Kebijakan Pemberdayaan Guru Pemberdayaan Guru

93 memberikan sebuah arahan bahwa semangat pemberdayaan atau semangat sangat penting, terlebih lagi dengan pembebasan dari keterbatasan menjadi adanya kebijakan peraturan fungsi praktis guru dalam memberikan perundangan baru yang pendidikan. mempersyaratkan guru dan dosen untuk berbalikan dengan harapan dan mendapatkan sertifikat profesi. Dengan pemikiran Freire, di tataran empiris landasan pemikiran seperti ini, masih terlihat sejumlah guru yang ruang- pemberdayaan dalam konteks gerak hidupnya serba terbatas. Untuk pemberdayaan guru, meminjam analisa bekerja di luar profesi pendidikan dapat jadi guru tidak mampu, sementara diartikan sebagai proses belajar keinginan untuk meningkatkan profesi mengajar yang merupakan usaha keguruannya kurang modal Babari dan Prijono, 1996:72, akhirnya terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan mereka mengambil sikap menunggu atau menanti tibanya giliran untuk baik bagi individu maupun kolektif, guna mendapatkan jatah pembinaan atau mengembangkan daya potensi dan pelatihan dalam jabatan in job training kemampuan yang terdapat dalam diri yang diselenggarakan Pemerintah baik individu dan kelompok masyarakat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat sehingga mampu melakukan Daerah transformasi sosial. Meminjam penjelasan yang usaha pemberdayaan guru itu sendiri dikemukakan Ginanjar Kartasasmita self-teacher dan juga peserta didik. Kartasasmita, 1996 bahwa Seiring dengan hal ini, untukpemberdayaan adalah sebuah upaya mendapatkan pemahaman dan analisaproteksi terhadap 94 individu atau kelompok yang kritis terhadap beban kerja guru, masyarakat dari perlakuan yang tidak tepat kiranya untuk sedikit menjelaskanadil. Makna ini relevan untuk mengenai falsafah kerja. Analisa kritisdikembangkan menjadi satu pendekatan terhadap makna kerja ini diharapkanbahwa pemberdayaan guru dapat dapat memberikan sumbangan dalamdidekati dari sisi hukum atau menjelaskan falsafah pemberian bebanperlindungan terhadap hak-hak asasi kerja guru sebagaimana guru secara umum dikemukakan dalam undang-undang Ketiadaan hukum yang jelas dan guru dan dosen tersebut. pasti akan mempengaruhi terhadap a Munculnya pembahasan hak guru dalam menerima kompensasi mengenai beban kerja, bisa disebabkan terkait kegiatan-kegiatan profesionalnya, adanya fakta bahwa b guru tidak efektif c hak guru dalam mendapatkan dalam memberikan layanan pendidikan perlakuan yang sama sebagai tenaga di sekolah, d rendahnya produktivitas profesi guru, dan e hak guru untuk guru sebagai tenaga profesi, f adanya mendapatkan perlakuan yang layak dari guru yang bekerja separuh waktu, g pengelola atau pemiliki satuan tingginya kemungkinan guru untuk pendidikanYayasan. Memiliki tempat pekerjaan lebih dari satu sehubungan dengan hal ini, lahirnya lokasi dengan alasan untuk mencukupi UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen kebutuhan hidup. Dengan berbagai Nomor 14 Tahun 2005 merupakan angin alasan tersebut, menyebabkan ada segar yang dapat dirasakan oleh guru kecenderungan guru kurang betah di sekolah atau 95 kurang betah menghadapi dan dosen. Namun demikian, masih ada sejumlah persoalan hukum dan anak di dalam kelas. Implikasi praktis implementasi terkait dengan peraturan dari persoalan seperti ini, sudah tentu perundangan tersebut. Salah satu akan berpengaruh langsung terhadap masalah tersebut, yaitu penafsiran dan kualitas layanan dan mutu lulusan penerapan beban kerja guru di tingkat pendidikan. satuan pendidikan. Berdasarkan pemikiran seperti ini, maka secara sistematis dan legal. Kalau kita katakan pekerjaan guru itu merupakan profesi, banyak dasar hukum dan peraturan yang menunjukkan guru sebagai suatu profesi. Jikalau memang guru sebagai tenaga profesional, maka mereka layak menerima fasilitas apa yang diterima profesional lainnya, seperti dokter, pengacara, olahragawan, dan lain-lain. Kenyataan selama ini berbeda, coba menengok kehidupan guru-guru, kehidupan mereka pas-pasan, mungkin di suatu daerah disediakan perumahaan dinas sederhana untuk tempat menyelang mereka pensiun, begitu juga mereka yang mengajar di daerah terpencil, dan terisolir dengan gaji yang diterima tidak mencukupi kebutuhan keluarga, dan hampir tidak ada insentif, honor, di luar gaji per- bulan. Apalagi guru bantu, guru honorer, dan guru sukarela gaji yang diterima mereka tidak dapat menutupi kebutuhan keluagah per-bulan, akhirnya benar juga lagu yang disenanjungkan oleh Rhoma Irama gali lobang tutup lobang , sedangkan guru adalah manusia biasa yang memiliki banyak kebutuhan hidup, dan berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan kredit melalui cicilan setiap bulan, namun dipundak guru dipikul beban dan 96 tanggung jawab kependidikanan yang besar, mencerdaskan kehidupan bangsa, merubah perilaku dan moral anak didik Yamin 2011:2. Lanjut Yamin guru mengembangkan tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikanan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Ayat 2. Pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

2. Upah

Upah dalam kriteria Glenn Langford menempati posisi pertama, karena merupakan suatu yang paling utama, dengan upah seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan primer. Kebutuhan primer manusia seperti makan, minum, dan perumahan terabaikan akan bisa membuat manusia tidak konsentrasi, serius dalam menunaikan pekerjaannya. Upah yang seimbang akan mampu memberikan motivasi seseorang untuk bekerja maksimal, disamping itu mana kala upah terabaikan dalam suatu organisasi sering terjadi suatu gejolak dan kelesuan kerja. Seseorang bekerja dengan prestasi tinggi harus diimbangi dengan penghargaan yang tinggi pula, yaitu berupa upah yang layak. Demikian pula 97 pekerjaan yang beresiko tinggi diimbangi dengan upah yang tinggi, hal yang demikian suatu yang adil dalam pandangan profesional 16. Penggunaan istilah “profesional” menunjukkan suatu pekerjaan pelayanan jasa kepada masyarakat, layanan jasa diberikan kepada seseorang yang membutuhakan, seperti dokter, pengacara, dokter, guru, olahragawan, apoteker, akuntan, pengarang, dan lain sebagainya. Penjual jasa akan menjual kepada masyarakat, dengan mendapat imbalan atau upah yang telah ditentukan oleh penjual jasa atau kesepakatan kedua bela pihak. Olahragawan profesional menjual jasa olahraganya kepada orang dalam bentuk pertandingan anat sesama olahragawan profesional, dalam olahraga dikenal olahragawan profesional dan amatir, akan tetapi di dalam profesi, pengara, guru, dan lain-lain tidak dikenal istilah amatir. Dokter menjual jasa kesehatan, pengacara menjual jasa bantuan dan perlindungan hukum, dan guru menjual jasa bimbingan, pelajaran, dan latihan. Profesi seseorang akan memiliki prestasi, kehalian, dan spesialisasi lebih, demikian juga guru akan mendapat imbalan berupa gaji dan tunjangan fungsional yang berbeda, seperti; dosen berpangakat guru besar akan bebeda imbalan diterimannya dibanding dengan dosen berpangkat lektor, dan lain sebagainya. Sesungguhnya tepatlah apa yang pernah disampaikan oleh Collite 1987 dalam Yamin 2011; 16 17 bahwa pekerjaan dosen, guru, dan instruktur adalah profesi yang dilaksanakan secara profesional. Guru akan mendapat tunjangan jabatan fungsional sebagaimana yang telah diatur 98 dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahun 2003 tentang tunjangan tenaga kependidikan sebagai berikut; Tabel 3.5Tunjangan Tenaga KependidikanTerhitung Mulai Bulan Oktober 2002 No Jabatan Golongan Besar Tunjangan Keterangan II II IV 1 2 3 4 5 6 1. Guru Rp. . 168.750., Rp. 206. 250, Rp. 262. 500, Tunjangan Yang Diberikan Kepada Guru Yang Diberi Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Sudah Termasuk Tunjangan Tenaga Kependidikanan 2. Pamong Rp. 168.750, Rp. 206. 250 Rp. 262. 500, 3. Pemilik Rp.168.750 Rp. 206. 250, Rp. 262. 500, 4. Guru Yang Diberi Tambahan Sebagai Kepala Taman Kanak- Kanak, Raudhatul AthfalBustanul Atfal Dan Sederajat Rp. 293.750 Rp.331. 250 Rp. 387.500 5. Guru Diberi Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Madrasah, Ibtidaiyah, Dan Yang Sederajat Rp. 293.750, Rp. 331. 250 Rp. 387.500 6. Guru Yang Diberikan Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Madrasah, Ibtidaiyah Dan Sederajat Rp. Rp. 368. 750 Rp.425.00 7. Guru Yang Diberi Tugas Tambahan Kepala Sekolah Menengah, Sekolah Luar Biasa, Rp. Rp. 431. 250 Rp.487.500