101 diduga disebabkan oleh perubahan kondisi perairan atau migrasi ikan, mengingat
perairan Raja  Ampat berada pada posisi  lintasan  migrasi  ikan DKP-KRA 2006; Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006.
5.1.3 Response terhadap kondisi KKL Raja Ampat
Dengan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan seperti diuraikan di atas, diperoleh  berbagai  response  dari  masyarakat  di  sekitar  kawasan  KKL  di
Kabupaten  Raja  Ampat.    Hasil  survei  langsung  di  lapangan  dan  wawancara dengan  masyarakat  setempat,  secara  umum  terdapat  5  lima  pengelompokan
response yang  dapat  tergali  dari  penelitian  ini,  yaitu  response  langsung  yang
berkaitan  dengan:  1  perbaikan  kebijakan  dengan  membuat  aturankebijakan baru;  2  perbaikan  input  penangkapan;  3  membentuk  kelompok  masyarakat;
4 perbaikan lingkungan; dan 5 melakukan konservasi. Dari  kelima  pengelompokkan  tersebut  dapat  diuraikan  bahwa,  respons
langsung yang mereka lakukan adalah 25 responden menyatakan akan membuat peraturan desadaerah guna melindungi kelestarian sumberdaya ikan Gambar 18.
Kondisi  saat  ini  dianggap  belum  terlambat  untuk  membuat  peraturankebijakan yang bisa disepakati oleh seluruh masyarakat sekitarnya yang dimaksudkan untuk
menjaga  kelestarian  ekosistem  pesisir  dan  sumberdaya  ikan  di  perairan  Raja Ampat.    Response  lain  yang  dilakukan  masyarakat  bahwa  23  responden
mengaku  membentuk  kelompok  dalam  melakukan  penangkapan  ikan  dan  13 responden melakukan program konservasi. Pembentukan kelompok adalah sangat
baik  dalam  rangka  untuk  mewadahi  kepentingan  bersama.  Khusus  untuk sumberdaya  terumbu  karang,  sebanyak  1  responden  menyatakan  melakukan
transpalantasi  terumbu  karang  untuk  mendukung  pelestarian  sumberdaya  ikan. Upaya  lain  yang  dilakukan  yaitu  dengan  perbaikan  lingkungan  yang  dinyatakan
oleh  5  responden.  Transplantasi  terumbu  karang  dan  perbaikan  lingkungan dilakukan  masyarakat, namun dengan presentasi  yang rendah, hal  ini disebabkan
bahwa  masyarakat  menganggap  kondisi  ekosistem  pesisir  di  Raja  Ampat  masih relatif  baik.    Namun  demikian  response  tersebut  tetap  dilakukan,  yang  diduga
karena  masyarakat  Raja  Ampat  mengharapkan  dapat  memperbaiki  taraf  hidup melalui  upaya  tidak  langsung,  juga  mereka  sangat  peduli  akan  kelestarian
102 sumberdaya  alam,  bahkan  mereka  memiliki  kearifan  lokal  dalam  bentuk  sasi
ataupun bentuk kearifan lainnya, misalnya dilarang menangkap dan makan jenis- jenis  ikan  langka  dan  bahkan  mereka  melestarikannya  DKP-KRA  2006;
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006. Selain  itu,  sebanyak  2  responden  menyatakan  akan  menambah  trip
melaut,  hal  ini  menunjukkan  bahwa  sebagian  kecil  masyarakat  tidak  mengalami kesulitan  dalam  menangkap  ikan.  Stok  ikan  relatif  masih  tinggi  akibat  frekuensi
dan  kuantitas  penangkapan  ikan  yang  masih  sedikit  Haryani  et  al.    2009  dan 2010.    Sebanyak  6  responden  nelayan  menyatakan  membawa  serta  keluarga
mereka untuk melaut, yang artinya juga menambah input dalam hal tenaga kerja, sehingga diharapkan walaupun dalam trip yang lebih sedikit dan jarak yang tidak
jauh,  mereka  akan  mendapatkan  produksi  lebih  tinggi  Haryani  et  al.  2010. Perbaikan  dan  peningkatan  input  juga  dicirikan  dari  respons  mereka  terhadap
penggantian alat tangkap 17 responden Gambar 18.
Gambar 18  Response terhadap perubahan dengan adanya KKL di Raja Ampat Namun  demikian,  response  tersebut  tidak  diikuti  dengan  membuat
rumpon,  beralih  pekerjaan,  maupun  pindah  pemukiman.  Masyarakat  tidak membuat  rumpon  karena  sumberdaya  ikan  masih  relatif  baik  sehingga  hasil
tangkapan  masih  baik.    Mereka  juga  tidak  beralih  pekerjaan  disebabkan  karena sebagian  besar  dari  mereka  tidak  memiliki  kemampuan  atau  skill  dalam  bidang
lain,  misalnya  dalam  bidang  pariwisata.    Juga  di  wilayah  kepulauan  yang  relatif
103 terisolir,  mereka  hanya  mengandalkan  perikanan  tangkap  di  lokasi  setempat  dan
akan  sulit  bagi  mereka  pindah  pemukiman  DKP-KRA  2006;  Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006.
Response negatif  ternyata  tidak  mereka  lakukan  seperti  melakukan
pembomanmeracuni  ikan  dan    memprotesmengusir  nelayan  lain,  hal  ini disebabkan  kesadaran  mereka  yang  cukup  tinggi  akan  kelestarian  sumberdaya
ikan dan keinginan untuk hidup damai DKP-KRA 2006; Pemerintah  Kabupaten Raja  Ampat  2006.  Langkah  lain  yang  dilakukan  yaitu  dengan  menangkap  ikan
dengan  jarak  yang  lebih  jauh  guna  mendapatkan  ikan  yang  lebih  banyak  8 responden.    Namun  beberapa  response  tidak  juga  dilakukan  oleh  masyarakat,
seperti  pengurangan  trip  melaut,  penambahan  dan  pengurangan  ukuran  kapal, pemanfaatan  ikan  rucah,  penanaman  mangrove  dan  mengajukan  surat
protespermintaan  ke  pemerintah.    Hal  tersebut  tidak  dilakukan  karena  dianggap tidak efektif untuk melakukan perubahan dengan adanya KKL Gambar 18.
Berdasarkan  analisis  PSR  sebagaimana  tersebut  diatas  dapat  dikatakan bahwa  KKL  Raja  Ampat  relatif  masih  belum  mengalami  tekanan  yang  besar
terhadap kerusakan sumberdaya. Tekanan yang dihadapi berupa masalah kapasitas sumberdaya  manusia  yang  relatif  masih  rendah,  kesejahteraan  yang  juga  masih
rendah,  serta  terisolasinya  wilayah  KKL  menjadikan  masyarakat  sekitar  sangat menggantungkan mata pencahariannya terhadap penangkapan ikan disekitar KKL.
Kondisi  lingkungan  yang  masih  relatif  terjaga  dengan  tingkat  kerusakan  dan pencemaran  yang  masih  rendah  menjadikan  KKL  Raja  Ampat  masih  mampu
berjalan dengan baik DKP-KRA 2006; Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006; Haryani et al.  2009 dan 2010.
Response masyarakat  sekitar  wilayah  KKL  menunjukkan  persepsi  yang
positif dengan adanya KKL ini. Untuk menjamin kelestarian SDI disekitar KKL, masyarakat  menganggap  perlunya  sebuah    peraturan  desadaerah.  Peraturan  ini
diperlukan  agar  adanya  kejelasan  pengelolaan  KKL  sehingga  semua stakeholder dapat berperan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Masyarakat juga menyadari
perlunya  mereka  membentuk  kelompok  nelayan  untuk  memudahkan  koordinasi dan  kerjasama  diantara  mereka  dalam  menjaga  kelestarian  sumberdaya  ikan.
Dampak  spill  over  yang  disebabkan  kegiatan  konservasi,  nelayan  membutuhkan
104 adanya  penggantian  alat  tangkap  yang  lebih  baik  sehingga  hasil  tangkapan  akan
semakin  meningkat  dan  kesejahteraan  pun  semakin  bertambah.  Secara  singkat gambaran umum analisis PSR disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11  Hasil analisis pressure, state, response KKL Raja Ampat
Pressure State
Response
  Rendahnya kesejahteraan
masyarakat pesisir
  Penangkapan ikan sebagai
tumpuan harapan
terakhir bagi mata
pencaharian penduduk
pesisir.
  Penangkapan ikan oleh
pendatang illegal
fishing .
  Rencana eksploitasi
pertambangan di wilayah
perairan laut.   Kondisi perikanan tangkap cukup baik,
dengan jumlah kapal bertambah, ikan yang ditangkap bertambah,  nelayan bertambah
dan harga ikan lebih baik, namun biaya melaut meningkat;
  Kondisi ekosistem pesisir semakin baik, luas terumbu karang bertambah dan
semakin baik, luas mangrove bertambah dan juga semakin baik.
  Kondisi perairan semakin baik, belum mengalami pencemaran dalam besaran
yang cukup signifikan, baik akibat limbah domestik maupun dari aktivitas pariwisata
dan pelabuhan.
  Perairan belum mengalami degradasi sumber daya alam yang cukup signifikan
baik pada ikan, terumbu karang, mangrove dan lamun.
  Ukuran ikan semakin besar sehingga harga jual semakin tinggi, dengan jenis ikan
semakin banyak dan pendapatan semakin bertambah.
  KKL menambah hasil tangkapan nelayan, berperan untuk kelestarian ekosistem,
berperan dalam menangkap ikan dan menghalangi menangkap ikan, namun
KKL menguntungkan pariwisata dan KKL berperan melindungi pesisir dari bencana.
  Kesejahteraan masyarakat bertambah, sehingga masyarakat berpendapat bahwa
KKL adalah baik.   Membuat peraturan
desadaerah guna melindungi kelestarian SDI
dan kejelasan pengelolaan KKL
  Melakukan konservasi SDI
  Membentuk kelompok nelayan untuk
memudahkan koordinasi dan kerjasama dalam
penangkapan dan kelestarian SDI
.Melakukan perbaikan lingkungan dan
transplantasi terumbu karang untuk mendukung
pelestarian SDI
  Menambah input tenaga kerja dari anggota keluarga
untuk melaut, sehingga mendapatkan produksi
lebih tinggi dan penggantian alat tangkap
yang lebih baik dengan adanya dampak spill over,
juga menambah trip melaut
  Menangkap ikan dengan jarak lebih jauh guna
mendapatkan ikan yang lebih banyak.
5.1.4  Keterkaitan  PSR  dengan  nilai  ekonomi  sumberdaya  ikan  dan pendapatan masyarakat
Dengan  adanya  pressure-state-response  sebagaimana  tersebut  diatas, responden  juga  menyatakan  bahwa  harga  jual  ikan  semakin  tinggi  44
responden,  38  responden  menyatakan  harga  jual  ikan  semakin  rendah  dan hanya 19 yang menyatakan harga jual ikan tetap. Disisi lain kondisi harga ikan,
63 responden menyatakan harga ikan lebih baik, 31 harga ikan turun, dan 6 responden menyatakan harga ikan tetap Gambar 19.  Harga ikan semakin tinggi
105 atau  harga  ikan  lebih  baik  diduga  disebabkan  oleh  daya  beli  masyarakat
meningkat, atau kualitas ikan semakin baik.
Gambar  19    Evaluasi  ukuran  ikan,  jumlah  jenis  ikan,  pendapatan  dan  harga  jual ikan
Dalam  kaitannya  dengan  biaya  melaut,  94  responden  menyatakan bahwa  biaya  melaut  meningkat,  dan  6  responden  menyatakan  biaya  melaut
tetap.  Kondisi  harga  ikan  meningkat,  demikian  juga  biaya  melaut,  disebabkan karena  nelayan  harus  semakin  jauh  menangkap  ikan  sehingga  dibutuhkan  biaya
yang tinggi.  Kondisi tersebut oleh masyarakat setempat diyakini sebagai dampak adanya KKL, yang menyebutkan bahwa adanya KKL menambah hasil tangkapan
nelayan,  namun  juga  menghalangi  menangkap  ikan.  Namun  demikian  persepsi masyarakat  juga  menyatakan  bahwa  62  responden  menyatakan  pendapatan
semakin meningkat, 16 responden menyatakan pendapatan berkurang dan hanya 22  responden  yang  menyatakan  pendapatan  tetap  Gambar  19.    Diduga
kenaikan  pendapatan  ini  disebabkan  oleh  peningkatan  hasil  tangkapan  yang disebabkan oleh peningkatan effort dan efisiensi sistem penangkapan Haryani et.