Jumlah Sekolah RSBI dan SSN

151 Yang diungkapkan penciunan guru Sabinus Bokeyauw “mutu pendidikan di papua khususnya Mimika jauh menurun, guru-guru tidak lagi jiwa mengabdi untuk membuat anak-anak menjadi pintar, setidaknya bisa membaca dan menulis. Kalau masa belanda, disiplin belajar-mengajar diterapkan dengan ketat, termasuk mencari murid jika tidak masuk sekolah. Kini jauh melonggar guru-guru yang mengabdi stengah mati seorang diri dan mengajar enam kelas sekaligus di pendalaman diperlakukan sama dengan yang tidak pernah mengajar di sekolah, tidak ada sangsi tegas “ jika dulu tidak mengajar satu kali saja gaji sebulan ditahan, apa lagi ke kota pasti dimarahi pastor dan disuruh kembali di kampung” yang berprinsip men erima gaji buta sama dengan mencuri”. Apa lagi saat ini pengawas sekolah yang tidak berfungsi dan banyak pengawas yang tidak pernah tahu lokasi sekolah yang diawasinya, mereka tidak pernah datang dan membiarkan guru-guru meninggalkan sekolah atau tugas. Pengembangan pendidikan kota dan kampung yang faktanya bahwa semestinya tidak terjadi, karena keseimbangannya tidak saling seimbang kota semakin maju pertumbuhan pendidiknya dan pendidikan dibagian kampung masih ketertinggalan. Dengan kondisi seperti itu sebenarnya sebagai seorang guru harus memiliki belas kasih dan ketabahan, karena polosok desa ini mengadapi tantangan jadi menyukai tantangan berarti guru tersebut menyelamatkan banyak generasi muda pedalaman Mimika Papua. Apabila seorang guru tidak menyukai tantangan dan tidak memiliki belas kasih, maka apa yang 152 terjadi tidak menempati tugas dan hanya tinggal di kota sampai habis bulan ambil gaji begitu saja tanpa bersalah, sehingga para siswa juga tetap begitu dan tidak berkembang. Jadi seorang guru yang bertugas di sekolah mempunyai strategi yang khusus agar tidak terjadi penyelewengan dan tidak menempati tugasnya akibat dari pada itu bisa saja membatasi semangat belajar siswa dan tidak memotivasi dengan baik. Untuk mengatasi persoalan pendidikan di Mimika, perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat Mimika untuk meningkatkan daya saing antara kota-kota lain di Papua dan pada umumnya di Indonesia, apabila pendidikan Mimika ini memberi pupuk dengan baik maka kualitas tamatan pasti tidak jauh berbeda dengan tamatan kota lain. Tempo dulu guru selalu aktif bahakan guru yang cari siswa bila siswa tidak masuk satu kali saja. Sistem pendidikan lebih maju karena, para guru- guru dulu kerja keras. Dan juga di Papua dulu satu dua guru bisa menganagani satu sekolah dengan ketekunan dan pengabdian kepada masyarakat Papua. Masalah pengawasan kontrol dari Pemerintah daerah tidak ketat terhadap para guru di zaman globalisasi ini. Pada hal ada guru yang nakal, tidak mengajar asal trima gaji, hal ini terjadi di seluruh Papua tidak terkeuali. Hanya satu dua guru yang stenga mati mengabdi memberikan pelayanan pendidika. Contohnya ada guru di papua yang bisa mengajar seorang diri kelas satu sampai kelas eman.