Kajian Empiris Mengenai Tataniaga

20 untuk kacang kapri yang kualitasnya lebih baik dipasarkan ke supermarket namun dengan jumlah yang lebih sedikit. Berdasarkan analisis marjin tataniaga, pola II memiliki marjin yang kecil tetapi memiliki farmer’s share yang lebih besar. Penelitian Tirtayasa 2009 yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di Kota Depok Jawa Barat menunjukkan produksi jambu biji pada daerah Primatani lebih banyak dibandingkan daerah non- Primatani. Hal ini ditunjukkan oleh produktivitas jambu biji per pohon milik petani di daerah Primatani lebih tinggi dibandingkan produktivitas jambu biji per pohon milik petani di daerah non-Primatani. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani Primatani dan petani non- Primatani menguntungkan. Namun usahatani yang dilakukan petani non- Primatani lebih menguntungkan dibandingkan petani Primatani. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio RC atas biaya tunai petani non-Primatani 2,56 sedangkan rasio RC petani Primatani besarnya 2,27. Rasio RC atas biaya total petani non-Primatani sebesar 2,07 dan petani Primatani sebesar 1,88.

2.7.2. Kajian Empiris Mengenai Tataniaga

Penelitian Gandhi 2008 yang berjudul Analisis Usahatani dan Tataniaga beras Varietas Unggul Studi Kasus Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur menunjukan bahwa berdasarkan analisis penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pandan wangi, pendapatan yang diperoleh petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal itu dapat dilihat dari besarnya rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani pemilik 2,42 dan 1,19 dari petani penggarap 1,07 dan 1,08. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa usahatani yang dilakukan, baik oleh petani pemilik maupun petani penggarap, masih menguntungkan karena rasio RC atas biaya tunai maupun biaya totalnya lebih besar dari satu. Berdasarkan analisis saluran pemasaran yang dilakukan, diketahui bahwa di lokasi penelitian terbentuk dua saluran utama tataniaga beras pandan wangi murni dan saluran tataniaga beras pandan wangi campuran. Terdapat 10 saluran tataniaga beras pandan wangi campuran dan enam saluran tataniaga beras pandan wangi murni. Penelitian ini dilakukan hanya pada saluran tataniaga beras pandan wangi murni. Dari penelitian ini diketahui bahwa lembaga-lembaga yang terlibat 21 dalam penyaluran beras pandan wangi dari petani hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang besar luar daerah, pasar swalayan, pedagang pengecer daerah, dan pedagang pengecer luar daerah. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran pembelian dan penjualan, fungsi pelancar sortasi dan grading. Penelitian Murdani 2008 mengenai analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis rasio RC, analisis marjin, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan usahatani dan menganalisis pendapatan usahatani padi varietas pandan wangi dan varietas unggul baru, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi tataniaga dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru di Kecamatan Warungkondang. Berdasarkan hasil analisis usahatani per musim yang dilakukan, diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar usahatani pandan wangi pada setiap musim lebih besar daripada varietas unggul baru. Usahatani kedua varietas ini layak untuk diusahakan dilihat dari nilai rasio RC. Rasio RC atas biaya tunai dan rasio RC atas biaya total usahatani padi pandan wangi lebih besar daripada varietas unggul baru. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan petani padi pandan wangi akan memberikan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan petani padi varietas unggul baru. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap saluran pemasaran, diidentifikasikan bahwa untuk pandan wangi terdapat dua saluran yaitu 1 petani- pedagang di Pasar Tani Departemen Pertanian-konsumen dan 2 petani-Gapoktan Citra Sawargi-CV Quasindo-retail-konsumen. Pemasaran beras varietas unggul baru terdiri dari tiga saluran yaitu 1 petani-pedagang pengumpul-konsumen; 2 petani-pedagang pengumpul-pedagang besar grosir-kosumen; dan 3 petani- pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran tersebut adalah fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. 22 Penelitian Aniro 2009 yang berjudul Analisis Sistem Tataniaga Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga nama yang lebih efisien berdasarkan sebaran marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya. Berdasarkan penelusuran dengan teknik snowball sampling ditemukan 16 saluran tataniaga beras pandan wangi, 15 saluran tataniaga beras pandan wangi campuran dan 1 saluran tataniaga beras wangi murni. Pada penelitian tersebut juga mengungkap terdapat tujuh lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga beras pandan wangi, yaitu petani, tengkulak, Gapoktan Sawargi, penggilingan beras, pabrik beras, distributor, dan retail. Pada sistem tataniaga tersebut terdapat fungsi tataniaga yang dilakukan yaitu fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fisik. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan saluran yang ditemukan dalam sistem tataniaga beras pandan wangi di Kecamatan Warungkondang disimpulkan bahwa saluran 11 merupakan saluran yang paling efisien yaitu dengan urutan rantai petani, penggilingan, distributor, dan konsumen. Sedangkan, saluran 9 merupakan saluran yang paling tidak efisien yaitu petani, tengkulak, penggilingan, pabrik beras, distributor, retail, dan konsumen. Hidayat 2010 melakukan analisis pendapatan usahatani dan tataniaga jambu getas merah di Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Analisis pendapatan usahatani dikelompokkan berdasarkan status penguasaan lahan yaitu petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio RC atas biaya tunai petani pemilik lahan 2,69 sedangkan rasio RC atas biaya tunai petani penyewa lahan besarnya 1,81. Rasio RC atas biaya total petani pemilik lahan sebesar 1,67 dan petani penyewa lahan sebesar 1,66. Saluran tataniaga jambu getas merah Kelurahan Sukaresmi yang dapat dikatakan paling efisien adalah saluran tataniaga III karena memiliki total margin tataniaga yang terkecil dan nilai farmer’s share terbesar. Walaupun rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga pada saluran III bukan merupakan rasio terbesar tetapi penyebaran rasio pada setiap lembaga tataniaga lebih merata 23 dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya. Disamping itu saluran tataniaga III paling banyak digunakan oleh petani sehingga volume penditribusian padi organik paling banyak dilakukan melalui saluran III. Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Judul Tahun Metode Analisis Rachmawati Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang 2003 RC rasio, margin tataniaga, farmer’s share David Erick Hasian Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat 2008 RC rasio, margin tataniaga, farmer’s Share Mochhammad Fajar Tirtayasa Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di Kota Depok Jawa Barat 2009 Analisis pendapatan usahatani, rasio RC, marjin tataniaga, farmer’s share Prima Gandhi Analisis Usahatani dan Tataniaga beras Varietas Unggul Study Kasus Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur 2008 Analisis penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani, analisis fungsi tataniaga, efisiensi tataniaga, saluran dan marjin tataniaga Dian Murdani Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 2008 Analisis pendapatan usahatani, margin pemasaran, rasio RC, farmer’s share Najmi Aniro Analisis Sistem Tataniaga Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat 2009 Analisis lembaga dan fungsi, saluran, marjin tatataniaga, farmer’s share, struktur pasar Bayu Hidayat Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Jambu Getas Merah di Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor 2010 Analisis pendapatan usahatani, rasio RC, marjin tataniaga, farmer’s share, analisis struktur pasar 24 Terdapat beberapa persamaan dalam metode penelitian yang digunakan pada beberapa studi terdahulu seperti pada Rachmawati 2003 dan Hasian 2008 serta pada Tirtayasa 2009 dengan Murdani 2009. Pada Rachmawati 2003 dan Hasian 2008 menggunakan metode analisis RC rasio, margin tataniaga, dan farmer’s share dalam menganalisis penelitianya mengenai topik penelitian usahatani dan tataniaga. Pada penelitian mereka tidak menggunakan analisis lembaga dan fungsi tataniaga, sehingga menurut pendapat penulis kurang memberikan kondisi tataniaga karena penelitian lebih kuantitatif. Begitu pula pada penelitian Tirtayasa 2009 dan Murdiani 2009 yang menggunakan metode analisis yang sama dalam menganalisis penelitianya yaitu analisis pendapatan usahatani, rasio RC, marjin tataniaga,dan farmer’s share. Walaupun pada kedua penelitian tersebut analisis usahatani lebih dalam karena menambahkan analisis pendapatan usahatani, namun analisis tataniaga terutama kondisi kualitatif seperti fungsi tataniaga dan analisis lembaga tataniaga kurang dibahas secara komperhensif. Penelitian Aniro tahun 2009 yang menggunakan alat analisis lembaga dan fungsi, saluran, marjin tatataniaga, farmer’s share, dan struktur pasar dalam menganalisis penelitianya dengan topik tataniaga, merupakan referensi penelitian mengenai tataniaga yang dalam. Aniro tidak hanya melakukan analisis secara kuantitatif dalam penelitiannya dengan menghitung marjin tataniaga dan farmer’s share dengan baik, namun juga baik dalam melakukan analisis kualitatif seperti dalam menganalisis lembaga dan fungsi tataniaga. Aniro dalam analisis kualitatif tataniaga tersebut menggunakan bahasa deskriptif dengan baik sehingga mampu menggambarkan kondisi penelitian yang dihadapi. Sedangkan penelitian Gandhi 2008 dan Hidayat 2010, merupakan penelitian yang menggunakan metode analisis yang paling lengkap dalam menganalisis penelitian untuk topik usahatani dan tataniaga. Keduanya melakukan analisis kuantitatif yang baik dalam analisis usahatani dan tataniaga, juga melakukan analisis kualitatif tataniaga dengan baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan alat analisis yang sama digunakan oleh Gandhi 2008 dan Hidayat 2010. Selanjutnya penelitian ini juga mencoba menggunakan teknik tulisan deskriptif yang digunakan pada penelitian Aniro 2009 untuk menggambarkan analisis 25 lembaga dan fungsi tataniaga dengan baik. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jenis komoditas yang dianalisis yaitu beras organik. Berdasarkan penelusuran hasil penelitian terdahulu, penelitian mengenai sistem tataniaga beras organik belum banyak dilakukan. Penelitian ini berusaha menganalisis perbandingan tingkat pendapatan usahatani padi organik antara petani padi organik yang tersertifikasi dengan petani padi yang non-sertifikasi berdasarkan keragaan usahatani padi organik, pendapatan usahatani dengan pendekatan penerimaan dan biaya usahatani, dan RC rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Selain itu mengkaji efisiensi operasional tataniaga beras organik melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya tataniaga beras organik melalui pendekatan analisis harga RpKg padi atau beras organik. Melalui analisis efisiensi operasional tataniaga beras organik dapat diketahui saluran tataniaga beras organik yang memberikan lebih banyak keuntungan bagi petani dan konsumen. 26 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual