Nilai manfaat budidaya rumput laut
                                                                                130 produksi  yang  diperoleh  hanya  dijual  di  pasaran  lokal,  seperti  daerah  Makasar,
Surabaya  dan  Jakarta.  Untuk  komoditas  ikan  lainnya,  seperti  kerapu  hidup sebagian  besar  dipasarkan  ke  Hongkong  DKP-KRA  2006.  Setelah  dilakukan
valuasi  ekonomi diketahui  nilai  manfaat ekonomi dari penangkapan  ikan sebesar Rp. 609.671.124.000,00 per tahun.
2  Kepiting
Kepiting  merupakan salah  satu biota yang  hidup  dan  berkembang  biak di ekosistem  mangrove.  Oleh  sebagian  masyarakat  di  Kabupaten  Raja  Ampat,
ekosistem  mangrove  ini  dimanfaatkan  untuk  menangkap  kepiting  bakau  Scylla serrata.
Aktivitas  masyarakat  ini  dilakukan  pada  malam  hari  dengan menggunakan  penerang  berupa  lampu  senter,  ditambah  dengan  alat  tangkap
kepiting    seperti  tombak  atau  berupa  perangkap  aktif  lainnya.  Rata-rata  lama waktu mencari dan menangkap kepiting adalah 2-4 jam per trip DKP-KRA 2006;
Pemerintah  Kabupaten  Raja  Ampat  2006  dan  2007.  Valuasi  untuk  kepiting  ini didekati  dengan  menggunakan  model  hubungan  regresi  antara  luasan  ekosistem
mangrove dengan  produksi  kepiting  yang  dihasilkan.  Dengan  model  regresi  ini,
kemudian  diketahui  besarnya  manfaat  ekosistem  mangrove  sebagai  penyedia pakan alami bagi kepiting Adrianto 2004; Dohar dan Anggraeni 2006.
Setelah  dilakukan  perhitungan  nilai  manfaat  ekonomi,  khususnya  untuk kepiting di ekosistem mangrove, diketahui nilainya sebesar Rp. 4.886.375.000,00
per tahun. Nilai ini tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan nilai manfaat dari udang maupun nilai kayu bakar. Pemanfaatan kepiting bakau oleh masyarakat
sesungguhnya  masih  tergolong  konvensional  dan  sangat  tradisional,  dimana masyarakat  hanya  melakukan  pemanfaatan  penangkapan  dengan  tujuan
konsumsi rumah tangga dan  itupun dilakukan pada waktu luang, dimana  mereka tidak  sedang  melalut.  Meskipun  kadangkala  mereka  memasarkan  ketika  jumlah
tangkapan  dianggap  cukup  untuk  dikonsumsi  dan  kelebihannya  dapat  dijual  ke pasar terdekat DKP-KRA 2006.
3 Udang
Selain  kepiting,  dalam  ekosistem  mangrove  juga  terdapat  udang  yang memiliki  nilai  manfaat  ekonomi  yang  cukup  tinggi.  Ekosistem  mangrove  yang
131 merupakan  ekosistem  pesisir  atau  lebih  spesifik  lagi  adalah  ekosistem  estuaria,
secara  ekologis  merupakan  daerah  asuhan  nursery  ground,  daerah  tempat mencari  makan  feeding  ground  dan  bagi  sebagian  organisme  laut  termasuk
udang  merupakan  daerah  pemijahan  spawning  ground.  Fungsi  bio-ekologis tersebut  memberi  ruang  bagi  organisme  laut  untuk  hidup  sesuai  dengan  siklus
hidup  masing-masing.  Seperti  halnya  kepiting,  ekosistem  mangrove  adalah merupakan  daerah  perbesaran  untuk  udang  dan  juga  menjadi  daerah  asuhan  dan
mencari makan Pramudji dan Purnomo 2003. Udang  dapat  hidup  baik  hingga  ukuran  tertentu  di  ekosistem  mangrove,
yaitu  pada  fase  asuhan  dan  pembesaran.    Seperti  pada  fase  larva  asuhan, ekosistem  mangrove  akan  dipadati  larva-larva  udang  berukuran  kecil  yang
kemudian menjadi benur benih udang, untuk budidaya tambak udang dewasa. Jumlahnya  mencapai ratusan ribu dan  bahkan  jutaan dengan ukuran  yang  sangat
kecil. Pada fase menuju dewasa sekelompok udang-udang tertentu, seperti udang putih  akan  tetap  tinggal  dan  menetap  di  ekosistem  mangrove,  sehingga
memungkinkan tertangkap oleh nelayan Pramudji dan Purnomo 2003. Pada  umumnya  nelayan  yang  melakukan  operasi  penangkapan  udang  di
kawasan  mangrove  adalah  nelayan  paruh  waktu,  dimana  mereka  melakukan operasi  tersebut  setelah  melaut.    Umumnya  mereka  melakukannya  pada  malam
hari  dengan  menggunakan  alat  penerang  lampu  dan  perangkap.  Tujuan penangkapan  tersebut  adalah  untuk  konsumsi  rumah  tangga  dan  hanya  dijual
dalam  skala  kecil,  itupun  jika  jumlah  tangkapan  melebihi  tingkat  konsumsi mereka DKP-KRA 2006.
Nilai  manfaat  ekonomi  untuk  udang  di  ekosistem  mangrove  sebesar Rp. 1.120.000.000,00 per tahun, yang umumnya dipasarkan di pasar sekitar Raja
Ampat.  Hingga  saat  ini,  produksi  udang  dari  Raja  Ampat  belum  ada  yang dipasarkan hingga ke  luar daerah  seperti  halnya  ikan dan kepiting. Sama dengan
kepiting, perhitungan manfaat ekonomi langsung dari mangrove untuk kehidupan udang  ini  juga  didekati  dengan  menggunakan  model  hubungan  regresi  antara
luasan  ekosistem  mangrove  dengan  produksi  udang  yang  dihasilkan.  Model regresi  ini  untuk  mengetahui  besarnya  manfaat  ekosistem  mangrove  sebagai
penyedia pakan alami bagi udang Adrianto 2004; Dohar dan Anggraeni 2006.