Keberlanjutan sumberdaya perikanan Identifikasi Masalah

11 punggung keberhasilannya adalah masalah perencanaan. Di samping itu juga aspek pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan yang memang masih lemah. Kemudian penerapan instrument apakah yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahn tersebut? Bagaimana pengelolaan sumberdaya ikan yang benar agar memberikan manfaat optimal bagi masyarakat namun dapat menjamin keberlanjutan sumber dayanya?

1.2.2 Kawasan konservasi laut

Prinsip KKL adalah spill over effect atau dampak limpahan Fauzi dan Anna 2005. Selanjutnya KKL memiliki banyak manfaat signifikan yang akan membantu pengelolaan sumberdaya ikan dalam jangka panjang. Sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan dijelaskan bahwa KKL dimaksudkan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Li 2000 yang diacu dalam Fauzi dan Anna 2005 juga menjelaskan bahwa KKL bermanfaat untuk peningkatan produktivitas perairan productivity enchancement. Manfaat-manfaat tersebut yang sebagian merupakan manfaat langsung yang bisa dihitung secara moneter, sebagian lagi merupakan manfaat tidak langsung yang sering tidak bisa dikuantifikasi secara moneter. Namun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa KKL memiliki nilai ekonomi yang tidak hanya bersifat tangible terukur, namun juga tidak terukur intangible. Manfaat terukur biasanya digolongkan ke dalam manfaat kegunaan, baik yang dikonsumsi maupun tidak, sementara manfaat tidak terukur berupa manfaat non-kegunaan yang lebih bersifat pemeliharaan ekosistem dalam jangka panjang. Secara ekonomi, KKL dapat diibaratkan sebagai investasi sumber daya di masa mendatang Fauzi dan Anna 2005. Beberapa studi berkaitan dengan penerapan KKL mengindikasikan bahwa proteksi kawasan laut dari akivitas penangkapan ikan akan menyebabkan perubahan cepat dan dramatis terhadap populasi dan habitat ikan Gell and Roberts 2002. Sebagai gambaran secara nasional, berdasarkan data pada KKP 2010, bahwa luas KKL sampai dengan akhir tahun 2009 yang diinisiasi oleh Kementerian Kehutanan adalah 5.426.092 Ha dan diinisiasi oleh Kementerian 12 Kelautan dan Perikanan serta Pemda sekitar 20.270.629 Ha. Inisiasi Kementerian Kehutanan terdiri dari: 1 4.045.049,00 Ha Taman Nasional Laut TNL, 2 767.610,15 Ha Taman Wisata Alam Laut TWAL, 3 274.215,45 Ha Cagar Alam Laut CAL dan 4 339.218,25 Suaka Margasatwa Laut SML. Inisiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan beserta Pemda terdiri dari: 1 3.521.130 Ha Kawasan Konservasi Perairan Nasional Taman Nasional Perairan Laut Sawu, 2 3.155.572 Ha Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD, 3 13.591.406 Ha calon KKLD, 4 2.086 Ha Daerah Perlindungan LautMangrove DPLDPM dan 5 453 Ha Suaka Perikanan. Bermunculannya KKL tersebut dan pendapat masyarakat yang pro dan kontra, perlu penanganan serius dan perlu justifikasi oleh Pemerintah secara jelas, agar tujuan pengelolaan KKL benar-benar dapat memenuhi tujuan biologi dan tetap dapat mensejahterakan masyarakat, sehingga pro dan kontra bisa menjadi minimal.

1.2.3 Dampak pembangunan terhadap pulau-pulau kecil

Pelaksanaan pembangunan di kawasan pulau-pulau kecil yang diarahkan pada kesejahteraan masyarakat, merupakan suatu proses yang akan membawa suatu perubahan pada sumberdaya alam. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada lingkungan hidup. Semakin tinggi intensitas pembangunan yang dilaksanakan maka semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya dan perubahan lingkungan yang akan terjadi di pulau-pulau kecil tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat dalam pengelolaannya. Pola pengelolaan sumberdaya alam yang baik harus dapat menempatkan sumberdaya alam tersebut sebagai subyek dan obyek pembangunan sehingga dapat berperan dalam pembangunan regional maupun nasional secara menyeluruh, berlanjut dan berkesinambungan, dimana pembangunan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam yang ada untuk kesejahteraan manusia secara lestari. Sehingga dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, terlebih lagi dalam suatu gugusan pulau-pulau kecil, akan timbul permasalahan jika kegiatan pembangunan dan hasil yang akan dicapai tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan yang 13 diharapkan. Adapun tujuan pengelolaan yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan masyarakat dapat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan dan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan yang dapat merugikan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Pembangunan yang berkesinambungan di wilayah pulau-pulau kecil menjadi perhatian penting mengingat dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan. Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil sebagaimana dijelaskan dalam DKP 2001, 2005, 2007d, 2007e, Retraubun dan Atmini 2004 dan Bengen dan Retraubun 2006, akan mendatangkan dampak positif atau manfaat antara lain: 1 Secara ekonomi potensi sumberdaya hayati dan non hayati begitu besar sehingga jika pulau-pulau kecil berhasil dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan, maka akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru; 2 Secara sosial pengembangan kawasan pulau-pulau kecil akan meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang tinggal di kawasan pulau-pulau kecil serta dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah; 3 Secara geopolitik pengembangan pulau-pulau kecil terutama di kawasan perbatasan akan menjamin keamanan dan ketahanan wilayah Indonesia. Dengan berkembangnya wilayah perbatasan, akan mudah mendeteksi ancaman yang datangnya dari negara lain; dan 4 Secara ekologis pengembangan pulau-pulau kecil akan semakin meningkatkan pengawasan terhadap ancaman kerusakan ekosistem akibat faktor alam atau manusia. Beberapa dampak negatif yang dapat terjadi sebagai akibat pengembangan pulau-pulau kecil yang antara lain bersifat fulnerable dan isolated area, dapat dijelaskan dalam DKP 2001, 2005, 2007d, 2007e, Retraubun dan Atmini 2004 dan Bengen dan Retraubun 2006, antara lain adalah: 1 Degradasi lingkungan perairan pulau-pulau kecil, yang dapat mempengaruhi pertumbuhanperkembangan jenis-jenis biota laut yang ada diperairan pesisir dan laut; 14 2 Degradasi lingkungan wilayah daerah aliran sungai inland pada pulau-pulau kecil; 3 Pencemaranpolusi; 4 Sedimentasi karena faktor alam akibat arusgelombang laut maupun faktor kegiatan manusia; dan 5 Erosi pantai akibat faktor alam dan aktivitas manusia. Kebijakan dan program pembangunan yang dilaksanakan di wilayah pulau-pulau kecil diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman dalam mengatur, mengarahkan serta mengendalikan berbagai aktivitas masyarakat dalam upaya pemanfaatan sumberdaya kawasan pesisir di kepulauan secara terpadu integrated dan lestari. Dengan demikian sumberdaya pesisir akan mampu menunjang kegiatan investasi dan usaha masyarakat yang berkelanjutan sustainable. Adanya dampak positif dan negatif apabila wilayah pulau-pulau kecil dikembangkan, harus menjadi perhatian Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengembangan pulau-pulau kecil. Upaya meminimalisasi dampak negatif harus menjadi prioritas. Oleh sebab itu apakah pengembangan KKL di pulau- pulau kecil menguntungkan atau ideal? Atau dampak negatif yang ditimbulkannya dapat minimal? Penting dilakukan suatu upaya untuk pengembangan pulau-pulau kecil yang memberikan manfaat optimum baik secara biologi, sosial dan ekonomi, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat baik jangka pendek maupun panjang, serta dampak negatifnya menjadi minimal.

1.2.4 Pemodelan bioekonomi KKL di pulau-pulau kecil

Model yang dapat diadopsi sebagai dasar pengembangan KKL adalah model bioekonomi sumberdaya perikanan, dengan pemodelan yang sederhana. Model bioekonomi ini pada dasarnya merupakan pemodelan yang menyangkut bagaimana mengelola sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan, yang dimulai dengan model Gordon-Schaefer Gordon 1954 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Clark dan Munro 1975. Model untuk pengelolaan pulau-pulau kecil adalah model-model klasik yang mengkaji tentang perikanan dan pariwisata Brander dan Taylor 1998; Casagrandi dan Rinaldi 2002; Maanema 2003, atau Convergen Dual Track Model CD TRAM yang