74
tergenang tetapi berada dalam kondisi lembab atau becek. Air yang berasal dari irigasi harus steril dari zat-zat kimia termasuk pupuk dan pestisida kimia yang
terbawa dalam aliran irigasi sawah. Selanjutnya proses penyulaman bibit padi dilakukan hingga padi berumur 40 HST hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan secara berkala disetiap 10 hari sejak penanaman bibit selama empat kali. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang disiapkan dari
hasil penyiangan benih pertama.
6.1.2.4. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma merupakan aspek penting dalam praktek budidaya padi organik karena biasanya petani menggunakan herbisida kimia untuk membasmi
gulma pada lahan tanaman padi. Namun, pada padi organik penggunaan herbisida kimia sangat dilarang. Proses yang jamak dilakukan oleh petani adalah melalui
metode manual dalam melakukan penyiangan gulma yaitu menggunakan tangan, kored, dan lalandak. Kored dan lalandak mempermudah dalam proses penyiangan
gulma yang ada di lahan. Penggunaan metode manual ini berakibat pada pemakaian tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan pada praktek budidaya
konvenisonal pada tahapan ini. Selain itu proses penyiangan gulma pada usahatani padi organik lebih banyak yaitu empat kali pada setiap 7 hari hingga 28 HST
dibandingkan dengan pada usahatani padi secara konvensional yang hanya membutuhkan dua kali penyiangan gulma.
6.1.2.5. Pemupukan dan Pengendalian OPT
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik yang telah dibuat oleh petani. Pupuk ini berupa padatan yang berasal dari bahan-bahan
organik yang telah diproses dalam waktu kurang lebih tiga minggu. Pada umumnya pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada proses pengolahan lahan
serta pada waktu tanaman padi berada pada fase vegetatif yaitu hingga 60 HST. Selanjutnya nutrisi bagi tanaman juga diberikan melalui penyemprotan MOL
Mikro Organisme Lokal sebanyak 10 liter dalam empat kali proses penyemprotan. MOL ini selain berfungsi untuk menambah nutrisi tanaman juga
menambah jumlah organisme mikro yang membantu kesuburan lahan sawah.
75
Upaya pengendalian organisme pengendali tanaman terutama hama yang menyerang padi menggunakan pestisida organik yang dibuat sendiri oleh petani.
Pestisida yang digunakan menggunakan bahan-bahan organik yang disesuaikan dengan hama yang ingin dikendalikan. Namun, pada prinsipnya bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat pestisida merupakan bahan organik yang memiliki sifat berbau menyengat, terasa panas jika tersentuh, serta memiliki rasa yang
pahit. Petani biasanya mengguakan kombinasi bahan-bahan organik yang ada di sekitar lingkungan mereka. Penyemprotan pestisida organik sebaiknya dilakukan
secara minimal yaitu pada kondisi organisme penggangu tanaman telah dalam jumlah yang merugikan. Namun, petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya
pada umumnya melakukan penyemprotan pestisida organik sebanyak dua kali yaitu saat padi berumur tujuh HST dan 14 HST.
6.1.2.6. Pemantauan Tanaman
Tahapan ini merupakan salah satu tahapan yang menjadi perbedaan yang signifikan antara usahatani padi organik dan padi konvensional. Pada tahapan ini
petani harus melakukan pengamatan tanaman diluar penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit yaitu secara rutin petani memantau sawahnya setiap
hari untuk mengkontrol kondisi tanaman terutama pada fase vegetatif dan fase generatif. Biasanya petani padi organik menghabiskan waktu selama dua jam per
hari pada periode tersebut untuk melakukan pemantauan tanaman.
6.1.2.7. Pemanenan