214
tersebut juga memiliki sumber motivasi lain selain motif ekonomi. Sedangkan para responden R1, R2,R4,R5,R10, R11,R13,R15 berpendapat
bahwa motif ekonomi tidak terlepas dari kembutuhan sehari-hari karana, profesi apapun yang orang kerja adalah untuk mendapat upah atau gaji,
tidak mungkin orang kerja kerena alasan hanya pengabdian, di profesi mana pun pertama mencari nafkah sama halnya dengan profesi guru juga
demikian. Sementara para responden lainya tidak menjawan motif ekonomi adalah R6, R7, R14, 16.
Pada dasarnya seseorang akan bekerja dengan prestasi yang tinggi karena, di mana tempat bekerja memperlakukanya dengan adil. Upah dan
kesejahtraannya terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya dapat peroleh sesuai dengan tingkat kemampuanya.
b. Motif Agama
Para responden yang memakai dasar-dasar ajaran agama sebagai sumber motivasi prestasi kerja mereka. Nilai-nilai relegi yang terdapatpada
diri semua responden tak terkecuali yang mendasari motivasi kerja responden tersebut. Dalam Mulyasa 2013:88 kode etik guru bersumber
dari nilai-nilai agama dan pancasila. Setiap manusia yang beragama pasti memiliki dasar-dasar agama yang
digunakan untuk menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Bahkan tidak sedikit manusia yang beranggapan bahwa hidup mereka selama di dunia ini
merupakan suatu bentuk ibadah kepada Tuhan, tidak terkecuali dalam hal
215
bekerja. Semuaresponden mengemukakan hal yang sama, yaitu bekerja dimaknai sebagai salah satu bentuk ibadah. Para responden tersebut menilai
bahwa dalam profesinya sebagai guru tidak hanya menanamkan nilai-nilai pendidikan formal, akan tetapi ada tanggung jawab moral dalam
menanamkan nilai agama, yakni akhlak mulia pada setiap anak didiknya. Oleh sebab itu, nilai moral-spiritual yang telah tertanam dalam diri
responden membuat para responden menjadikannya sumber motivasi baginya.
c. Motif Sosial
Pada hasil penelitian ini terdapat motif sosial yang didasasi oleh nilai- nilai sosial individu yang timbul dari dalam diri individu untuk memberikan
sesuatu yang dimilikinya untuk turut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada penelitian ini terungkap
pengaruh nilai sosial yang mendasari individu terhadap prestasikinerja responden. Dalam Sadirman 2010:130 bahwa sosialal senantiasa
berhubungan dengan kehidupan sosial, atau kehidupan bersama antar manusia. Untuk dapat bergaul dengan sesama manusia dituntut adanya
kemampuan berintraksi dan memenuhi beberapa persyaratan.1 guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan
orang tua wali murid dalam melaksanakan proses pendidikan, 2 guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif dan efisien
216
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan, 3 guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
Dalam menjalankan profesinya sebagai guru, beberapa responden berusaha memberikan kemampuan yang dimilikinya agar dapat bermanfaat
bagi orang tua wali, masyarakat, dan sekolah. Responden juga berusaha memberikan disisi materialisme maka dalam hal ini orientasi nilai sosial
yang diutamakan. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden R14 dalam memaknai profesinya sebagai
guru ”tidak hanya pengabdian di sekolah saja tetapi sebagai anggota masyarakat juga harus mengabdi untuk
sosial di mana kita berada. Jika suatu waktu diutus mengabdi di daerah lain kita siap bersedia karena itu termasuk pengabdian sosial yang
dilaksanakan”. Para responden semua R1,R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10,
R11, R12, R13, R15, R16 menyatakan bahwa pada intinya kami adalah tidak terpisakan dari orang tua siswa, masyarakat, dan warga masyarakat di
sekolah juga. Tidak hanya mengajar tetapi juga ikut terlibat dalam kegiatan- kegiatan yang ada dalam kehidupan sosial, para responden juga tidak
terlepas dari sosial selain profesi sebagai guru. Juga para responden juga warga masyarakat di mana mereka berada sehingga para responden tidak
terlepas dari hubungan sosial antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok sosial masyarakat. Guru juga punya beban moral
ada enta itu menjaga nama baik pribadi maupun secara organisasi profesi guru, hanya saja masih banyak yang terjadi di mana-mana. Jika seorang
217
guru melagar atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji ditengah-tengah masyarakat sehingga, yang melihat guru itu tidak baik. Semua manusia
punya kelemahan namun caranya bagimana kita menjaga nama baik profesi sebagai seorang pendidik dan pengajar, apa lagi masyarakat atau siswa
biasanya guru dihormati oleh masyarakat umum.
6. Faktor yang menghambat Peningkatan Kinerja Guru
Faktor utama penghambat peningkatan kinerja Guru SMA adalahminimnya ketidak seriusan dari intansi pendidikan itu sendiri dalam
hal pemberdayaan
dan kesejahteraan
yang diperoleh,
sehingga menimbulkan persepsi negatif para responden. Seorang guru tidak dapat
bekerja maksimal karena minimnyakesejahteraan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang diungkapkan oleh
beberapa para responden R15,: “
semua guru itu namanya manusia seperti manusia pada umumnya sehingga kemauan dan keinginan untuk memiliki
tidak terbatas. Jika profesi lain yang menguntungkan bisa saja berahli profesi tersebut kenapa tidak bisa. Ya keinginan menjar ideal itu ada hanya
saja alatnya yang tidak mencukupi seperti teknologi, mengikuti sertifikasinya harus dikembangkan. Namun yang menjadi problema adalah
makan, minum saja tidak mencukupi mana mungkin bisa menambah ilmu lagi. Masa guru saja lapar disuruh ikut kembangkan kereatif, tidak mungkin
terjadi toh tampah dorongan dari material yang bisa mendukung”.
218
Responden R2 “ ya banyak faktor tapi yang memjadi beban saya
adalah jika saat ini melihat kondisi anak-anak masih banyak yang putus sekolah sehingga, merasa sedi. Nanti kedepan siapa yang pimpin mereka,
apakah mereka menajadi pesuruh seumur hidup atau nanti tukang minta- minta alias pengemis bila suatu saat nantiTimika lebih maju seperti kota
besar lainnya. Selain itu mungkin kami para guru dan orang tua yang gagal dalam inplementasikan generasi muda dikemudian hari. Sedangkan yang
tidak memberikan tangapanya tapi hanya menyatakan ya pasiti ada adalah R3, R6, R9, R10,R12, R14. Sementara para responden lainnya yang
menyatakan tidak ada yaitu R1, R5, R8, R11, R13, R16. Selain yang sama sekali tidak menyatakan faktor yang menghabat kinerja guru adalah para
responden R4, R7. Sebenarnya faktor-faktor yang menghabat prestasi kinerja guru, ini
tidak mungkin bagi papua karena, sudah ada kelimpaan rupiah, tetapi yang menjadi pertanyaan dan harus dijawab adalah pemimpin-pemimpin Papua
yang tidak berkompeten sehingga masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa serta masyarakat tidak bisa di perhatikan dengan sunggu-sunggu
oleh Dinas yang terkait. Selain itu guru juga kadang kala yang berstatus PNS tidak bekerja sunggu-sunggu, asal tidak kerja tapi dapat gaji itu yang
terjadi pada guru. Kalau kita tegok di tempat lain kesejahtraan dan fasilitas penjunyang itu sudah ada lengkap jadi para guru tidak mengelu lagi tetapi
berpikir mengajar dan pendidik.
219
Selain itu faktor insfrastruktur yang tidak memadai untuk menunjang peningkatan kinerja guru dan juga dalam hal pembangunan fisik tidak
merata antara kota dan pendalaman sehingga kondisi mutu pendidikan di Mimika sangat rendah di bandingkan kota-kota lain di penggunungan
tengah papua. Pendidikan di Mimika belum efektif membangun sember daya
manusia muda mudi pribumi Mimika asal tujuh suku. Jika lembaga pendidikan menyatakan ada kemajuan namun, itu hanya omong kosong
belaka atau hanya dari kacat mata luar saja. Data kemajuan tersebut dari orang-orang pendatang dari luar papua,
yakni imigran, pedagang dan karyawan yang berdomisili di Mimika Kota. Jadi tidak bisa menyatakan mutu pendidikan Mimika maju, melainkan
mudur lebih jauh dibanding waja pendidikan tempo dulu.
220
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan, hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat masalah yang sangat serius
berada di Dinas Pendidikan Menengah, LPMAK dan para guru belum maksimal menangani masalah pendidikan maupun kinerja guru itu sendiri di
Kabupaten Mimika. Untuk memperoleh keberhasilan pendidikan, keberadaan profesi guru
sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan lagi dalam hal kinerja guru sebab kinerja guru merupakan kemampuan yang ditunjukan oleh
seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kinerja guru dapat diamati melalui unsur perilaku yang ditampilkan guru sehubungan
dengan pekerjaan dan prestasi yang dicapai berdasarkan indikator kinerja guru.
Masalah yang sangat serius adalah tingkat kinerja guru yang berpatok pada motif kessejahtraan, ekonomi, sosial dan agama berarti para guru
bekerja tidak sunggu-sunggu. Kondisi pendidikan mudur atau maju jika kita bandingkan pendidikan kota Timika tempo dulu dan sekarang, sekarang
mudur tidak maju. Angka data penunjukkan Pendidikan Kota Mimika maju tetapi kontribusi angka itu dari mana kita harus tahu bahwa angka itu bukan
dari putraputri Mimika melainkan angka itu dari putraputri luar Mimika dan luar Papua yang mengenyam pendidikan di Kota Mimika. Dari tahun ke
221
tahun masalah pendidikan tidak ada perubahan. Memang benar jika dalam data dinas Pendidikan dan Kebudayaan ada peningkatan pendidikan ada
namum itu tidak benar karena, jika ada satu atau dua sekolah yang memberikan hasil mutu dan kualitaspendidikan baik, sedangkan sebagian
besar sekolah memberikan hasil yang kurang memuaskan di Kabupaten Mimika berarti masalah Pendidikan masih belum tangani dengan serius oleh
pemimpin mimika itu sendiri. Temuan di lapangan bahwa problema ada pada pemberdayaan guru
tidak secara efektif dalam mempersiapkan profesionalisme gurunya untuk menciptakan profesionalitanya, dan pemberdayaan guru muarahnya pada
pemberian dukungan penuh dalam mempersiapkan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru-guru, maka secara otomatis akan mempengaruhi semangat
mengajar guru di kota mimika berkurang. Pengaruh dari dukungan atas pengabdian guru otomastis mencipatakan suatu perubahan dalam diri guru dan
lingkungannya. Sehingga keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri khasnya dan mengarah pada kompetensi guru yang memuat tiga komponen
dasar, yakni 1 guru yang kompoten mengajar bidang studi yang diajarkan, 2 guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, dan 3 guru yang
trampil dalam melakukan tugas kesehariannya. Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh beberapa indikator antara lain
pertama kepribadian dan dedikasi yang tinggi menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dari sikap dan perbuatannya
dalam membina dan membimbing peserta didik; faktor pengembangan
222
profesional guru sangat penting karena tugas dan perannya bukan hanya memberikan informasi ilmu pengetahuan melainkan membentuk sikap,
karakter, dan jiwa; kemampuan menjagar, guru merupakan penguasaan guru atas kompetensi; komunikasi yang terjadi dalam lingkungan kerja adalah
memberikan dukungan bagi kelancaran tugas guru di sekolah; selain itu faktor tingkat kesejahtraan, memberikan insentif yang pantas sebagai wujud
memperbaiki tingkat kesejahtraan guru guna mencegah guru melakukan kegiatan membolos karena mencari tambahan di luar untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya melakukan perbaikan pada
kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar tetapi juga perlu dan penting diikuti dengan penataan manajemen pendidikan yang mengarah
pada peningkatan kinerja guru melalui optimalisai peran sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pihak Dinas Pendidikan setempat untuk memberikan rasa
nyaman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu optimalisasi kegiatan penataran harus betul-betul menyetuh kebutuhan guru agar
bermanfaat bagi peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa sehingga kedepan kegiatan pelatihan dan semacamnya
harus mampu diprogramkan supaya tidak tumpang tindih dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar sebagai dampak guru mengikuti
kegiatan tersebut. Guru sekolah menengah atas kota Mimika terlihat, aktif dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar. Dan juga memberikan