37
Berbadan hukum, seperti perseroan terbatas, firma, dan koperasi. Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang
pengecer, dan tengkulak.
Selain melakukan pemindahan barang dari perusahaan barang produsen dan dibawa ke konsumen, lembaga perantara juga berfungsi sebagai penghubung
informasi mengenai suatu barang dan jasa. Lembaga perantara berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna bentuk,
tempat, waktu, maupun kepemilikan melalui pengolahan hasil-hasil pertanian.
3.1.8. Konsep Efisiensi Tataniaga
Efisiensi tataniaga dapat diukur melalui dua cara, yaitu efisiensi harga dan efisiensi operasional. Menurut Dahl dan Hammond 1977, efisiensi operasional
menunjukkan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar tataniaga, yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan dan pengolahan,
distribusi dan aktivitas fisik, serta fasilitas. Dalam Hidayat 2010, menyebutkan bahwa pendekatan efisiensi harga adalah melalui analisis tingkat keterpaduan
pasar, sedangkan pendekatan efisiensi operasional melalui marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio biaya dan keuntungan tataniaga.
3.1.8.1. Konsep Margin Tataniaga
Menurut Sudiyono 2002, dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsumen, sehingga harga pasar yang terbentuk merupakan
perpotongan antara kurva penawaran dan kurva permintaan. Realita tataniaga pertanian sangat jauh dari anggapan ini, sebab komoditi pertanian yang diproduksi
di daerah sentra produksi akan dikonsumsi oleh konsumen akhir setelah menempuh jarak yang sangat jauh, antar kabupaten, antar provinsi, antar Negara,
bahkan antar benua, baik komoditi pertanian segar maupun olahan, sehingga sangat jarang keadaan produsen melakukan transaksi secara langsung dengan
konsumen akhir. Oleh karena itu digunakan konsep margin tataniaga. Menurut Dally 1958 dalam Sudiyono 2002, margin pemasaran
merupakan perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani. Dari sisi lain, Waite dan Trelogan dalam Sudiyono 2002
mendefinisikan margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran.
38
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komponen margin pemasaran terdiri dari berbagai biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
tataniaga dalam melaksanakan fungsi tataniaga yang dijalankannya dan keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga.
Secara teoritis hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2. Perpotongan antara kuva permintaan tingkat petani Df dengan kurva penawaran
tingkat petani Sf membentuk suatu titik yang merupakan harga pada tingkat petani, yaitu harga pada tingkat Pf. Hal ini berarti bahwa harga tersebut Pf
merupakan harga riil yang diterima oleh petani untuk pembayaran hasil panen usahataninya. Perpotongan antara kurva permintaan tingkat pengecer Dr dengan
kurva penawaran tingkat pengecer Sr membentuk suatu titik yang merupakan harga pada tingkat pengecer, yaitu harga pada tingkat Pr. Sehingga, harga yang
terbentuk Pr merupakan harga riil yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir untuk memperoleh produk tersebut.
Gambar 3. Kurva Margin Tataniaga
Sumber : Kohls dan Uhls, 2002
Keterangan :
Q = jumlah barang
Pr – Pf
= margin tataniaga Pr
= harga tingkat eceran Pr
– PfQ = nilai margin tataniaga
Pf = harga tingkat petani
Sr = kurva penawaran tingkat pasar eceran
Sf = kurva penawaran tingkat petani
Dr = kurva permintaan tingkat pasar eceran
Df = kurva permintaan tingkat petani
39
Selisih antara tingkat harga yang diterima oleh petani Pf dengan harga yang harus dibayarkan konsumen akhir Pr adalah margin tataniaga. Margin
tataniaga yang terbentuk ini adalah cakupan total dari keuntungan yang diterima oleh seluruh lembaga tataniaga dan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya pemasaran yang terbentuk merupakan sebuah biaya yang dikeluarkan dalam usaha-usaha untuk memberikan
nilai tambah pada produk yang diperdagangkan, maupun biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk memberikan kegunaan tempat kepada produk yang
diperdagangkan.
3.1.8.2. Konsep Farmer’s Share