20
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Profesionalisme Guru
1. Profesi Guru
Kata profesi indentik dengan kata kehalian, demikian juga Javis 1983 dalam Yamin 2011:3 mengartikan seseorang yang melakukan tugas
profesi juga sebagai seorang yang ahli expert. Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan
keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas. Hal demikian padat dibaca pula pendapat Volmer dan Mills 1966, McCully
1969, dan Kommer dalam Sagala, 2000:195-196, mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang
diperoleh melalui studi dan traning, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu
diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji payment.
Berbagai pengertian profesi di atas menimpulkan makna, bahwa profesi yang dipandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, kenterampilan, kemampuan, keahlian, dan kedisiplinan untuk menciptakan anak memiliki prilaku sesuai
yang diharapkan.
21
Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Tetapi itu harus diterapkan kepada masyarakat
untuk untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu. Dalam melaksanakan
pekerjaan itu harus melalui norma-norma itu. Orang yang melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu
dan kenterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat mempertanggung-jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang
menyangkut profesi itu. Pengembangan profesi guru memiliki hubungan fungsional dan
pengaruh terhadap kinerja guru karena memperkuat kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pekerjaan. Pola pengembangan profesi yang
dapat dilakukan antara lain 1 program tugas belajar, 2 program sertifikasi dan 3 penempatan dan workshop. Pengembagan seperti ini mampu
menempatkan guru dalam bekerja secara baik. Kerena sangat tidak mungkin seorang guru yang memiliki pengetahuan sangat sempit dan menghasilkan
dan memberikan pencerahan kepada siswa yang baik. Jika seorang guru memiliki pendidikan yang baik maka ada kemungkinan dalam bekerja akan
selalu mempertahankan dan memperhatikan profesionalismenya karena merasa malu dengan guru yang lain yang berpendidikan rendah tetapi
kinerjaanya lebih baik. Perasaan ini memupuk dan mengacu guru untuk lebih baik dalam bekerja.