150
B. Analisis Data
1. Kondisis Awal Profesionalisme Guru
Tangapan masyarakat mengenai pendidikan di Mimika- papua selalu saja ada yang membanding-bandingkan pendidikan tempo dulu-dulu dengan
pendidikan jaman sekarang. Dalam berbagai kesempatan dan bebagai perjalanan ke Papua entah di wilayah Mimika maupun seluruh papua, ketika
kita bertanya kepada para guru maupun praktisi pendidikan, jawaban yang mereka lontarkan yaitu pendidikan saat ini mudur.
Tidak heran, jawaban itu juga dikemukaan oleh kepala daerah papua soal pendidikan ironisnya, kemuduran itu justru dijadikan pembading masa
penjajahan Belanda lebih dari puluhan tahun silam. Oleh karena itu mantan kepala SD inpres Kwamki baru Timika, Cantius Amareyauw kondisi ini
tanpa keraguan mudurnya pendidikan “Ia sulit membayangkan bagimana pendidikan di Mimika tidak bisa maju, sedangkan dia yang pernah mengajar
di ibu kota kabupaten saja sulit mengakses materi pelajaran. Kondisi tersebut sunggu jauh berbeda ketika masa Belanda di papua, lebih dari
puluan tahun yang lalu. Saat itu, buku-buku pelajaran hingga perabot kelas dicukupi sehingga guru relatif men
gajar”. Tetapi kondisi anak-anak Mimika saat ini tidak beranjak dari masa lalunya buta huruf dan angka. Kondisi
tersebut hampir sama dengan setengah abad silam bahkan mutu pendidikan lebih buruk lagi. Di pendalaman banyak sekolah tidak berpodasi, gedung
tanpa guru yang lebih suka keluyuran di kota sambil menunggu gaji buta.
151
Yang diungkapkan penciunan guru Sabinus Bokeyauw “mutu pendidikan di papua khususnya Mimika jauh menurun, guru-guru tidak lagi
jiwa mengabdi untuk membuat anak-anak menjadi pintar, setidaknya bisa membaca dan menulis. Kalau masa belanda, disiplin belajar-mengajar
diterapkan dengan ketat, termasuk mencari murid jika tidak masuk sekolah. Kini jauh melonggar guru-guru yang mengabdi stengah mati seorang diri
dan mengajar enam kelas sekaligus di pendalaman diperlakukan sama dengan yang tidak pernah mengajar di sekolah, tidak ada sangsi tegas “ jika
dulu tidak mengajar satu kali saja gaji sebulan ditahan, apa lagi ke kota pasti dimarahi pastor dan disuruh kembali di kampung” yang berprinsip
men erima gaji buta sama dengan mencuri”. Apa lagi saat ini pengawas
sekolah yang tidak berfungsi dan banyak pengawas yang tidak pernah tahu lokasi sekolah yang diawasinya, mereka tidak pernah datang dan
membiarkan guru-guru meninggalkan sekolah atau tugas. Pengembangan pendidikan kota dan kampung yang faktanya bahwa
semestinya tidak terjadi, karena keseimbangannya tidak saling seimbang kota semakin maju pertumbuhan pendidiknya dan pendidikan dibagian
kampung masih ketertinggalan. Dengan kondisi seperti itu sebenarnya sebagai seorang guru harus
memiliki belas kasih dan ketabahan, karena polosok desa ini mengadapi tantangan jadi menyukai tantangan berarti guru tersebut menyelamatkan
banyak generasi muda pedalaman Mimika Papua. Apabila seorang guru tidak menyukai tantangan dan tidak memiliki belas kasih, maka apa yang