Pengertian kompetensi pedagogik Kompetensi Pedagogis

56 evaluasi proses dan hasil belajar; dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan 2006:88 dalam bukunya Mustafa 2011:30-31 adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b pemahaman tentang peserta didik; c pengembangan kurikulumsilabus; d perencanaan pembelajaran; e pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f evaluasi hasil belajar; dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dan dapat dijelaskan lagi oleh Mustafa 2011:31-42 yaitu sebagai berikut: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorangguru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Di antaranya yaitu fungsi dan lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarkat, sistem pendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat, dan bagimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru 57 profesional. Joseph Fisher t.th:117 menulis, “pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar”. b. Pemahaman tentang peserta didik. “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempen garuhinya”. Sukmadinata, 2006: 197. Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu. Horowitz, et al. Hammond dan Bransford, 2005: 88 menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: Guru yang baik memahami bahwa mengajar bukan sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting, dan termasuk perbedaan dalam: kecerdasan, emosional, bakat, dan bahasa. Demikian juga seorang guru harus memperlakukan siswa dengan respek, 58 apakah ia dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang tertentu dan menunjukkan cara yang tepat untuk meraihnya. Setiap siswa memiliki kapasitas untuk sukses di sekolah dan dalam kehidupan. Semua siswa mampu sukses dalam menyerap kurikulum melalui dorongan dan bantuan yang tepat. Yang utama adalah bagaimana agar setiap anak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang bermutu, baik fasilitas gedungnya maupun pendidiknya. Dengan demikian, dapat diketahui sampai sejauh mana pendidikan dapat mengembangkan kompetensi mereka masing-masing. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa. c. Pengembangan kurikulumsilabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan BSNP. Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidang studinya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses 59 pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller 1985:12 dan dikutip lagi oleh Mustafa 2011:34 mencakup tiga hal: 1. Menyusun tujuan umum TU dan tujuan khusus TK. TU dan TK biasanya merefleksikan posisi kurikulum secara keseluruhan. Posisi transmisi menekankan TK yang spesifik dan kadang-kadang dinyatakan dalam istilah perilaku. Daftar TK dalam posisi ini bisa jadi sangat luas. Dalam posisi transaksi, TK diharapkan fokus pada konsep atau keterampilan intelektual yang kompleks. 2. Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembang kurikulum harus memutuskan materi apa yang tepat untuk kurikulum dan mengidentifikasi kriteria untuk pemilihannya. Orientasi sosial, psikologis, filosofis, minat siswa, dan kegunaan merupakan beberapa kriteria yang dapat digunakan. Kriteria apa yang digunakan akan menunjukkan orientasi kurikulum. Misalnya, minat siswa merupakan kriteria yang lebih penting dalam posisi transpormasi dibanding dalam posisi transmisi. 3. Memilih strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar dapat dipilih menurut beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru, dan minat belajar. Dalam posisi transmisi, mengajar harus terstruktur, spesifik, dan dapat diulang. Orientasi transaksi fokus pada strategi yang mendorong penyedidikan. Dalam posisi transpormasi, strategi mengajar disesuaikan untuk membantu siswa membuat hubungan antara dunia luar dan dunia dalam mereka. 60 Guru juga harus memahami hakikat kurikulum. Doll 1974:22 menyatakan, “definisi kurikulum yang telah diterima secara umum telah berubah dari materi dan daftar pelajaran menjadi seluruh pengalaman yang diberikan pada siswa di bawah bimbingan sekolah”. Sama dengan, Eisner 2002:26 menjelaskan makna kurikulum, yaitu “seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain sekolah sebelumnya. Ia menjelaskan juga bahwa, “kurikulum sekolah atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih siswa”. Guru sebagai pengembang kurikulum juga diharapkan tidak melupakan aspek moral dalam proses pembelajarannya. Para pengembang kurikulum harus memerhatikan aspek moral, sebagaimana ditegaskan McNiel 1977 dan dikutip lagi oleh Mustafa 2011: 36, “manusia telah sadar betul bahwa tanpa dasar moral, pendekatan pemerintah, teknologi, dan materi tidak akan cukup. Karena itu, pengembang kurikulum harus peduli moral”. Miller dan Seller 1985:47 menjelaskan juga bahwa, “pendidikan seharusnya mengajarkan anak untuk mengendalikan dan mengontrol diri mereka.” d. Perencanaan pembelajaran. Menurut Naegie 2002:8, “guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan 61 bagaimana hal itu harus dilakukan”. Guru mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajran setiap akan mengajar. Perencanaan pembelajaran menyimbulkan dampak positif. Menurut Khaldun dan dikutip oleh Ahmad Jejen Musfah, 2011:37, ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan”. Selain memahami metode pembelajaran dengan baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran, yaitu “hubungan contiguity , pengulangan, dan penguatan”. Brigs, dan Wager, 1992, pertama , adanya hubungan, bahwa kondisi pendorong harus dihadirkan secara bersamaan dengan respons yang diinginkan. Kedua , adanya pengulangan, bahwa kondisi pendorong dan responnya harus diulang, atau dipraktikkan, agar pembelajaranberkembang dan ingatan lebih kuat. Ketiga , adanya penguatan. Belajar tentang aktivitas baru dapat menguatkan ketika aktivitas tersebut diikuti oleh ungkapan kepuasaan salah satunya melalui pemberian hadiah. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus mencul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa 62 ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak menonton, baik dari sisi kemasan maupun isi materinya. Menurut Mulyasa 2007 yang dikutip oleh Mustafa 2011:37, “secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri”. f. Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.” BSNP, 2006:4. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran. Karena itu, seorang guru harus kreatif menggunakan penilaian dalam pengajaran. Ada lima alasan prinsip mengapa penilaian merupakan bagian penting dari proses pengajaran. “pertama, penilaian kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan ia menegaskan pentingnya meraih sasaran. Kedua , penilaian kelas menyediakan dasar informasi untuk siswa, orang tua, guru, pimpinan, dan pembuat kebijakan. Ketiga , penilaian kelas memotivasi siswa untuk mencoba atau tidak mencoba. Keempat, penilaian 63 kelas menyaring siswa di dalam atau di luar program, memberi mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan. Kelima , penilaian kelas menyediakan dasar evaluasi guru dan pimpinan”. Penilaian kelas akan berjalan baik apabila mengikuti lima prinsip penilaian. Mustafa, Stiggin, 1994:viii. g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. “Belajar merupakan proses di mana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui persaan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku.” Tulis Pollard 2005. Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.

b. Strategi Pembelajaran

1 Menguasai bahan Sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. 2 Mengelola program belajar mengajar 64 Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar- mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. 3 Mengelola kelas Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha suboptimal mungkin untuk membenahinya. 4 Mengunakan mediasumber Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu: a. Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media. b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda. c. Menggunakan buku pegangan buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang. d. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar. Bahkan dalam hal ini guru juga dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didiknya. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan 65 Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. 5 Mengelola interaksi belajar-mengajar Lima kompetensi sebagaimana telah diuraikan di atas adalah merupakan dasar dan sarana pendukung bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar. 6 Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, termasuk antara lain mengetahaui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 7 Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dalam tugas dan perannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselorpenyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.