54
bersatu dan bergabung membentuk Gabungan Kelompok Tani Sistem Pertanian Organik Gapoktan Simpatik. Gapoktan Simpatik ini dimanfaatkan sebagai
bentuk pengembangan penerapan sistem pertanian padi organik serta media pemasaran hasil panen padi organik para petani anggota. Saat ini jumlah anggota
Gapoktan Simpatik adalah 5.616 petani yang terdiri dari petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani dengan luas lahan padi organik 5074 hektar dari jumlah
tersebut hanya 2050,96 hektar dan 1.499 orang petani yang telah memperoleh sertifikasi budidaya dan lahan organik.
Stuktur Organisasi Gapoktan Simpatik saat ini diketuai oleh H. Uu Saepul Bahri. Seperti pada lampiran 3, Gapoktan Simpatik memiliki beberapa divisi atau
bagian yang memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu. Divisi yang pertama adalah ICS Internal Control System memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
menjadi pengawas internal Gapoktan Simpatik dari kegiatan pengolahan lahan petani hingga pembelian gabah hasil petani padi organik. Pada umumnya anggota
ICS terdiri dari pengurus harian masing-masing kelompok tani, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan petani di masing-masing
kelompok. Selanjutnya terdapat Tim Teknis yang bertugas untuk memberikan penyuluhan serta tempat konsultasi terkait budidaya padi organik, dimana Tim
Teknis ini pada umumnya terdiri dari para penyuluh lapang yang ditunjuk oleh dinas pertanian tanaman pangan Kabupaten Tasikmalaya. Bagian lain yang tak
kalah penting adalah Komisi Persetujuan yang bertugas untuk memberikan berbagai ijin atau persetujuan kepada Gapoktan terkait dengan penetapan harga
pembelian gabah petani, biaya pengolahan hingga pengemasan beras organik, serta harga jual beras organik. Terakhir terdapat unit-unit kecil yang memiliki
fungsi khusus seperti unit pemasaran, pembelian pengolahan, pengangkutan, gudang dan pengeringan gabah, pengolahan beras, pengepakan, pergudangan
beras, dan pengiriman.
5.3. Deskripsi Karakteristik Petani Responden
Penelitian ini membagi responden kedalam dua kelompok besar berdasarkan sertifikasi lahan padi organik yaitu petani padi organik yang
tersetifikasi dan petani yang non-sertifikasi. Adapun sebaran jumlah responden petani padi organik tersertifikasi 16 orang dan 16 orang untuk responden petani
55
padi non-sertifikasi. Responden petani padi organik tersetifikasi telah menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik berdasarkan SOP Standar Operational
Procedure dari awal pengolahan lahan hingga waktu panen. Selain itu dalam
proses budidaya padi organik petani padi organik tersertifikasi mendapatkan pengawasan budidaya hingga panen oleh ICS internal control system yang
merupakan lembaga internal dibawah Gapoktan yang memiliki kewajiban pengawasan. Di sisi lain petani padi organik non-sertifikasi merupakan petani padi
organik yang menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik namun belum mendapatkan pengakuan organik dari lembaga sertifikasi yang berwenang.
Responden selanjutnya dikaji dalam beberapa klasifikasi responden yaitu usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani,
pengalaman usahatani dan status kepemilikan lahan. Keragaan karakteristik responden tersebut dianggap penting karena mempengaruhi keputusan petani
responden dalam melakukan budidaya usahatani padi organik terutama dalam segi efektivitas dan efisiensinya.
Rata-rata usia responden dari hasil penelitian dikelompokan dalam tiga kelompok besar yaitu 25-35 tahun, 36-45 tahun, dan 46 tahun. Adapun
pembagian usia responden dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Usia Responden Petani Padi Organik
Golongan Usia
tahun Petani Padi Organik
Tersertifikasi Petani Padi Organik
Non-Sertifikasi Jumlah orang
Jumlah orang
25-35 3
18,75 1
6,25 36-45
7 43,75
3 18,75
46 6
37,5 12
75 Jumlah
16 100
16 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah responden petani padi organik tersertifikasi paling banyak pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak 7
orang 43,75 persen, sedangkan pada rentang usia 25-35 tahun merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu 3 orang. Namun, secara umum usia petani padi organik
tersertifikasi lebih banyak berada pada usia produktif yaitu 45 tahun yaitu 10 orang 62,5 persen. Sebaran umur responden petani padi organik non-sertifikasi
56
paling banyak pada umur 46 tahun 12 orang 75 persen. Sedangkan yang paling sedikit pada rentang umur 25-35 tahun yaitu satu orang 6,25 persen. Secara
umum, karakteristik responden petani padi organik non-sertifikasi berada pada kelompok usia yang telah melewati umur produktif yaitu 46 tahun.
Pada Tabel 8 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden. Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh pada pengambilan keputusan
usahatani. Hal ini dikaitkan dengan adopsi dan penerapan prinsip teknologi pertanian organik untuk meningkatkan produksi panen dan keselarasan dengan
lingkungan.
Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Formal Responden
Tingkat Pendidikan
Petani Padi Organik Tersertifikasi
Petani Padi Organik Non-Sertifikasi
Jumlah orang Jumlah orang
SD 7
43,75 10
62,5 SMPMTS
2 12,5
SMAMASMK 7
43,75 2
12,5 D3S1
2 12,5
2 12,5
Jumlah 16
100 16
100 Berdasarkan Tabel 8 dapat terlihat sebaran tingkat pendidikan jumlah
responden petani padi organik tersertifikasi pada tingkat pendidikan SMAMASMK sama dengan pada tingkat pendidikan SD yaitu tujuh orang
43,75 persen, sedangkan pada tingkat pendidikan D3S1 terdapat 2 orang responden 12,5 persen. Secara umum sebaran responden petani padi organik
tersertifikasi lebih banyak pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi yaitu sembilan orang responden 56,25 persen memiliki pendidikan minimal
SMASMASMK. Sebaran tingkat pendidikan petani padi organik non-sertifikasi paling
banyak berada pada tingkat pendidikan SD, 10 orang responden 62,5 persen. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lain terdapat jumlah responden yang
sama yaitu dua responden 12,5 persen untuk masing-masing tingkat pendidikan. Secara umum tergambar bahwa responden petani padi organik non-sertifikasi
57
memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena mayoritas 62,5 persen responden memiliki tingkat pendidikan SD.
Pada Tabel 9 memperlihatkan tingkat pengalaman usahatani padi pada umumnya dan pengalaman usahatani padi dengan sistem pertanian organik.
Informasi ini merupakan aspek penting karena tingkat pengalaman usahatani padi konvensional dan pengalaman menerapkan sistem pertanian organik berhubungan
dengan perubahan kebiasaan behavior dengan adanya teknologi baru. Selanjutnya informasi ini akan menjadi tolak ukur ketepatan pengambilan
keputusan usahatani termasuk juga penerapan prinsip-prinsip pertanian organik.
Tabel 9. Sebaran Tingkat Pengalaman Usahatani Padi Konvensional dan
Usahatani Padi Organik
Tingkat Pengalaman
tahun Petani Padi Organik
Tersertifikasi Petani Padi Organik
Non-Sertifikasi Jumlah orang
Jumlah orang
Padi Konvensional 10 tahun
6 37,5
2 12,5
≥ 10 tahun 10
62,5 12
75 Padi Organik
5 tahun 9
56,25 14
87,5 ≥ 5 tahun
7 43,75
2 12,5
Jumlah 16
100 16
100 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengalaman usahatani
padi secara konvensional petani padi organik tersertifikasi memiliki sebaran paling banyak pada ≥ 10 tahun yaitu 10 orang responden 62,5 persen. Hal sama
juga terjadi pada petani padi organik non-sertifikasi tingkat pengalaman usahatani padi ko
nvensional pada ≥ 10 tahun dengan jumlah yang lebih besar yaitu sebesar 12 orang responden 75 persen dibanding petani padi organik tersertifikasi.
Sebaran tingkat pengalaman usahatani padi organik pada responden petani padi organik tersertifikasi secara umum berimbang yaitu sembilan orang 56,25 persen
responden untuk yang 5 tahun dan ≥ 5 tahun berjumlah 7 orang 43,75 persen responden. Sedangkan pada responden petani padi organik non-sertifikasi
menujukan sebaran tingkat pengalaman usahatani padi organik paling banyak
58
yaitu 14 orang 87,5 persen responden pada tingkat pengalaman 5 tahun dan hanya dua orang 12,5 persen
responden yang memiliki tingkat pengalaman ≥ 5 tahun. Secara umum petani padi organik tersertifikasi memiliki pengalaman
usahatani padi organik lebih lama, sebaliknya pengalaman usahatani padi konvensional relatif lebih rendah dibandingkan dengan petani padi organik non-
sertifikasi. Tabel 10 menunjukan penguasaan luas lahan petani padi organik. Namun,
penguasaan lahan tidak dapat sepenuhnya menunjukan kuantitas hasil panen padi organik. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti
kesuburan lahan, kemudahan mendapatkan jaringan irigasi, dan sebagainya.
Tabel 10.
Sebaran Penguasaan Luas Lahan Petani Padi Organik
Luas Lahan ha
Petani Padi Organik Tersertifikasi
Petani Padi Organik Jumlah orang
Jumlah orang
≤ 0,25 6
38 6
38 0,25 s.d 0,5
7 44
6 38
0,51 s.d 1,0 3
19 2
13 1
2 13
Jumlah 16
100 16
100 Terlihat pada Tabel 10 sebaran jumlah responden petani padi organik
tersertifikasi memiliki penguasaan lahan paling banyak pada rentang luas lahan kurang dari ≤ 0,25 hektar yaitu 6 orang 38 persen responden, sedangkan tidak
satupun petani responden tersebut yang memiliki penguasaan lahan 1 hektar. Hal yang serupa juga terjadi pada sebaran penguasaan lahan petani padi organik
non- sertifikasi rentang luas lahan kurang dari ≤ 0,25 hektar berada pada posisi
terbanyak pertama yaitu 6 orang 38 persen responden, namun pada kelompok responden ini terdapat dua orang 12,5 persen responden yang memiliki luas
lahan 1 hektar. Rata-rata luas lahan sawah padi petani padi organik tersertifikasi dan petani padi organik non-sertifikasi masing-masing 0,41 dan 0,45 hektar.
Salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam besarnya pendapatan usahatani adalah status penguasaan lahan petani. Pada Tabel 11 menunjukan
59
perbandingan antara petani padi organik tersertifikasi dan petani padi organik non-sertifikasi terkait dengan status penguasaan lahan.
Tabel 11. Sebaran Status Penguasaan Lahan Petani Padi Organik
Status Penguasaan
Lahan Petani Padi Organik
Tersertifikasi Petani Padi Organik
Non-Sertifikasi Jumlah orang
Jumlah orang
Sendiri 13
81,25 9
56,25 Sewa
2 12,5
3 18,75
Gadaisakap Bagi hasil
1 6,25
4 25
Jumlah 16
100 16
100 Pada Tabel 11 sebaran status penguasaan lahan petani padi organik
tersertifikasi dengan status “sendiri” paling mendominasi dengan jumlah 13 orang 81,25 persen responden sedangkan pada status sewa hanya dua orang 12,5
persen responden. Hal yang sama terjadi pada petani padi organik non-sertifikasi sebara
n penguasaan lahan paling banyak dengan status “sendiri” namun dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu sembilan orang 56,25 persen responden,
sedangkan terbanyak kedua pada status penguasaan lahan “bagi hasil” yaitu empat orang 25 persen responden. Pada status penguasaan lahan gadaisakap tidak
satupun responden dari kedua kelompok responden yang memilihnya.
5.4. Karakteristik Pedagang Responden