Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Laut
50 dicapai karena kurangnya sarana dan prasarana aksesibilitas DKP 2005, 2007d
dan 2007e. Kemudian secara ekologis dan ekonomis, ketersediaan faktor-faktor
yang dapat menunjang pembangunan secara berkelanjutan di pulau-pulau kecil ini sangatlah terbatas. Misalnya saja untuk penyediaan sarana dan prasarana publik
sangatlah sulit dan memakan biaya tinggi, kemudian sumberdaya manusianya juga terbatas Fauzi dan Anna 2005.
Potensi pemanfaatan pulau-pulau kecil tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi antara lain, ekonomi, sosial, ekologi, keamanan security dan navigasi Fauzi
dan Anna 2005. Selama ini potensi pemanfaatan tersebut belum dikelola secara optimal dan juga pengelolaannya cukup sensitif. Sebagai contoh, ide
menyewakan pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni telah memicu pro dan kontra, juga kasus terlepasnya pulau Sipadan dan Ligitan.
Kebijakan menyangkut pemanfaatan pulau-pulau kecil pada dasarnya haruslah berbasiskan kondisi dan karakteristik bio-geo-fisik serta sosial ekonomi
masyarakatnya, mengingat peran dan fungsi kawasan tersebut sangat penting, baik bagi kehidupan ekosistem sekitar maupun bagi kehidupan ekosistem di
daratannya. Jika saja pulau-pulau kecil ini berhasil dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, maka bukan saja akan merupakan
wilayah pertumbuhan baru yang signifikan, tetapi juga sekaligus akan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan kelompok sosial.
Pada umumnya pulau kecil di Indonesia dicirikan oleh adanya “keterisolasian” dari pulau utama, yang pada umumnya memiliki keterbatasan
kapasitas daya dukung lingkungannya. Pulau-pulau kecil tersebut membutuhkan strategi dalam pengembangannya, yaitu perencanaan dan pengelolaan yang
spesifik sesuai dengan karakteristik dan permasalahannya. Rasionalisasi antara daya dukung lingkungan dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya menjadi
faktor penentu dalam merumuskan pengembangan pulau-pulau kecil. Pada kenyataannya, pengembangan pulau-pulau kecil secara terpadu hingga saat ini
masih relatif sulit dilakukan, hal ini karena pulau-pulau kecil memiliki beberapa permasalahan, antara lain:
1 Ukuran yang kecil dan lokasi yang sulit dijangkau serta letaknya yang tersebar;
51 2 Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan pulau kecil;
3 Budaya lokal kepulauan yang kadang bertentangan dengan kegiatan pembangunan;
4 Pengembangan yang dilakukan masih bersifat sektoral, sporadis dan tidak terarah, serta lebih diprioritaskan untuk pulau kecil yang sudah berkembang
ataupun yang menjadi isu nasional; 5 Belum ada strategi nasional yang menjembatani terciptanya pengembangan
gugus pulau secara harmonis dan terpadu; 6 Pulau-pulau kecil yang tersebar di perairan nusantara tidak semuanya
berpenghuni, hal
ini dapat
mempengaruhi didalam
percepatan pembangunannya.
Pemanfaatan potensi ekonomi pulau-pulau kecil seperti pada kawasan perbatasan masih relatif rendah dan belum dikembangkan secara optimal,
misalnya potensi
pengembangan sektor-sektor
unggulan, pusat-pusat
pertumbuhan, berikut entry point maupun outlet-outlet-nya, belum dilakukan dengan strategi yang benar. Pengembangan pulau-pulau kecil dapat dilakukan
dengan baik apabila penataan ruang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dilakukan dengan baik, yaitu dengan memperhatikan karakteristik
pulau kecil, yang menyangkut aspek fisik, sosial, budaya, ekonomi, kedekatanjarak, dan beberapa hal penting lainnya. Dengan demikian maka
skenario pembangunan pulau kecil atau gugus pulau akan dapat dilakukan dengan baik pula. Pendekatan-pendekatan penataan ruang berdasarkan karakteristik
pulau-pulau kecil ini tidak dapat dilakukan per pulau, tetapi akan lebih efektif bila dilakukan melalui pengelompokan clustering, dalam upaya mengurangi
keterisolasian suatu pulau dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya yang ada dalam memacu pengembangan pulau-pulau kecil DKP 2007i.