Tenaga Kerja Subsistem Sarana Produksi Penggunaan Input Produksi

68

6.1.1.5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan oleh petani padi organik tersertifikasi dan petani padi organik non-sertifikasi terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga diperlukan dalam kegiatan penyemaian, pengolahan lahan, penanaman dan penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemeliharaan lain-lain, hingga pemanenan serta pengangkutan. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja pria digunakan dalam tahapan budidaya penyemaian, pengolahan lahan, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemeliharaan lain-lain, dan pengangkutan. Sedangkan, tenaga kerja wanita diperlukan pada tahapan budidaya penanaman dan penyulaman, penyiangan, pemanenan dan penjemuran. Namun, khusus pada tahapan pengolahan lahan yang paling berperan adalah tenaga kerja traktor walaupun masih tetap menggunakan tenaga kerja pria. Jumlah tenaga yang digunakan dalam analisis usahatani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya ini menggunakan satuan HKP Hari Kerja Pria untuk tenaga kerja pria yang digunakan serta untuk tenaga kerja wanita menggunakan satuan HKW Hari Kerja Wanita. Lama jam kerja di lokasi penelitian baik petani padi organik tersertifikasi maupun petani padi organik non-sertifikasi berkisar delapan jam kerja per hari. Lama jam kerja dihitung dari pukul 07.00-12.00 kemudian dilajutkan 13.00-16.00 yang dihitung satu HKP untuk tenaga kerja pria dan satu HKW untuk tenaga kerja wanita. Baik pada petani padi organik tersertifikasi maupun petani padi non-sertifikasi di lokasi penelitian besarnya upah untuk satu HKP sebesar Rp 45.000,00 terdiri Rp 40.000,00 berupa uang tunai dan Rp 5000,00 berupa natura seperti makanan atau rokok, serta Rp 30.000,00 berupa Rp 25.000,00 dan Rp 5.000,00 untuk makanan untuk satu HKW. Sedangkan untuk tenaga kerja traktor yang digunakan menggunakan sistem borongan dalam proses pembayaran upah. Perhitungan upah tenaga kerja traktor yang harus dikeluarkan adalah Rp 1.250,00 per bata atau 14 m 2 . Tabel 17 menunjukan jumlah rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi organik per hektar per musim untuk petani padi organik tersertifikasi adalah 69 40 HKP dan 65 HKW untuk tenaga kerja luar keluarga, serta 74 HKP dan 23 HKW untuk tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja petani padi organik non-sertifikasi per hektar per musim tanam adalah 44 HKP dan 61 HKW untuk tenaga kerja luar keluarga serta 38 HKP dan 14 HKW untuk tenaga kerja dalam kelurga. Secara umum penggunaan tenaga kerja per hektar per musim tanam oleh baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga, petani padi organik tersertifikasi lebih banyak dibandingkan oleh petani padi organik non-sertifikasi. Selain itu penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih besar pada petani padi organik tersertifikasi dibandingkan petani padi organik non-sertifikasi terutama pada proses penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit serta pemeliharaan lain-lain yang lebih memilih tenaga kerja dalam keluarga dibanding tenaga kerja luar keluarga karena ini merupakan proses penting pada tahapan pertumbuhan tanaman padi organik. Pemilihan tenaga kerja oleh petani padi organik tersertifikasi dalam proses tersebut bukan dikarenakan ketidakmampuan membayar upah tenaga kerja luar keluarga namun karena menginginkan terjaganya proses budidaya organik dengan baik, sehingga memilih ternaga kerja dalam keluarga yang relatif lebih mudah dikontrol. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga terbesar pada kedua kelompok petani adalah pada tahapan pengolahan lahan dengan besar 33 HKP pada petani padi organik tersertifikasi dan 32 HKP pada petani padi organik non-sertifikasi. Selanjutnya diikuti oleh tahapan pemanenan yang menggunakan 24 HKW oleh masing-masing kelompok petani padi organik ini. Namun, perbedaan yang paling signifikan adalah pada penggunaan tenaga kerja keluarga pada tahapan pemeliharaan lain-lain. Pada tahapan ini petani melakukan pemantauan dan perawatan terhadap tanaman padi pada periode- periode penting pertumbuhan tanaman padi organik. Petani padi organik tersertifikasi pada tahap ini menggunakan tenaga kerja dalam keluarga 56 HKP. Kurang dari setengahnya yaitu 20 HKP petani padi organik non-sertifikasi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga pada tahap ini. Dengan demikian secara umum petani padi organik tersertifikasi menerapkan prinsip-prinsip SRI 70 System of Rice Intensification organik lebih baik dibandingkan petani padi organik non-sertifikasi. Tablel 17. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik per Hektar per Musim No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja Petani Tersetifikasi Petani Non-setifikasi LK DK LK DK 1. Persiapan tanam persemaian 3 HKP 2 HKP 4 HKP 2. Pengolahan lahan Traktor 700 Bata 700 Bata Orang 33 HKP 3 HKP 32 HKP 6 HKP 3. Penanaman dan penyulaman 18 HKW 10 HKW 23 HKW 2 HKW 4. Penyiangan 18 HKW 6 HKW 10 HKW 3 HKW 5. Pemupukan 2 HKP 6 HKP 5 HKP 4 HKP 6. Pengendalian hama dan penyakit 3 HKP 2 HKP 3 HKP 7. Pemantauan Tanaman 56 HKP 20 HKP 8. Panen 24 HKW 3 HKW 24 HKW 6 HKW 9. Penjemuran 5 HKW 4 HKW 4 HKW 3 HKW 10. Pengangkutan 5 HKP 2 HKP 5 HKP 1 HKP Upah per HKP 45.000 45.000 45.000 45.000 Upah per HKW 30.000 30.000 30.000 30.000 Upah Traktor per bata 1250 1250 Nilai upah trak tor 875.000 875.000 Nilai Tenaga Kerja 3.750.000 3.975.000 3.810.000 2.130.000 Total Nilai Tenaga Kerja 4.625.000 3.975.000 4.685.000 2.130.000 Keterangan : LK = Luar Keluarga DK = Dalam Keluarga HKP = Hari Kerja Pria HKW = Hari Kerja Wanita

6.1.1.6. Alat-Alat Pertanian