Estimasi parameter ekonomi Model Bioekonomi Tanpa KKL .1 Estimasi parameter biologi
146 Tabel 25 Hasil analisis bioekonomi tanpa KKL dan dengan KKL dalam
pengelolaan sumberdaya ikan karang atau demersal di Kabupaten Raja Ampat
σ Luasan KKL simulasi luasan
KKL dari total kawasan, dalam
h Tanpa KKL
ton per minggu
h dengan KKL
ton per minggu
E Tanpa KKL
trip per minggu
E dengan KKL
trip per minggu
π Tanpa KKL
juta rupiah per minggu
π dengan KKL
juta rupiah per
minggu
10 3,50
6,30 52,43
38,07 8,03
36,52 20
3,50 6,23
52,43 36,84
8,03 30,39
30 3,50
6,12 52,43
35,26 8,03
24,34 40
3,50 5,95
52,43 33,15
8,03 18,43
50 3,50
5,68 52,43
30,20 8,03
12,72 60
3,50 5,17
52,43 25,77
8,03 7,39
Tingkat effort pada luasan KKL 0,1 10 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan luasan 0,2 20 yaitu sebanyak 38,07 trip per minggu, sedangkan untuk
luasan 0,2 20 sebanyak 36,84 trip per minggu. Pada tingkat effort yang tinggi, akan menyebabkan produksi tinggi pula, yang pada akhirnya akan berimplikasi
terhadap tingginya rente yang diterima nelayan Haryani et al. 2010. Pada Tabel 25 di atas terlihat bahwa, rente terus mengalami penurunan seiring dengan
penurunan tingkat produksi dan jumlah effort, meskipun luasan KKL terus meningkat. Kemudian Gambar 22, Gambar 27 dan Gambar 28 memperlihatkan
perbandingan antara produksi aktual, effort aktual, dan rente dalam pengelolaan ikan karang sebagai ikan demersal dengan adanya pengaruh KKL di Kabupaten
Raja Ampat. Gambar 22 menunjukkan bahwa KKL memberikan manfaat yang berarti,
berupa peningkatan produksi perikanan. Menurut Halpern 2003 yang diacu dalam Fauzi dan Anna 2005 bahwa secara rata-rata KKL telah meningkatkan
kelimpahan abundance sebesar 2 dua kali lipat, sementara biomas ikan dan keanekaragaman hayati meningkat 3 tiga kali lipat. Peningkatan kelimpahan dan
biomas ini juga mengakibatkan peningkatan produksi perikanan jumlah tangkap dan rasio tangkap per unit effort atau CPUE. Terdapat bukti yang kuat, bahwa
melindungi daerah dari penangkapan ikan membuat bertambahnya jumlah, besarnya ukuran dan biomas dari jenis sumberdaya ikan yang dieksploitasi
McKlanahan dan Mangi 2000; McClaanhan dan Kuanda 1996. KKL sering dikatakan hanya berlaku untuk ekosistem terumbu karang. Namun kenyataannya,
metode ini sudah berhasil diterapkan pada berbagai ekosistem di dalam
147 lingkungan laut, dari kondisi tropis maupun sub-tropis. KKL dapat dikatakan
sebagai suatu alat pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan yang bersifat global McClanahan 1999; Roberts et al. 2001.
Gambar 22 Perkembangan produksi h tanpa KKL aktual dan dengan KKL, dengan luas KKL 10-60
Dari Gambar 22 di atas terlihat bahwa, tingkat produksi aktual dengan adanya KKL lebih besar dibandingkan tanpa KKL. Akan tetapi produksi aktual
dengan adanya KKL terus mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya luasan KKL. Kondisi penurunan produksi ini dipengaruhi oleh karena
berkurangnya jumlah alat tangkap, yang sekaligus turunnya upaya penangkapan effort.
Dengan demikian, semakin luas kawasan KKL dapat mengakibatkan penurunan terhadap produksi.
Kemudian untuk melihat perubahan produksi h di KKL dengan skenario peningkatan effort yaitu sebesar 5, 6, 7 dan 8, menunjukkan bahwa
produksi aktual lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dari effort yang telah ditingkatkan. Rata-rata produksi aktual sebesar 3,495 ton sedangkan produksi
dengan effort ditingkatkan 5 hanya sebesar 2,253 ton Gambar 23. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan penambahan effort tidak akan selalu diikuti dengan
peningkatan produksi yang signifikan Haryani et al. 2010. Penambahan armada
σ Luas KKL
0 10 20 30 40 50 60 70 tanpa
KKL
dengan KKL
P r
od u
k si
h ton
m in
gg u