4 KKL yang dimaksud dalam model ini adalah zona inti yang merupakaan no take zone
, yaitu wilayah yang dilindungi secara penuh, sehingga stok ikan dalam zona tersebut dapat berkembang dengan alamiah tanpa ada gangguan
dari luar. 5 Terdapat 2 dua wilayah di lokasi penelitian yaitu wilayah KKL dan non
KKL, yang masing-masing diasumsikan memiliki besaran nilai carrying capacity K
yang berbeda yaitu sebesar K
KKL
dan K
nonKKL
. 6 Ada interaksi diantara KKL dan non KKL, sehingga nilai spill over effect
selanjutnya disebut β atau beta diasumsikan merupakan perbandingan K
KKL
dan K
nonKKL
. 7 Nilai K
KKL
diasumsikan lebih kecil dari nilai K
nonKKL
K
KKL
K
nonKKL
, sehingga perbandingan nilai K
KKL
dan K
nonKKL
atau nilai spill over effect β
merupakan nilai dengan kisaran 0 β 1.
8 Dampak perkembangan teknologi technological advances effect dianggap konstan, sehingga pengaruh perkembangan teknologi penangkapan tidak
diperhitungkan di dalam model. 9
Direct mortality kematian ikan langsung akibat kegiatan destructive fishing dan illegal fishing seperti bombing dan penangkapan ikan dengan racun
merupakan faktor eksogenus yang tidak secara eksplisit dihitung di dalam model.
3.5.3.2.2 Pengembangan model
Analisis bioekonomi yang selama ini telah dikembangkan untuk kawasan KKL sebagaimana telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, menggunakan model
fungsi pertumbuhan ikan secara logistic sebagai dasar analisis Fauzi dan Anna 2005. Model tersebut tanpa mempertimbangkan spill over effect, yang
merupakan aspek dominan dalam pengembangan KKL. Pada penelitan-penelitian terdahulu belum dapat diketahui berapa besar
dampak spill over terhadap KKL. Spill over sebenarnya merupakan aspek dominan dalam pengembangan KKL untuk menjamin pengelolaan perikanan
berkelanjutan. Oleh sebab itu melalui penelitian ini dikembangkan analisis baru dengan pendekatan bioekonomi untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, yang
selanjutnya disebut beta model. Model ini dikembangkan dengan
memodifikasi model Gordon-Schaefer dan diberi nama model bioekonomi Haryani-Fauzi atau model HF, yaitu dengan mengumpamakan bahwa telah terjadi
limpahan spill over dari kawasan KKL ke kawasan non-KKL sebesar beta
maka dinamika stok sumber daya ikan di non-KKL akan mengikuti persamaan sebagai berikut:
1 dx
rx x K
x qxE dt
3.16 Dalam kondisi keseimbangan maka, persamaan di atas dapat dipecahkan untuk
stok sumber daya dengan menetapkan nilai dx dt
model HF1 yakni:
KqE K
x r
r r
3.17 Dengan mensubstitusikan persamaan 3.17 di atas ke dalam fungsi produksi
h qxE
maka akan dihasilkan kurva yield-effort di non-KKL sebagai fungsi dari spill over
dinamakan model HF2 yakni:
2 2
q K q K
h E
q K E
r r
3.18 Pada model HF2 kurva yield effort di atas kemudian dapat disubstitusikan untuk
menentukan kurva penerimaan di non-KKL dengan faktor spill over yakni dengan mensubstitusikan ke
TR ph
sehingga menjadi model HF3 yaitu:
2 2
pq K qK
TR E
qK E
r r
3.19 Kurva penerimaan ini tentu akan sangat berbeda dengan kurva penerimaan tanpa
spill over pada KKL sebagaimana sudah dibahas sebelumnya.
3.5.4 Valuasi ekonomi KKL
Valuasi ekonomi KKL dilakukan guna menghitung manfaat ekonomi KKL dan diwujudkan dalam nilai uang dari sumberdaya yang ada di dalam KKL. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar nilai KKL tersebut, sehingga akan diketahui bahwa KKL selain sangat penting sebagai instrumen pengelolaan