Penyiangan Benih Padi Pengolahan Lahan

72

6.1.2. Subsistem Budidaya Padi Organik

Teknik budidaya padi organik secara umum tidak jauh berbeda dibanding dengan teknik budidaya padi pada umumnya. Teknik budidaya padi organik antara lain penyemaian dan persiapan lahan, pengolahan lahan, penanaman dan penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama, pemantauan tanaman, dan pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibutuhkan di budidaya padi organik dibandingkan dengan konvensional, terutama dalam perawatan tanaman. Pada setiap aktivitas petani padi organik tersertifikasi dalam periode budidaya padi hingga panen diawasi terus oleh tim ICS Internal Control System yang merupakan tim di bawah kepengurusan Gapoktan Simpatik. Tim ini bertanggung jawab memastikan setiap proses tahapan usahatani padi organik memenuhi kaidah-kaidah pertanian organik. Selain itu tim ini juga bertugas untuk melakukan pembelian gabah petani organik pada saat musim panen tiba. Tim ini berasal dari beberapa ketua kelompok tani yang dipilih berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan.

6.1.2.1. Penyiangan Benih Padi

Berdasarkan pedoman SRI System of Rice Intensification benih padi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah sebesar 7-10 kg per hektar lahan. Sebelum dilakukan penyemaian petani akan melakukan penyeleksian benih melalui metode yang sederhana yaitu merendam benih pada larutan garam selama satu malam. Pada proses ini akan terseleksi benih yang baik yaitu benih yang tenggelam di dasar larutan, artinya benih berisi atau bernas. Selain itu proses ini membantu merangsang proses perkecambahan pada benih. Penyemaian benih diharuskan pada media tanah yang gembur dan memiliki stuktur tanah yang baik sehingga memberikan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan akar. Selain itu, penyemaian benih tidak menggunakan media lahan secara langsung namun memakai alas plastik guna menahan akar tidak tembus ke tanah sehingga merusak akar pada saat bibit dicabut saat akan ditanam di lahan sawah. Media yang dialasi plastik diisi dengan campuran kompos dengan tanah kering gembur dengan ketebalan empat cm dengan komposisi perbandingan 1:1. Selain menggunakan media plastik pada lahan, proses penyemaian dapat dilakukan pada nampan plastik, atau besek pipiti. Selanjutnya benih ditaburkan 73 secara merata pada media, lalu ditutupi dengan jerami serta pengkondisian tanah lembab tidak tergenang. Pada metode SRI ini bibit yang ditanam adalah bibit usia muda yaitu sekitar tujuh hari dihitung tumbuh dari kecambah berbeda dengan metode konvensional yang menanam bibit dengan usia sekitar 14-20 hari.

6.1.2.2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan proses pembalikan lahan dan perataan lahan. Pada umumnya petani Kab. Tasikmalaya membalik lahan atau membajak menggunakan traktor bajak atau menggunakan hewan ternak untuk menarik mata bajak. Selain itu, tenaga kerja manusia juga diperlukan untuk membuat pematang sawah dan membuat aliran irigasi ke sawah. Selanjutnya untuk menjaga kesuburan lahan, lahan sawah akan diberikan pupuk kandang dan pupuk organik, atau minimal jerami hasil panen yang telah dicacah terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan proses perataan tanah mengunakan lalandak yang bergerigi dan gasrokan yang memiliki bidang datar.

6.1.2.3. Penanaman dan Penyulaman