124
6 persen. Padahal pada saluran I ini, harga konsumen yang dijadikan patokan pada analisis
farmer’s share merupakan harga pada tingkat pedagang ekspor yang menjual beras organik kepada pedagang lain dengan sistem FoB Free on Board,
artinya harga konsumen sebenarnya lebih tinggi sehingga dalam perhitungan farmer
’s share lebih kecil jika menggunakan harga konsumen akhir di negara tujuan produk. Sedangkan
farmer’s share pada saluran II sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi sebesar 28 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan dari bagian yang diterima oleh petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya, maka secara operasional saluran IV pada tataniaga beras organik
tersertifikasi adalah yang paling efisien. Besarnya nilai 35 persen yang merupakan nilai
farmer’s share tertinggi dibandingkan dengan besarnya farmer’s share pada saluran lainnya, memiliki arti bahwa setiap Rp 1,00 yang dibayarkan oleh
konsumen.
7.5.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Biaya tataniaga memiliki pengertian sebagai biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga beras organik yang menyalurkan gabah
hasil panen petani padi organik hingga menjadi beras organik yang sampai kepada konsumen akhir. Sedangkan keuntungan tataniaga merupakan selisih harga jual
dengan biaya yang dikelaurkan selama proses tataniaga beras organik berlangsung. Perbandingan atau rasio antara besarnya keuntungan dengan biaya
tataniaga dapat menunjukkan efisiensi operasional tataniaga dari suatu komoditas. Saluran tataniaga dapat dinyatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio
keuntungan terhadap biaya di setiap lembaga tataniaga merata. Hal ini berarti setiap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan memberikan
keuntungan yang tidak jauh berbeda antara masing-masing lembaga tataniaga yang ada pada saluran tataniaga tersebut. Adapun rasio keuntungan dan biaya
tataniaga beras organik di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 31.
125
Tabel 31.
Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya Tataniaga Beras Organik di Kabupaten
Tasikmalaya
Lembaga Pemasaran Beras Organik Tersertifikasi
Beras Organik Non- Sertifikasi
Sal. I
Sal. II
Sal. III
Sal. IV Sal.
II Tengkulak II
Biaya c Rpkg 285
Keuntungan π Rpkg
365 Rasio πc
1,28
Gapoktan Simpatik
Biaya c Rpkg 3475
3475 3475
3475 Keuntungan π Rpkg
4625 4625
4625 4625
Rasio πc 1,33
1,33 1,33
1,33
Pabirk Beras
Biaya c Rpkg 865
Keuntungan π Rpkg 3135
Rasio πc 3,62
Eksportir PT Bloom Agro
Biaya c Rpkg 16050
Keuntungan π Rpkg 31.950 Rasio πc
1,99
Pedagang Pengecer I
Biaya c Rpkg 630
Keuntungan π Rpkg 5370
Rasio πc 8,52
Pedagang Pengecer II
Biaya c Rpkg 3130
Keuntungan π Rpkg 4870
Rasio πc 1,56
Total
Biaya c Rpkg 19525
4105 6605
3475 1150
Keuntungan π Rpkg 36575
9995 9495
4625 3500
Rasio πc 1,87
2,43 1,44
1,33 3,04
Keterangan : Sal. = Saluran
126
Tabel 31 menunjukkan bahwa pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi pada saluran II memberikan rasio keuntungan dan biaya tataniaga
terbesar yaitu sebesar 2,43 yang artinya bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya tataniaga beras organik tersertifikasi maka akan
diperoleh keuntungan sebesar Rp 2,43. Sedangkan pada sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi rasio keuntungan dan biaya tataniaga yang lebih besar
dibandingkan dengan saluran-saluran tataniaga yang ada di sistem tataniaga beras organik tersertifikasi yaitu sebesar 3,04. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap
satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya tataniaga beras organik non-sertifikasi akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,04.
Kondisi di sistem tataniaga beras organik tersertifikasi, saluran tataniaga I rasio keuntungan dan biaya tataniaga yang terbesar diperoleh eksportir PT Bloom
Agro yaitu 1,99. Pedagang pengecer I mendapatkan rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar pada saluran II yaitu 8,52. Pada saluran III, pedagang pengecer
II memperoleh rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar. Sedangkan pada saluran IV, rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar diperoleh Gapoktan
Simpatik yang juga merupakan satu-satunya lembaga tataniaga yang berada pada saluran ini. Di sisi lain, pada saluran tataniaga beras organik non-sertifikasi Pabrik
Beras merupakan lembaga tataniaga yang mendapatkan rasio keuntungan dan biaya terbesar pada saluran II yaitu sebesar 3,62.
Kondisi pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi rasio keuntungan dan biaya tataniaga relatif merata. Namun, pada saluran II terdapat perbedaan
yang signifikan dibanding dengan saluran yang lain, hal ini dikarenakan tidak adanya kontrol harga atau kesepakatan penetapan harga. Kontrol harga pada
saluran II tidak dapat dilakukan yang dilatar belakangi pedagang pengecer II yang mayoritas berasal dari wilayah dengan jarak yang jauh dari Kabupaten
Tasikmalaya seperti Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya. Di sisi lain walaupun terdapat jarak distribusi yang jauh, pada saluran I telah dibuat kesepakatan
bersama antara Gapoktan Simpatik dan eksportir PT Bloom Agro mengenai penetapan harga berdasarkan biaya-biaya yang ditanggung masing-masing
lembaga tataniaga, sehingga rasio keuntungan dan biaya tataniaga relatif merata antar masing-masing lembaga. Hal yang sama juga terjadi pada saluran III dan
127
saluran IV dimana rasio keuntungan dan biaya relatif merata di setiap lembaga tataniaga karena lembaga tataniaga berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan
sekitarnya sehingga biaya yang dikeluarkan dan harga beras organik masih dapat dikontrol. Kondisi berbeda terjadi pada saluran II sistem tataniaga beras organik
non-sertifikasi, dimana rasio keuntungan dan biaya tataniaga tidak merata. Penyebabnya adalah posisi tawar petani padi organik rendah dibanding dengan
lembaga tataniaga yang dihadapi, selain itu tidak adanya peran Gapoktan Simpatik untuk membantu petani padi organik non-sertifikasi mengontrol ketimpangan
rasio keuntungan dan biaya tataniaga antar lembaga tataniaga. Dapat disimpulkan bahwa setiap saluran tataniaga beras organik dapat
memberikan keuntungan yang merata jika Gapoktan Simpatik sebagai lembaga yang merepresentasikan petani padi organik tersertifikasi maupun non-sertifikasi,
mampu berperan aktif melakukan kontrol keuntungan dan biaya terhadap lembaga tataniaga pada setiap saluran. Hal ini dikarenakan penguasaan komoditas beras
organik secara mayoritas telah dikuasai oleh Gapoktan Simpatik. Sehingga semakin kuat lembaga atau organisasi petani seperti Gapoktan Simpatik akan
mampu menyeimbangkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan. Selain itu semakin jauh jarak yang dilalui untuk mendistribusikan beras organik maka akan
cenderung mengecilkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan secara total pada saluran tersebut, apabila tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
ceteris paribus. Sistem tataniaga beras organik tersertifikasi lebih efektif dan efisien dibandingkan oleh sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi karena
adanya peranan kuat dari Gapoktan Simpatik.
7.6. Keterkaitan Antara Subsistem Off-Farm dan On-Farm
Sistem agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem pertanian yang terintegrasi yang terdiri dari subsistem hulu, subsistem off-farm atau usahatani,
subsistem on-farm atau subsistem pengolahan dan subsistem tataniaga, serta lembaga penunjang. Pengembangan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya
dikembangkan juga melalui pendekatan sebuah sistem agribisnis beras organik. Masing-masing subsistem berperan dalam berjalannya sistem agribisnis beras
organik. Subsistem-subsistem ini terdiri dari beberapa lembaga. Adapun lembaga-