Motif Agama Sumber Motivasi

216 dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan, 3 guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. Dalam menjalankan profesinya sebagai guru, beberapa responden berusaha memberikan kemampuan yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi orang tua wali, masyarakat, dan sekolah. Responden juga berusaha memberikan disisi materialisme maka dalam hal ini orientasi nilai sosial yang diutamakan. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden R14 dalam memaknai profesinya sebagai guru ”tidak hanya pengabdian di sekolah saja tetapi sebagai anggota masyarakat juga harus mengabdi untuk sosial di mana kita berada. Jika suatu waktu diutus mengabdi di daerah lain kita siap bersedia karena itu termasuk pengabdian sosial yang dilaksanakan”. Para responden semua R1,R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10, R11, R12, R13, R15, R16 menyatakan bahwa pada intinya kami adalah tidak terpisakan dari orang tua siswa, masyarakat, dan warga masyarakat di sekolah juga. Tidak hanya mengajar tetapi juga ikut terlibat dalam kegiatan- kegiatan yang ada dalam kehidupan sosial, para responden juga tidak terlepas dari sosial selain profesi sebagai guru. Juga para responden juga warga masyarakat di mana mereka berada sehingga para responden tidak terlepas dari hubungan sosial antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok sosial masyarakat. Guru juga punya beban moral ada enta itu menjaga nama baik pribadi maupun secara organisasi profesi guru, hanya saja masih banyak yang terjadi di mana-mana. Jika seorang 217 guru melagar atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji ditengah-tengah masyarakat sehingga, yang melihat guru itu tidak baik. Semua manusia punya kelemahan namun caranya bagimana kita menjaga nama baik profesi sebagai seorang pendidik dan pengajar, apa lagi masyarakat atau siswa biasanya guru dihormati oleh masyarakat umum.

6. Faktor yang menghambat Peningkatan Kinerja Guru

Faktor utama penghambat peningkatan kinerja Guru SMA adalahminimnya ketidak seriusan dari intansi pendidikan itu sendiri dalam hal pemberdayaan dan kesejahteraan yang diperoleh, sehingga menimbulkan persepsi negatif para responden. Seorang guru tidak dapat bekerja maksimal karena minimnyakesejahteraan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang diungkapkan oleh beberapa para responden R15,: “ semua guru itu namanya manusia seperti manusia pada umumnya sehingga kemauan dan keinginan untuk memiliki tidak terbatas. Jika profesi lain yang menguntungkan bisa saja berahli profesi tersebut kenapa tidak bisa. Ya keinginan menjar ideal itu ada hanya saja alatnya yang tidak mencukupi seperti teknologi, mengikuti sertifikasinya harus dikembangkan. Namun yang menjadi problema adalah makan, minum saja tidak mencukupi mana mungkin bisa menambah ilmu lagi. Masa guru saja lapar disuruh ikut kembangkan kereatif, tidak mungkin terjadi toh tampah dorongan dari material yang bisa mendukung”.