Letak Geografis dan Administratif

mangrove yang bersifat asam dapat mempengaruhi nilai pH pada kedalaman 0 m permukaan. Nilai pH terendah pada kedalaman 10 m juga berada di perairan Teluk Mayalibit, hal ini diperkirakan karena tingginya kekeruhan yang disebabkan oleh banyaknya bahan-bahan organik tersuspensi yang berasal dari daratan maupun dari proses sedimentasi. Secara umum rata-rata nilai pH di perairan Raja Ampat yang sebesar 8,08 permukaan dan 8,06 kedalaman 10 m masih tergolong baik DKP-KRA 2006. 4 Oksigen terlarut Sebaran nilai oksigen terlarut di perairan Raja Ampat berkisar antara 4,0 – 10,5 mgl pada lapisan permukaan dan 4,3 - 10,5 mgl pada kedalaman 10 meter. Dari hasil pengukuran nilai rata-rata oksigen terlarut pada kedalaman 10 meter lebih tinggi daripada di permukaan. Hal ini disebabkan kebiasaan fitoplankton yang berkelompok pada beberapa meter di bawah lapisan permukaan. Selain itu rendahnya nilai oksigen terlarut di lapisan permukaan disebabkan oleh tingginya penguapan pada siang hari DKP-KRA 2006. 5 Kecerahan Kecerahan di perairan Raja Ampat berkisar antara 4 - 23 m dengan rata- rata kecerahan 12,91 m. Kecerahan minimum berada di Teluk Mayalibit yang hanya mencapai 4 - 5 m. Kecilnya kecerahan di lokasi ini dipengaruhi oleh keadaan perairan yang berupa teluk, dimana pergantian masa air sangat lamban sehingga bahan-bahan tersuspensi yang ada cenderung tetap. Kecerahan maksimum berada di perairan daerah Kofiau yang mencapai 23 m. Hal ini diperkirakan karena lokasi ini berada pada kawasan perairan bebas cukup jauh dari daratan sehingga pengaruh bahan-bahan tersuspensi yang berasal dari aktivitas daratan sangat kecil DKP-KRA 2006. 6 Arus Pola arus di perairan Raja Ampat lebih banyak dipengaruhi oleh masa air dari Samudera Pasifik Barat Western Pacific Ocean, yang bergerak dari arah timur menuju barat laut North West dan sejajar dengan daratan Papua bagian utara. Ketika arus ini tiba di Laut Halmahera atau bagian utara Kepulauan Raja Ampat, arus tersebut sebagian bergerak ke selatan dan sebagian berbalik menuju Samudera Pasifik. Arus ini dikenal sebagai Halmahera Eddie. Diduga sebagian arus ini memasuki perairan Raja Ampat. Pada bulan Maret 2006, didapatkan bahwa arus di Perairan Raja Ampat didominasi oleh pengaruh angin, namun untuk wilayah teluk dan pulau-pulau kecil yang berdekatan pola arusnya, lebih dipengaruhi oleh pasang surut. Kecepatan rata-rata arus di Perairan Raja Ampat sesuai hasil pengamatan adalah 0,11 mdetik. Daerah-daerah yang diperkirakan mempunyai arus pasang surut yang deras antara lain Selat Mansuar, Selat Kabui, dan Selat Sagawin DKP-KRA 2006. 7 Gelombang Tinggi gelombang di perairan Raja Ampat antara 0 - 1,7 meter. Ketinggian gelombang tertinggi terjadi di bagian utara Pulau Waigeo yakni sekitar 1,7 meter. Tingginya gelombang pada perairan ini disebabkan oleh hembusan angin yang datang dari arah utara Samudera Pasifik. Di perairan terlindung seperti Perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan dan Kepulauan Misool umumnya tinggi gelombang berkisar antara 0 - 1 meter. Umumnya tinggi gelombang di kawasan terlindung ini tidak banyak berubah dari waktu ke waktu, berbeda dengan bagian utara Pulau Waigeo dan Kepulaun Ayau yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan bagian selatan Kepulauan Misool yang berbatasan dengan Laut Banda DKP-KRA 2006. 8 Pasang surut Dari hasil pemantauan Dinas Hidrooseanografi TNI AL 2005, tipe pasang surut perairan Raja Ampat adalah campuran dengan dominasi pasang surut ganda berkisar antara 0,25 – 1,50 m. Jenis pasang surut ini berarti dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan surut, serta tinggi pasang pertama tidak sama dengan tinggi pasang kedua. Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan di pantai APSOR Suprau - Sorong didapatkan kisaran tinggi pasang surut tidal range berkisar antara 1,15 – 1,80 m. Peta hidrooseanografi perairan Raja Ampat dapat dilihat pada Lampiran 2 DKP-KRA 2006.

4.3 Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut

1 Terumbu karang Keanekaragaman hayati terumbu karang di perairan Raja Ampat umumnya dalam kondisi fisik yang baik. Berdasarkan hasil penelitian CII, TNC dan WWF, tercatat 537 jenis karang keras, 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Tercatat juga 828 CII dan 899 TNC-WWF jenis ikan karang sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili. Diperkirakan jenis ikan ini dapat mencapai 1.346, berdasarkan kesinambungan genetik di wilayah kepala burung, sehingga menjadikan kawasan ini kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Berdasarkan indeks kondisi karang, 60 terumbu karang dalam kondisi baik dan sangat baik. Di sebagian wilayah telah terjadi perusakan terumbu karang yang disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium. Di kawasan Raja Ampat juga ditemukan 699 jenis hewan lunak jenis moluska yang terdiri atas 530 siput-siputan gastropoda, 159 kerang-kerangan bivalva, 2 scaphopoda , 5 cumi-cumian cephalopoda dan 3 chiton DKP-KRA 2006; Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006. Di perairan Raja Ampat, umumnya terumbu karang tersebar di seluruh kawasan, yaitu di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan. Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan, dan tempat berlindung bagi hewan laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisik secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung maupun tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan sumber utama bahan-bahan konstruksi. Di samping itu terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung dan penyedia bagi perikanan termasuk di dalamnya sebagai penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai hasil laut. Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi, baik rekreasi pantai