Peningkatan Kesejahtraan Guru Pemberdayaan Guru

104 Minat, bakat,kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan bekembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu mempeerhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin diantara kita masih ingat, ketika duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk memegang pencil dengan benar. Guru pula yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertidak sebagai pembantu ketika peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut keabsahan kreatifitas dan profesionalisme. Memahami uraian di atas, beberapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat peting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan menggembangkan sumber daya manusia SDM, serta kesejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan 105 potensinya, secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan masyarakat, dengan memposisikan diri sebagai berikut: 1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahan. 5. Menumpuk rasa percaya diri, berani dan betanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan, bersilaturrhami dengan lain secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8. Menjadi pembantu jika diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Dengan kewenangan yang dimiliki kepala sekolah, maka salah satu persoalan utama kebijakan yang dapat dilaksanakan di sekolah adalah pembeerdayaan guru. Kajian masalah pemberdayaan guru atau keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan di sekolah merupakan tindakan sebagai 106 insentif bagi banyak guru. Mungkin saja bagi kebanyakan guru memelihara keterlibatan dalam pengambilan keputusan menjadi hak keputusan profesional guru. Adanya fokus kebijakan daerah dalam peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran pendidikan akan muncul persoalan, adakah kebijakan memajukan pemberdayaan guru yang sama mendekati peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran dan prestasi murid. Jawaban atas masalah tersebut mengaju kepada dua alasan, yaitu: Pertama, keputusan sekolah dalam hal peningkatan mutu pengajaran dan pembelajaran yang memerlukan dukungan dan praktik dari guru profesional. Karena itu tingginya kualitas keputusan dan pelaksanaan keputusan dalam hal peningkatan pembelajaran adalah ditentukan oleh keterlibatan guru. Di sinilah perlunya para kepala sekolah melibatkan guru dalam perencanaan dan keputusan program peningkatan mutu pembelajaran. Kedua, keputusan yang akan dilaksanakan akan lebih baik jika dipengaruhi guru dan diharapkan mereka melaksanakan dengan sepenuhnya partisipasi karena itu sangat menentukan keberhasilan. Dalam konteks ini, alasan pemberdayaan guru berdasarkan beberapa asumsi, yaitu: pertama, bahwa guru ingin melibatkan dalam pembuatan keputusan sekolah. Kedua, bahwa guru dilibatkan dalam level pengambilan keputusan sekolah adalah dapat memenuhi minat pribadinya.

5. Kebijakan Reward dan Insentif

107 Kebijakan yang dapat dibuat kepala sekolah melalui bekerja sama dengan pihak sekolah yang terkait dalam rangka peningkatan reward dan insentif para personel sekolah. Sebenarnya melalui kebijakan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten di era otonomi Daerah dapat dirumuskan hulang peningkatan reward dan insentif bagi para guru untuk mendukung peningkatan mutu sekolah. Tentu saja, dukungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD kabupaten dan kota dituntut untuk membuktikan janji ketika pemilihan umum dalam membenahi mutu pendidikan. Tetapi selain itu kepala sekolah juga dapat lebih proaktif dengan memobilisasikan sumber daya sekolah untuk meningkatkan reward dan insentif bagi guru di sekolahnya masing-masing.Sebagai orang yang memahami kebijakan pendidikan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan, maka dengan kewenangan dan kerja sama dengan pihak sekolah perlu dipikirkan dan dirancangkan kebijakan peningkatan prestasi pembelajaran siswa. Menurut Duke dan Canady dalam Martinis dan Maisah 2010: 83 bahwa reward imbalan dibagi kepada dua bagian, yaitu: 1. Extrinsic reward reward buatan, yaitu adanya imbalan bergantung pada kedudukan seseorang secara langsung. Muncul dari prestise dan kekuasaan sesuai peranannya sehingga berbeda atas yang lain. 2. Extrinsic reward reward buatan, adalah bersifat subjektif dan alamiah, karena itu bersifat pribadi. 108 3. Ancillari reward imbalan tambahan, yaitu imbalam bersifat objektif simultan dan subjek mencakup aspek pekejaan yang dinilai oleh kelompok tertentu. Sebagai contoh, para guru dalam keluarga atau yang menikmati perjalanan mungkin akan menemukan sepanjang musim liburan semesteran dan akhir tahun ajaran periode reward dalam perjalanan. Ditegaskan Matesson dan Ivancevic 1989 memang dalam manajemen ilmiah sangat ditentukan kegunaan potensial dari pembayaran sebagai pendorong dalam banyak rata-rata, bonus, pembegian keuntungan, dan rencana pembiayaan insentif lainnya. Memang tidak semua orang dengan sistem pembayaran yang baik memberi respon kinerja yang baik. Artinya, ada pegawai yang termotivasi dengan sistem pembayaran gaji, insentif dan lainnya, tetapi yang tidak demikian adanya.dengan kata lain, ada perbendaan individu pegawai dalam suatu organisasi merespon sistem pengajian mencakup reward, bonus, dan insentif. Intinya adalah bahwa kebijakan dalam peningkatan reward, insentif, atau bonus bagi perusahaan dapat mendorong peningkatan kinerja dan kepuasan kerja. Motivasi menurut Donal dalam Martinis dan Maisah 2010: 84 adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Adapun tanda-tanda adanya motivasi seseorang adalah sebagai berikut: a Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri pribadi perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada