105 atau harga ikan lebih baik diduga disebabkan oleh daya beli masyarakat
meningkat, atau kualitas ikan semakin baik.
Gambar 19 Evaluasi ukuran ikan, jumlah jenis ikan, pendapatan dan harga jual ikan
Dalam kaitannya dengan biaya melaut, 94 responden menyatakan bahwa biaya melaut meningkat, dan 6 responden menyatakan biaya melaut
tetap. Kondisi harga ikan meningkat, demikian juga biaya melaut, disebabkan karena nelayan harus semakin jauh menangkap ikan sehingga dibutuhkan biaya
yang tinggi. Kondisi tersebut oleh masyarakat setempat diyakini sebagai dampak adanya KKL, yang menyebutkan bahwa adanya KKL menambah hasil tangkapan
nelayan, namun juga menghalangi menangkap ikan. Namun demikian persepsi masyarakat juga menyatakan bahwa 62 responden menyatakan pendapatan
semakin meningkat, 16 responden menyatakan pendapatan berkurang dan hanya 22 responden yang menyatakan pendapatan tetap Gambar 19. Diduga
kenaikan pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan hasil tangkapan yang disebabkan oleh peningkatan effort dan efisiensi sistem penangkapan Haryani et.
106 al.
2010; Fauzi 2009. Juga diduga disebabkan oleh harga jual ikan yang meningkat dan semakin baik, serta kebutuhan ikan yang meningkat dengan
supplay ikan yang lebih rendah dari kebutuhan.
5.1.5 Keterkaitan antara PSR dengan keberadaan KKL
Nelayan di perairan Kabupaten Raja Ampat mengaku dengan adanya KKL menambah hasil tangkapan ikan 66 responden, kemudian 28 responden
mengaku jumlah tangkapan ikan tidak bertambah, dan sisanya 6 responden mengaku tidak tahu apakah hasil tangkapannya bertambah atau berkurang.
Penambahan hasil tangkapan ikan diduga disebabkan oleh perairan dan ekosistem disekitarnya yang terjaga dengan baik dan akibat dampak spill over yang
menyebabkan di area penangkapan jumlah ikan meningkat. Berkaitan dengan
kemudahan menangkap ikan, sebanyak 91 responden mengaku kesulitan menangkap ikan dengan adanya KKL, 6 responden mengaku tidak mengalami
kesulitan, dan 3 responden mengaku tidak tahu sulit atau tidak menangkap ikan setelah adanya KKL Gambar 20. Kesulitan menangkap ikan diduga karena
harus menangkap ikan ketempat yang lebih jauh. Untuk tingkat kesejahteraan nelayan 88 responden menyatakan bahwa
dengan adanya penetapan KKL, tingkat kesejahteraan nelayan menjadi meningkat, sebanyak 9 responden mengaku tingkat kesejahteraan tidak
meningkat dan 3 responden mengaku tidak tau apakah kesejahteraannya meningkat atau tidak dengan adanya penetapan KKL Gambar 20. Peningkatan
kesejahteraan tersebut menyebabkan masyarakat berpendapat positif, bahwa adanya KKL adalah baik dan menguntungkan mereka. Selanjutnya 88
responden mengaku dengan adanya KKL sangat baik untuk menjaga kelestarian terumbu karang dan ekosistemnya, 6 responden mengaku adanya penetapan
KKL tidak baik untuk kelestarian terumbu karang dan ekosistemnya dan 6 responden mengaku tidak tahu Gambar 20.
Penetapan KKL juga berkorelasi positif terhadap kemajuan sektor pariwisata di Kabupaten Raja Ampat Rumfaker 2010; Fauzi 2010. Dari hasil
wawancara menunjukkan bahwa 81 responden mengaku bahwa program KKL dapat menguntungkan kegiatan sektor pariwisata, 6 responden mengaku
107 program KKL tidak berpengaruh terhadap kegiatan sektor pariwisata, dan
sebanyak 13 responden mengaku tidak tahu Gambar 20.
Gambar 20 Evaluasi terhadap pengaruh adanya KKL
Manfaat KKL dalam upaya melindungi daerah dari bencana tsunami, badai, dan bencana lainnya, sebanyak 78 responden mengaku tidak tahu, hanya
16 responden saja yang mengaku bahwa program KKL dapat mencegah
108 terjadinya bencana dan hanya 6 responden mengaku bahwa program KKL tidak
dapat melindungi kawasan pesisir dari bencana Gambar 20. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat KKL dalam penanggulangan bencana,
akibat dari rendahnya pemahaman antisipasi modern terhadap bencana alam, karena masyarakat Raja Ampat didominasi oleh masyarakat tradisional DKP-
KRA 2006. Biasanya mereka mengganggap bencana alam adalah sesuatu yang harus diterima apa adanya dan kurang melakukan upaya preventif secara modern.
Namun demikian mereka memiliki kearifan lokal yang baik dalam antisipasi bencana alam DKP-KRA 2006; Pemerintah Kabupaten Raja Ampat 2006.
Dalam kaitannya dengan biaya melaut, 94 responden menyatakan bahwa biaya melaut meningkat dan 6 responden menyatakan biaya melaut tetap.
Kondisi harga ikan meningkat, demikian juga biaya melaut, disebabkan karena nelayan harus semakin jauh menangkap ikan sehingga dibutuhkan biaya yang
tinggi. Kondisi tersebut oleh masyarakat setempat diyakini sebagai dampak adanya KKL, yang menyebutkan bahwa adanya KKL menambah hasil tangkapan
nelayan, namun juga menghalangi menangkap ikan Vivekanandan 2007. Namun demikian persepsi masyarakat juga menyebutkan bahwa 62 responden
menyatakan pendapatan semakin meningkat, 16 responden menyatakan pendapatan berkurang dan hanya 22 responden yang menyatakan pendapatana
tetap Gambar 20. Diduga kenaikan pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan hasil tangkapan yang disebabkan oleh peningkatan effort dan efisiensi sistem
penangkapan. Juga diduga disebabkan oleh harga jual ikan yang meningkat dan semakin baik, serta kebutuhan ikan yang meningkat dengan suppaly ikan yang
lebih rendah dari kebutuhan Haryani et al. 2009 dan 2010.
Secara umum pengamatan secara cepat dengan metode DPSR atau PSR menggunakan data sekunder mapun primer, yang berasal dari wawancara dengan
masyarakat setempat, merupakan metode yang dapat diandalkan untuk analisis kebijakan maupun dalam analisis valuasi ekonomi. Analisis PSR dapat digunakan
sebagai basic baseline dan juga cross checking atas analisis selanjutnya seperti Contingent Valuation Methode
CVM dalam Analisis Valuasi Ekonomi.