Nilai Ekonomi Sumberdaya Mangrove

131 merupakan ekosistem pesisir atau lebih spesifik lagi adalah ekosistem estuaria, secara ekologis merupakan daerah asuhan nursery ground, daerah tempat mencari makan feeding ground dan bagi sebagian organisme laut termasuk udang merupakan daerah pemijahan spawning ground. Fungsi bio-ekologis tersebut memberi ruang bagi organisme laut untuk hidup sesuai dengan siklus hidup masing-masing. Seperti halnya kepiting, ekosistem mangrove adalah merupakan daerah perbesaran untuk udang dan juga menjadi daerah asuhan dan mencari makan Pramudji dan Purnomo 2003. Udang dapat hidup baik hingga ukuran tertentu di ekosistem mangrove, yaitu pada fase asuhan dan pembesaran. Seperti pada fase larva asuhan, ekosistem mangrove akan dipadati larva-larva udang berukuran kecil yang kemudian menjadi benur benih udang, untuk budidaya tambak udang dewasa. Jumlahnya mencapai ratusan ribu dan bahkan jutaan dengan ukuran yang sangat kecil. Pada fase menuju dewasa sekelompok udang-udang tertentu, seperti udang putih akan tetap tinggal dan menetap di ekosistem mangrove, sehingga memungkinkan tertangkap oleh nelayan Pramudji dan Purnomo 2003. Pada umumnya nelayan yang melakukan operasi penangkapan udang di kawasan mangrove adalah nelayan paruh waktu, dimana mereka melakukan operasi tersebut setelah melaut. Umumnya mereka melakukannya pada malam hari dengan menggunakan alat penerang lampu dan perangkap. Tujuan penangkapan tersebut adalah untuk konsumsi rumah tangga dan hanya dijual dalam skala kecil, itupun jika jumlah tangkapan melebihi tingkat konsumsi mereka DKP-KRA 2006. Nilai manfaat ekonomi untuk udang di ekosistem mangrove sebesar Rp. 1.120.000.000,00 per tahun, yang umumnya dipasarkan di pasar sekitar Raja Ampat. Hingga saat ini, produksi udang dari Raja Ampat belum ada yang dipasarkan hingga ke luar daerah seperti halnya ikan dan kepiting. Sama dengan kepiting, perhitungan manfaat ekonomi langsung dari mangrove untuk kehidupan udang ini juga didekati dengan menggunakan model hubungan regresi antara luasan ekosistem mangrove dengan produksi udang yang dihasilkan. Model regresi ini untuk mengetahui besarnya manfaat ekosistem mangrove sebagai penyedia pakan alami bagi udang Adrianto 2004; Dohar dan Anggraeni 2006. 132 4 Kayu bakar Selain manfaat langsung seperti ikan, udang dan kepiting, ekosistem mangrove di Kabupaten Raja Ampat, juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber bahan kayu bakar dan bahan bangunan. Masyarakat dapat menggunakan kayu dari berbagai jenis tumbuhan mangrove untuk keperluan tersebut. Pada umumnya pengambilan kayu bakar tesebut dilakukan di waktu- waktu luang dan ketika air sedang surut atau pada waktu sore hari. Jumlah kayu yang dimanfaatkan sangat bervairasi dan hanya sebatas untuk keperluan rumah tangga mereka, dan tidak untuk tujuan dijual. Namun kegiatan konversi menjadi kayu bakar akan sangat besar jumlahnya pada saat ada pesta pernikahan atau pesta lainnya di perkampungan, dimana masyarakat secara bergotong royong mengambil kayu bakar di ekosistem mangrove DKP-KRA 2006; Dohar dan Anggraeni 2006. Setelah dilakukan valuasi, khusus untuk penggunaan mangrove sebagai kayu bakar, diketahui nilai manfaat yang diberikan sebesar Rp. 1.211.125.000,00 per tahun, atau sebesar 0,196 dari total manfaat langsung ekosistem mangrove. Nilai ini tergolong kecil karena pemanfaat ekosistem mangrove oleh masyarakat sebagai kayu bakar masih relatif kecil. Kecilnya nilai manfaat ekonomi ini dipengaruhi oleh rendahnya animo masyarakat untuk memanfaatkan kayu mangrove sebagai bahan kayu bakar atau bangunan. Meskipun ekosistem mangrove cukup luas yaitu 14.130 Ha, keberadannya tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan kayu bakar DKP-KRA 2006; Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006; Dohar dan Anggraeni 2006. Dari Tabel 18 sebagaimana di atas menunjukkan bahwa nilai manfaat terbesar yang diperoleh masyarakat dari eksoistem mangrove, adalah nilai penangkapan ikan yaitu sebesar Rp. 609.671.124.000,00 per tahun atau sebesar 98.8 per tahun. Manfaat yang paling kecil yaitu untuk produksi udang sebesar Rp.1.120.000.000,00 per tahun atau sebesar 0,182 per tahun. Hal ini berkaitan erat dengan mata pencaharian masyarakat Raja Ampat yang sebagian besar atau sebesar 80 penduduknya berprofesi sebagai nelayan, termasuk menangkap ikan di sekitar eksosistem mangrove.