Aplikasi Model Pengelolaan KKL Kabupaten Raja Ampat

175 terhadap kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan. Selain itu karakteristik nelayan di pulau-pulau kecil yang masih subsisten menyebabkan pembinaan mata pencaharian alternatif yang non ekstraktif menjadi penting dilakukan. 7 Model pengelolaan KKL dapat diterapkan tidak hanya secara top down dari pihak pemerintah government lead saja. Namun model pengelolaan bisa memberikan pelibatan masyarakat lebih besar community lead atau memberikan hak pengelolaan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat LSM NGO lead ataupun collaboratif. 2 Saran untuk penelitian lanjutan: 1 Pengembangan model hybrid bioekonomi KKL ini secara teoritis dapat ditindaklanjuti yaitu dengan menjembatani beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Masih banyak faktor-faktor lainnya yang terjadi dilapangan dan mempengaruhi sistem, belum dimasukkan ke dalam model. Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah menambahkan beberapa indikator lain ke dalam model, sebagaimana yang belum disebutkan dalam asumsi model, sehingga akan menambahkan kesempurnaan dari model yang dikembangkan dalam penelitian ini. 2 Beberapa penelitian yang dapat dilanjutkan berdasarkan studi ini adalah: i mengembangkan model bioekonomi KKL dengan menggabungkan σ model dan β model, sehingga model bioekonomi KKL yang dihasilkan akan menjadi lebih sempurna dan applicable; ii karakteristik lain terkait pulau-pulau kecil, antara lain sifatnya yang vulnerable dan multiple use, perlu dipertimbangkan dalam model; iii memasukkan variabel ketidakpastian sumberdaya ke dalam model; iv memasukkan unsur kualitas lingkungan ke dalam model; v melakukan analisis dinamik optimisasi KKL optimal; vi mengukur K KKL dan K Non-KKL riil di Kabupaten Raja Ampat, sehingga dapat diketahui nilai optima l dari β atau spill over effect; membuat model KKL yang mengakomodasi dinamika exit dan entry dari pelaku yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya. DAFTAR PUSTAKA Adrianto L. 2004. Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor. PKSPL IPB. 105 hal. Alder J. 1996. Have Tropical Marine Protected Areas Worked? An Initial Analysis of Their Success. Coastal Management 24: 97-114. Alder J, Zeller D, Pitcher T, Sumaila R. 2002. A Method for Evaluating Marine Protected Area Management. Coastal Management 30: 121-131. Anna S. 1999. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Teluk Jakarta [thesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 115 hal. Anna S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan- Pencemaran [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 371 hal. Anna S. 2006. Analisis Ekonomi Kawasan Konservasi Laut: Optimisasi dan Dampak Sosial Ekonomi pada Perikanan. Paper disampaikan pada Workshop Nasional Sosial Ekonomi Perikanan, 2-4 Agustus 2006, di Bogor. FPIK IPB. 15 hal. Arnason R. 2001. Marine Reserves: Is There an Economic Justification? Fisheries Centre Research Reports 2001 Volume 9 No.8. Armstrong C, Reithe S. 2001a. Economics of Marine Protected Areas. Vancouver. The Fisheries Centre, University of British Columbia. 204 hal. Armstrong C, Reithe S. 2001b. Marine Reserves – will They Accomplish More with Management Costs? Paper Discussions and Issues: A Conference held at the UBC Fisheries Centre, July 2000. Vancouver. The Fisheries Centre, University of British Columbia. Hal 13-18. BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020, Dokumen Regional. Jakarta. Bappenas RI. 290 hal. Barton DN. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. SMR-Report 1494. [BAPPEDA-KRA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Raja Ampat. 2006a. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Raja Ampat. Waisei. Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat. 82 hal. 178 [BAPPEDA-KRA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Raja Ampat. 2006b. PDRB Kabupaten Raja Ampat. Waisei. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Raja Ampat. 106 hal. Borrini G. 2009. Collaborative Management of Protected Areas: Tailoring the Approach to the Context. Paris. Social Policy IUCN. 55 hal. Bengen DG. 2003. Definisi, Batasan dan Realitas Pulau-Pulau Kecil. Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari “Validasi Jumlah Pulau-Pulau dan Panjang Garis Pantai di Indonesia, 17 April 2003. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan. 13 hal. Bengen DG dan Retraubun WSA. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-pulau Kecil. Jakarta. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut P4L. 116 hal. [BPS-KRA] Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat, 2006. Kabupaten Raja Ampat dalam Angka. Waisei. Badan Pusat Statistik Kabupaten Raja Ampat. 134 hal. Brander JA, Taylor MS. 1998. The Simple Economics of Easter Island: A Ricardo-Malthus Model of Renewable Resources Use. American Economics Review 881:119-138. Casagrandi R, Rinaldi R. 2002. A Theoretical Approach to Tourism Sustainability. IASA Report IR-02-051. CEDMMRPAUSNRC Committee on the Evaluation, Design, and Monitoring of Marine Reserves and Protected Areas in the United States, National Research Council. 2001. Marine Protected Areas, Tools for Sustaining Ocean Ecosystems. Washington DC. National Academy Press. 272 hal. Charles AT. 1993. Towards Sustainability: The Fishery Experience. Ecological Economics Vol. 11 pp 201-211. Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System, an Interdiciplinary Approach to Fishery Analysis. New York. Blackwell Science Inc. 254 hal. Clark CW. 1985. Bioeconomic Modelling and Fisheries Management. New York. John Wiley and Sons. 134 hal. Clark C, Munro G. 1975. The Economics of Fishing and Modern Capital Theory: A Simplified Approach. Journal of Environmental Economics and Management 2:92-106.