum pernah dilakukan penelitian kondisi bioekonomi di wilayah tersebut, apalagi penelitian tentang bioekonomi dengan memasukkan faktor spill over effect . 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2008 sampai dengan Bulan September 2009. Penelitian dilakukan di wilayah gugus pulau-pulau kecil yang pemanfaatannya sebagai basis pengembangan KKL. Lokasi tersebut adalah di KKL Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, dengan gambaran peta jejaring KKL dan sebaran satwanya terlihat pada Gambar 10. Sumber: Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006 Gambar 10 Lokasi KKL dan sebaran satwa di Kabupaten Raja Ampat