Keterkaitan Antara Subsistem Off-Farm dan On-Farm

127 saluran IV dimana rasio keuntungan dan biaya relatif merata di setiap lembaga tataniaga karena lembaga tataniaga berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan sekitarnya sehingga biaya yang dikeluarkan dan harga beras organik masih dapat dikontrol. Kondisi berbeda terjadi pada saluran II sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi, dimana rasio keuntungan dan biaya tataniaga tidak merata. Penyebabnya adalah posisi tawar petani padi organik rendah dibanding dengan lembaga tataniaga yang dihadapi, selain itu tidak adanya peran Gapoktan Simpatik untuk membantu petani padi organik non-sertifikasi mengontrol ketimpangan rasio keuntungan dan biaya tataniaga antar lembaga tataniaga. Dapat disimpulkan bahwa setiap saluran tataniaga beras organik dapat memberikan keuntungan yang merata jika Gapoktan Simpatik sebagai lembaga yang merepresentasikan petani padi organik tersertifikasi maupun non-sertifikasi, mampu berperan aktif melakukan kontrol keuntungan dan biaya terhadap lembaga tataniaga pada setiap saluran. Hal ini dikarenakan penguasaan komoditas beras organik secara mayoritas telah dikuasai oleh Gapoktan Simpatik. Sehingga semakin kuat lembaga atau organisasi petani seperti Gapoktan Simpatik akan mampu menyeimbangkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan. Selain itu semakin jauh jarak yang dilalui untuk mendistribusikan beras organik maka akan cenderung mengecilkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan secara total pada saluran tersebut, apabila tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi ceteris paribus. Sistem tataniaga beras organik tersertifikasi lebih efektif dan efisien dibandingkan oleh sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi karena adanya peranan kuat dari Gapoktan Simpatik.

7.6. Keterkaitan Antara Subsistem Off-Farm dan On-Farm

Sistem agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem pertanian yang terintegrasi yang terdiri dari subsistem hulu, subsistem off-farm atau usahatani, subsistem on-farm atau subsistem pengolahan dan subsistem tataniaga, serta lembaga penunjang. Pengembangan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dikembangkan juga melalui pendekatan sebuah sistem agribisnis beras organik. Masing-masing subsistem berperan dalam berjalannya sistem agribisnis beras organik. Subsistem-subsistem ini terdiri dari beberapa lembaga. Adapun lembaga- 128 lembaga yang berperan di dalam masing-masing subsistem dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 . Sistem Agribisnis Beras Organik di Kabupaten Tasikmalaya Sedangkan perincian masing-masing subsistem pada sistem agribisnis beras organik adalah sebagai berikut : 1. Subsistem Agribisnis Hulu Pupuk dan pestisida organik dibuat atau diproses sendiri oleh para petani padi organik dengan secara berkelompok. Namun, masih terdapat bahan-bahan yang dibutuhkan harus dipenuhi dari pihak lain. Sebagai contoh pupuk kandang diperoleh dari industri peternakan, serbuk gergaji diperoleh dari usaha penggergajian kayu serta bibit padi diperoleh dari UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah yang kesemua bahan tersebut didatangkan di wilayah sekitar Kabupaten Tasikmalaya. Peran penting lain dalam subsistem ini adalah adanya subsistem pendukung dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang memberikan pelatihan mengenai pembuatan pupuk dan pestisida organik kepada petani padi organik Subsistem Tataniaga  PT Bloom Agro  Tengkulak  Pedagang Pengecer Subsistem Agribisnis Hulu  Industri peternakan limbah kotoran  Limbah usaha penggergajian kayu  UPTD Benih Subsistem Jasa Penunjang  Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya  Kementrian Pertanian  Kementrian Perdagangan Subsistem Usahatani  Petani Padi Organik  Kelompok Tani Subsistem Pengolahan  Gapoktan Simpatik  Pabrik Beras 129 2. Susbsistem Usahatani Petani padi organik merupakan lembaga yang paling berperan dalam susbsistem ini yaitu dalam perannya memproduksi padi organik. Pada subsistem ini peran lembaga penunjang juga dapat dirasakan seperti adanya penyuluhan SL-SRI Sekolah Lapang System Rice of Intencification dan SL- PET Sekolah Lapang Pengembangan Ekologi Tanah. Sekolah lapang tersebut yang menjadi dasar keterampilan petani baik petani padi organik tersertifikasi maupun non-sertifikasi dalam melakukan usahatani padi organik. 3. Subsistem Pengolahan Subsistem ini didominasi oleh peran dari Gapoktan Simpatik. Gapoktan Simpatik berperan dalam pengolahan gabah hasil panen padi organik tersertifikasi menjadi beras organik hingga dalam kemasan dan siap untuk dipasarkan. Kegiatan Gapoktan Simpatik dalam subsistem pengolahan antara lain adalah pengeringan gabah, penggilingan gabah, pengayakan dan pemilahan beras, serta pengemasan beras organik. Sedangkan, pengolahan gabah hasil panen padi organik non-sertifikasi dilakukan oleh pabrik beras. 4. Subsistem Tataniaga Subsistem Tataniaga diperankan oleh beberapa lembaga yaitu Gapoktan Simpatik, PT Bloom Agro, tengkulak, pabrik beras, dan pedagang pengecer. Gapoktan Simpatik berperan dalam menghimpun atau membeli gabah hasil panen petani padi organik tersertifikasi dan menjualnya dalam bentuk beras organik dalam kemasan kepada lembaga lain. PT Bloom Agro merupakan satu- satunya eksportir yang berperan dalam membeli beras organik yang berasal dari Gapoktan Simpatik dan menjualnya kepasar ekspor beras organik. Subsistem tataniaga merupakan salah satu subsistem terpenting dalam sistem agribisnis beras organik. Hal ini dikarenakan pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dimulai dengan pendekatan tataniaga atau pasar beras organik. Informasi pasar beras organik 130 yang dimiliki oleh subsistem tataniaga menjadi dasar pendorong sekaligus penarik dalam pengembagan agribisnis beras organik di Kabupaten Tasikmalaya. Peran aktif PT Bloom Agro dalam pengembangan agribisnis beras organik di Kabupaten Tasikmalaya sangat nyata. Peran tersebut dimulai pada saat PT Bloom Agro bersama Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dengan Gapoktan Simpatik menginisiasi pengembangan agribisnis beras organik di Kabupaten Tasikmalaya. Direalisasikan rencana tersebut pada proses sertifikasi budidaya dan lahan padi organik di Kabupaten Tasikmalaya, dimana biaya untuk proses tersebut didanai oleh PT Bloom Agro dan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. Selanjutnya, PT Bloom Agro bersama Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya membantu dalam pembinaan dan peningkatan manajemen Gapoktan Simpatik dalam mengelola petani padi organik serta mengolah gabah hasil panen petani padi organik menjadi beras organik. Selain itu, peran PT Bloom Agro dalam memasarkan beras organik tersebut ke negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Malaysia mampu mengekspos beras organik dari petani di Kabupaten Tasikmalaya tidak hanya ke pasar beras organik domestik tetapi juga pasar negara tujuan ekspor beras organik. Ekspose tersebut juga yang menarik beberapa lembaga tataniaga baru masuk kedalam sistem tataniaga beras organik seperti tengkulak, pabrik beras, dan pedagang pengecer. PT Bloom Agro sebagai lembaga bisnis, tentu saja mengharapkan keuntungan dalam menjalankan perannya di subsistem tataniaga pada sistem agribisnis beras organik. Atas peran yang besar dalam pengembangan agribisnis beras organik tersebut PT Bloom Agro mendapatkan hak monopoli dalam mengekspor beras organik dari Kabupaten Tasikmalaya ke negara tujuan ekspor. Hak tersebut didapat berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat oleh PT Bloom Agro dengan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya serta Gapoktan Simpatik. Sedangkan penjualan beras organik di pasar dalam negeri diatur oleh Gapoktan Simpatik. Hak monopoli ekspor beras organik yang diperoleh PT Bloom Agro tersebut dapat dikatakan wajar mengingat peran besar yang telah dilakukannya dalam pengembangan agribisnis beras organik. 131 Selain itu diperolehnya Fair Trade Certification dari Lotus Food oleh PT Bloom Agro menjamin keuntungan antar lembaga tataniaga terutama petani mendapatkan bagian yang layak. Hingga dengan demikian kerja sama antara Gapoktan Simpatik dengan PT Bloom Agro dapat dikatakan akan menjadi kerjasama yang saling menguntungkan antara keduanya dalam jangka waktu yang panjang. 132 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan