Perumusan Masalah Pemodelan hybrid bioekonomi untuk pengembangan kawasan konservasi laut di pulau pulau kecil

18 Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah tersebut di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian research questions sebagai berikut: 1 Bagaimana persepsi masyarakat terhadap performance ataupun kondisi umum sumberdaya ikan dan pengelolaannya di lokasi penelitian? Artinya bagaimana kondisi biogeofisik dan pemanfaatan sumberdaya ikan berdasarkan persepsi masyarakat di lokasi penelitian? Khususnya ditinjau dari aspek mengapa dikembangkan KKL, apakah KKL menguntungkan dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap tingkat keberlanjutan sumberdaya ikan? 2 Berapa nilai parameter biologi sumberdaya ikan di lokasi penelitian? Artinya apakah nilai biomas x, pertumbuhan alami r, koefisien daya tangkap q dan kemampuan daya dukung lingkungan K di lokasi penelitian berada pada level yang menjamin pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan? 3 Bagaimana performance baseline keadaan tanpa dan dengan instrumen pengelolaan KKL perikanan tangkap aktual dan kondisi sustainable MSY dan MEY di lokasi penelitian? Artinya berapa nilai dan level biomas, produksi, effort dan rente sumberdaya ikan di KKL di pulau-pulau kecil pada kondisi sultainable yield, economic yield dan open access? 4 Berapa luasan KKL di pulau-pulau kecil di lokasi penelitian yang menjamin manfaat biologi, ekonomi dan sosial dengan optimal? 5 Berapa potensi dan nilai ekonomi KKL di pulau-pulau kecil di lokasi penelitian? Berapa pula nilai manfaat dan non manfaat sumberdaya ikan di lokasi penelitian dalam kaitan dengan potensi keanekaragaman hayati? 6 Bagaimana nilai spill over effect KKL terhadap keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di lokasi penelitian? Artinya adakah perubahan produktivitas di lokasi penelitian sebagai dampak penerapan KKL? Atau bagaimana menghitung spill over effect dan bagaimana mengelolanya? 7 Bagaimana dampak ekonomi dan sosial pada penerapan KKL di pulau- pulau kecil? Artinya bagaimana pengaruh terhadap kesejahteraan ataupun income masyarakat pelaku perikanan tangkap? Bagaimana pula dampak penerapan KKL terhadap pemerintah? 19 8 Bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal berkaitan dengan penerapan KKL di pulau-pulau kecil yang menjamin manfaat biologi, sosial dan ekonomi maksimum?

1.4 Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

Atas dasar identifikasi dan perumusan permasalahan sebagaimana tersebut di atas, tujuan umum dari penelitian ini adalah “mengembangkan model hybrid bioekonomi untuk pengelolaan KKL di pulau-pulau kecil, berbasis perikanan tangkap yang dapat mensejahterakan masyarakat”. Tujuan umum tersebut kemudian dijabarkan kedalam 4 empat tujuan khusus, yaitu: 1 Menganalisis kondisi umum sumberdaya ikan, KKL dan masyarakat; 2 Menganalisis performance baseline sebelum penerapan KKL perikanan tangkap pada kondisi MSY, MEYsole owner dan open access, dibandingkan dengan performance setelah penerapan KKL di pulau-pulau kecil; 3 Menganalisis dampak sosial ekonomi pengembangan KKL terhadap nelayan perikanan tangkap; dan 4 Menyusun model bioekonomi KKL yang mempertimbangkan faktor dominan dalam pengelolaan KKL.

1.4.2 Kegunaan hasil penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dihasilkan model hybrid bioekonomi KKL yang dapat digunakan untuk pengembangan KKL. Model tersebut dapat dihasilkan dengan menganalisis aspek biologi-sosial- ekonomi dalam pengembangan KKL, sehingga didapatkan gambaran yang jelas dan komprehensif untuk menjamin pengelolaan perikanan berkelanjutan. Hasil penelitian juga dapat digunakan untuk menentukan model pengelolaan KKL di pulau-pulau kecil yang efisien sehingga dapat mengklarifikasi pro dan kontra masyarakat tentang pengembangan KKL di pulau-pulau kecil. Pemodelan bioekonomi yang dihasilkan dari penelitian ini, diharapkan dapat digunakan pula untuk mengkuantifikasi spill over effect di kawasan KKL, sehingga dapat 20 membantu Pemerintah dalam penentuan kebijakan pengelolaan KKL di pulau- pulau kecil yang terukur.

1.5 Kerangka Pemikiran

KKL merupakan “marine reserve” yang dinilai cukup penting dan handal sebagai fisheries management toll untuk menjamin pengelolaan perikanan berkelanjutan Cote dan Finney 2006. Pengembangan KKL di Indonesia sebagian besar yaitu hampir 70 berada di wilayah pulau-pulau kecil DKP 2007f. Disisi lain pulau-pulau kecil secara fisik, ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya sangat rentan terhadap dampak kegiatan manusia maupun faktor alam. Dari berbagai pengamatan yang dilaksanakan di pulau-pulau kecil, sebagaimana disebutkan dalam DKP 2001, 2005, 2007d, 2007e, Retraubun dan Atmini 2004 dan Bengen dan Retraubun 2006, bahwa ditemukan permasalahan mendasar dalam pemanfaatan dan pengelolaan PPK antara lain: 1 Secara ekologis pulau-pulau kecil rentan terhadap pemanasan global, angin topan dan gelombang tsunami; 2 Memiliki banyak spesies endemik dan keaneka-ragaman hayati tipikal yang bernilai tinggi, sehingga bila terjadi perubahan lingkungan maka akan mengancam keberadaan spesies-spesies endemik tersebut; 3 Pulau-pulau kecil memiliki daerah tangkapan air yang sangat terbatas sehingga ketersediaan air tawar merupakan hal yang memprihatinkan; 4 Pemanfaatan potensi sumberdaya laut dan alam yang belum optimal karena letak dan kondisi geografis yang jauh dan terisolir, sehingga kebanyakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni atau lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar pulau sebagai lahan pertanian dan perkebunan; 5 Pembangunan aksesibilitas merupakan salah satu permasalahan yang sangat besar dalam pengembangan pulau-pulau kecil; 6 Lemahnya pengawasan dan pengamanan di pulau-pulau kecil terhadap berbagai kegiatan, antara lain: pembuangan limbah, penyelundupan, penangkapan ikan karang, pencurian jenis biota laut penting, dan penambangan pasir laut; 21 7 Masyarakat yang bermukim di pulau-pulau kecil biasanya taraf hidup dan tingkat kesejahteraannya rendah, terisolir dan sumber penghidupannya tergantung pada sumberdaya alam yang ada disekitarnya; 8 Diperlukan investasi besar bagi pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil; 9 Terbatasnya dana bagi pengelolaan dan pengembangan pulau-pulau kecil; 10 Belum ada klasifikasi keadaan biofisik dan sosial ekonomi pulau-pulau kecil sebagai acuan dalam pengelolaan alokasi sumberdaya alam agar efektif. Pulau-pulau kecil menghadapi masalah dalam pengembangannya karena sifatnya yang multiple use, letaknya yang menyebar, dan tidak seluruhnya berpenduduk serta memiliki potensi ekonomi. Interaksi pemanfaatan antara yang satu dengan lainnya akan menimbulkan pergesekan jika tidak ada koordinasi, seperti pemanfaatan perikanan tangkap dengan penerapan KKL. Pengelolaan perikanan tangkap identik dengan “produksi dan kesejahteraan masyarakat” sedangkan penerapan KKL identik dengan “perlindungan sumberdaya dan non profit ”. Kemudian pengembangan pulau-pulau kecil identik dengan “kerentanan, keterbatasan dan pelestarian sumberdaya”. Interaksi di antaranya dapat digambarkan dengan kerangka pikir Gambar 2, yang dapat menjelaskan adanya permasalahan-permasalahan dalam interaksi tersebut, yang dipengaruhi pula oleh penerapan kebijakan nasional yang kemudian mempengaruhi pengelolaan perikanan tangkap di KKL di pulau-pulau kecil. Dari karakteristik, potensi, permasalahan dan kebijakan yang ada terkait KKL dan pulau-pulau kecil, kemudian digunakan sebagai input pengembangan pemodelan hybrid bioekonomi untuk pengembangan KKL. Hal ini selanjutnya akan dapat digunakan sebagai solusi kelemahan model bioekonomi yang ada sehingga dihasilkan model hybrid bioekonomi yang lebih tepat untuk diterapkan dalam pengembangan KKL di pulau-pulau kecil, yaitu model bioekonomi KKL yang memperhatikan faktor dominan dalam pengembangan KKL yaitu spill over effect. Model tersebut diharapkan dapat menjamin aspek keberlanjutan sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat, dengan bentuk pemodelan yang lebih dinamis dan lentur yang menjamin pengembangan KKL di pulau-pulau kecil efektif, optimal dan berkelanjutan dari tinjauan aspek biologi, sosial dan ekonomi. 22 Terdapat interaksi yang kompleks dalam pengembangan perikanan tangkap, KKL dan pulau-pulau kecil, yang ditandai adanya berbagai permasalahan, misalnya telah terjadi overcapacity, overfishing, degradasi, deplesi, pengembanagn KKL dianggap tidak efektif, tidak mensejahterakan masyarakat, bahkan menimbulkan kerusakan sumberdaya ikan. Permasalahan tersebut menjadi penghambat dalam melajunya pengembangan pengelolaan perikanan berkelanjutan Gambar 3. Dengan adanya interaksi yang kompleks dan permasalahan tersebut, pada dasarnya pengelolaan perikanan tangkap dan KKL di pulau-pulau kecil dapat dilakukan dengan benar-benar diarahkan untuk menuju pengelolaan perikanan berkelanjutan. Pada prinsipnya penerapan KKL dalam kaitan untuk pengembangan perikanan tangkap adalah adanya spill over effect, yang kemudian perlu dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat biologi, sosial dan ekonomi optimal serta berkelanjutan Gambar 3. Gambar 2 Kerangka pikir penelitian untuk melihat interaksi antara karakteristik, permasalahan dan kebijakan KKL serta pemodelan bioekonomi Potensi masalah perikanan tangkap KKL di PPK Karakteristik internal KKL di PPK Kebijakan nasional KKL PPK Model yang ada saat ini: - Model bioekonomi KKL dengan luasan, Fauzi dan Anna 2005 - Model PPK-Wisata Budidaya, Maanema 2003; PPK- Keberlanjutan, Susilo 2003 Kekurangan model: - Spill over effect tidak eksplisit didalam model; - Aspekdampak sosial dan tata kelola belum dipertimbangkan, dengan faktorindikator terbatas. Potensi Pengembangan Model Perikanan Tangkap Karakteristik PPK KKL Integrasi Menjawab masalah dan kelemahan model Analisis: - Tingkat keberlanjutan; - Kondisi baseline KKLnon KKL - Dampak sosial ekonomi dari KKL Model Hybrid Bioekonomi Policy Recommendation Modified Model