29
penggolongan modal dan pendapatan; dan e ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim.
3.1.3. Konsep Produksi dan Produktivitas
Kegiatan usahatani, terdapat kegiatan produksi dan pengukuran produktivitas. Menurut Sipper dan Bulfin 1997, produksi adalah suatu proses
pengubahan bahan baku menjadi barang jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana dalam pembuatan ini melibatkan
tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal dan tindakan manajemen. Menurut Wikipedia 2006, produksi merupakan suatu kegiatan yang
dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
Menurut Mangkuprawira 2007, produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen,
tenaga kerja, biaya produksi, peralatan, dan waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk. Menurut
Ravianto 1985, produktivitas adalah suatu konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil kerja dengan sesuatu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk dari tenaga kerja. Sedangkan menurut Sinungan 2005, produktivitas adalah hubungan antara hasil nyata maupun fisik barang atau jasa dengan
masukan yang sebenarnya, misalnya produktivitas ukuran efisien produktif suatu hasil perbandingan antara hasil keluaran dan hasil masukan. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. Keefektifan
produktivitas dapat dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dibandingkan dengan hasil yang dicapai.
3.1.4. Konsep Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi 1986, ada beberapa istilah yang digunakan untuk melihat ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani. Oleh karena itu, uraian
berikut menjelaskan penggunaan beberapa istilah tersebut, antara lain :
30
1 Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain dari pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang
dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani mencakup pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai.
2 Pendapatan kotor tunai atau penerimaan usahatani adalah nilai uang yang
diterima dari usahatani yang berbentuk benda. 3
Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau
makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.
4 Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai
atau dikeluarkan didalam produksi. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai.
5 Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga
segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.
6 Pengeluaran tidak tunai diperhitungkan adalah nilai semua input yang
digunakan namun tidak dalam bentuk uang misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan
kredit. 7
Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran usahatani untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis RC rasio juga dapat dilakukan untuk menunjukkan besar rasio
kelipatan penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan usahatani. Semakin besar nilai RC
rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan kelayakan suatu usahatani
sehingga menguntungkan untuk dilaksanakan. Tingkat kelayakan suatu usahatani apabila nilai RC rasio lebih besar dari satu yang berarti bahwa setiap selisih biaya
yang dikeluarkan akan menghasilkan selisih penerimaan yang lebih besar daripada
31
selisih biaya. Sebaliknya, apabila nilai RC rasio lebih kecil dari satu maka setiap selisih biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan selisih penerimaan yang lebih
kecil daripada tambahan biaya. Sedangkan apabila nilai RC rasio sama dengan satu maka berarti setiap selisih biaya yang dikeluarkan sama dengan selisih
penerimaan yang diperoleh sehingga memperoleh keuntungan normal. RC rasio yang dihitung terdiri dari RC rasio atas biaya tunai dan RC atas biaya total. RC
rasio atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. RC rasio atas biaya total dihitung
dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan antara biaya usahatani
sebagai berikut Soekartawi, 1986 : RC rasio atas biaya tunai
= TR biaya tunai
RC rasio atas biaya total =
TR TC Keterangan :
TR =
Total penerimaan usahatani Rp TC
= Total biaya usahatani Rp
Penyusutan nilai untuk alat-alat pertanian yang digunakan termasuk dalam biaya yang diperhitungkan, dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
yaitu setiap tahun biaya penyusutan yang dikeluarkan relatif sama hingga habis umur ekonomis alat tersebut. Penghitungan penyusutan nilai alat-alat pertanian
dimaksudkan untuk menilai aset usahatani. Terdapat dua metode menghitung penyusutan yaitu :
1 Metode Garis Lurus
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan : Dp = penyusutantahun
s = nilai sisa
c = nilai beli
n = umur ekonomis barang
2 Metode Penyusutan Berimbang
Metode ini menggunakan persentase penyusutan dengan nilai persentase tertentu konstan. Adapunn rumus yang digunakan :
32
Keterangan : Dp = penyusutantahun
r = persentase
c = nilai beli
n = umur ekonomis barang
3.1.5. Konsep Sistem Tataniaga