104
Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer berupa fungsi biaya penanggulangan risiko, dan informasi pasar. Fungsi sortasi tidak dilakukan karena
pedagang pengecer membeli beras organik dalam keadaan telah dikemas. Adapun fungsi biaya yang dilakukan meliputi modal yang disediakan untuk pembelian
beras organik, biaya retribusi, bongkar muat, biaya penyimpanan, biaya publikasi, biaya pengangkutan, biaya pengemasan, dan kerugian atas penyusutan dan
kerusakan. Sedangkan fungsi penanggulangan risiko berupa informasi pasar berupa perkembangan harga beli dan harga jual serta perkiraan permintaan beras
organik yang ada di daerah tersebut.
7.3. Struktur Pasar
Identifikasi struktur pasar dapat diketahui dengan melihat antara jumlah pembeli dan penjual, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi atau keadaan
produk, kemudahan keluar masuk pasar, serta informasi perubahan harga pasar. Struktur pasar akan dapat menjelaskan pengambilan keputusan oleh suatu
lembaga tataniaga. Secara umum kondisi struktur pasar yang terjadi pada sistem tataniaga beras organik di Kabupaten Tasikmalaya adalah persaingan tidak
sempurna karena hanya terdapat beberapa lembaga tataniaga yang membeli gabah hasil panen petani padi organik serta hanya terdapat sedikit penjual di setiap
saluran dan tingkat lembaga tataniaga lainnya. Namun, untuk penjualan beras organik ke luar negeri atau ekspor dimonopoli oleh PT Bloom Agro yang saat ini
sebagai satu-satunya eksportir. Hal ini berdasarkan kesepakatan awal pengembangan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya antara Gapoktan Simpatik
dengan PT Bloom Agro. Kesepakatan ini dibuat karena PT Bloom Agro berperan besar dalam melakukan sertifikasi organik terhadap lahan padi petani padi organik
di Kabupaten Tasikmalaya.
7.3.1. Struktur Pasar di Tingkat Petani
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat cenderung mendekati pada pasar persaingan tidak
sempurna yaitu pasar oligopsoni karena hanya terdapat beberapa lembaga tataniaga yang menjadi pembeli gabah hasil panen padi organik serta terdapat
banyak petani padi organik yang ingin menjual hasil panennya dengan standar
105
harga produk organik. Gabah hasil panen petani padi organik bersifat homogen karena petani hanya menjual dalam GKP Gabah Kering Panen atau GKG
Gabah Kering Giling. Kondisi hambatan keluar masuk pasar dari sisi petani tinggi. Kesulitan
pertama adalah masalah teknis budidaya organik dimana petani harus mengikuti pelatihan
–pelatihan terlebih dulu untuk mampu memiliki keterampilan budidaya padi organik. Selain itu hambatan lain terutama untuk petani padi organik yaitu
sertifikasi organik yang merupakan hambatan yang tidak bisa ditangangi oleh mereka sendiri melainkan harus mengandalkan bantuan Gapoktan Simpatik yang
akan mengkoordinasi pembuatan sertifikasi organik. Selain itu proses pembuatan sertifikasi organik membutuhkan waktu relatih lama yaitu minimal dalam waktu
tiga tahun. Jika dilihat dari sisi pedagang, seharusnya petani mengalami hambatan keluar yang tinggi karena ingin mendapatkan harga gabah hasil panen padi
organik dengan standar harga organik yang tinggi. Namun, kenyataanya cukup besar petani yang menjual gabah hasil panen padi organik dengan standar gabah
konvensional. Hal ini berarti di beberapa petani padi organik berada pada kondisi hambatan keluar yang mudah. Inilah yang dikhawatirkan, jika kondisi dibiarkan
akan mendorong para petani padi organik beralih kembali ke sistem pertanian konvensional.
7.3.2. Struktur Pasar di Tingkat Gapoktan Simpatik
Gapoktan Simpatik cenderung menghadapi struktur pasar yang tidak sempurna. Jika dilihat dari tujuan awal dibentuknya Gapoktan Simpatik
merupakan gabungan berbagai kelompok tani organik di Kabupaten Tasikmalaya yang akan membantu memasarkan beras organik yang berasal dari hasil panen
padi organik para anggota, maka Gapoktan Simpatik berada pada posisi pasar monopsoni. Artinya penjual yaitu petani padi organik yang menjual gabah hasil
panen padi organik jumlahnya banyak, sedangkan pembeli hanya berjumlah satu yaitu Gapoktan Simpatik. Namun, ternyata posisi ini tidak mampu dimanfaatkan
dengan baik oleh Gapoktan Simpatik karena keterbatasan modal untuk dapat menyerap gabah hasil panen yang dijual petani. Akibatnya gabah hasil panen
petani padi organik masuk ke saluran lain yaitu tengkulak organik dan pabrik
106
beras atau malah lebih buruk lagi karena gabah tersebut masuk ke saluran tengkulak non organik.
Hal yang sama juga saat dikaitkan antara Gapoktan Simpatik dengan lembaga yang lain seperti eksportir, dan pedagang pengecer Gapoktan Simpatik
berada pada posisi monopoli. Penyebabnya adalah hampir seluruh beras organik di Kabupaten Tasikmalaya dijual di Gapoktan Simpatik, artinya Gapoktan
Simpatik memiliki kontrol yang besar terhadap penjualan beras organik. Selain itu dapat dilihat dari jumlah pembeli yang banyak yaitu eksportir, dan pedagang-
pedagang pengecer, sedangkan jumlah penjual hanya satu yaitu Gapoktan Simpatik.
7.3.3. Struktur Pasar di Tingkat Eksportir PT Bloom Agro