kangmartho.com Page 241
xxv. Kadang-kadang  pembicaraan  hanya  dimonopoli  oleh  anak
yang pandai saja. xxvi.
Guru hanya
menampung pendapat
tidak pernah
merumuskan kesimpulan. xxvii.
Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betulsalah. xxviii.
Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.
134. Model Jigsaw
Metode  ini  dikembangkan  oleh  Elliot  Aronson  dan  kawan-kawannya dari  Universitas  Texas  dan  kemudian  diadaptasi  oleh  Slavin  dan  kawan-
kawannya.  Melalui  metode  Jigsaw  kelas  dibagi  menjadi  beberapa  tim  yang anggotanya terdiri dari atau enam siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan  akademik  disajikan  kepada  siswa  dalam  bentuk  teks;  dan  tiap  siswa bertanggung  jawab  untuk  mempelajari  suatu  bagian  dari  bahan  akademik
tersebut.  Pada  anggota  dari  berbagai  tim  yang  berbeda  memiliki  tanggung jawab  untuk  mempelajari  suatu  bagian  akademik  yang  sama  dan  selanjutnya
berkumpul  untuk  saling  membantu  mengkaji  bagian  bahan  tersebut. Kumpulan  siswa  semacam  itu  desebut  ―kelompok  pakar‖
expert  group
. Selanjutnya, para pakar siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompoknya  semula
home  teams
untuk  mengajar  anggota  lain  mengenai materi  yang  telah  dipelajari  dalam  kelompok  pakar.  Setelah  diadakan
pertemuan  dan  diskusi  dalam  ―
home  teams
‖,  para  siswa  dievaluasi  secara individual  mengenai  bahan  yang telah dipelajari. Dalam  metode Jigsaw versi
kangmartho.com Page 242
Slavin.  Individu  atau  tim  yang  memperoleh  skor  tinggi  diberi  penghargaan oleh guru.
135. Model Learning Together
Para  siswa  dikelompokkan  ke  dalam  tim  dengan  empat  sampai  lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu
keompok  untuk  menyelesaikan  sebuah  produk  kelompok,  berbagai  gagasan, dan  membantu  satu  sama  lain  dengan  jawaban,  dan  meminta  bantuan  dari
teman  yang  lain  sebelum  bertanya  kepada  guru,  dan  si  guru  memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.
136. Model Numbered Head Together
Model ini kembangkan oleh Spencer Kagan 1993 dengan melibatkan para  siswa  dalam  mereview  bahan  yang  tercakup  dalam  suatu  pelajaran  dan
mengecek  atau  memeriksa  pemahaman  mereka  mengenai  isi  pelajaran tersebut.  Sebagai  pengganti  pertanyaan  langsung  kepada  seluruh  kelas,  guru
menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut: 1.
Langkah 1
–
Penomoran Numbering
: Guru membagi para siswa menjadi beberapa  kelompok  atau  tim  yang  beranggotakan  3  hingga  5  orang  dan
memberi mereka nomor sehingga tiap siswa daslam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
kangmartho.com Page 243
2.
Langkah  2
–
Pengajuan  Pertanyaan  Questioning
:  Guru  mengajukan suatu  pertanyaan  kepada  para  siswa.  Pertanyaan  dapat  bervariasi,  dari
yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Contoh pertanyaan yang bersifat  spesifik  adalah  ―Di  mana  letak  kerajaan  Tarumanegara?‖,
sedangkan  contoh  pertanyaan  yang  bersifat  umum  adalah  ―Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah Belanda?‖.
3.
Langkah  3
–
Berpikir  Bersama  Head  Together
:  Para  siswa  berpikir bersama  untuk  menggambarkan  dan  meyakinkan  bahwa  tiap  orang
mengetahui jawaban tersebut. 4.
Langkah  4
–
Pemberian  Ja waban  Answering
:  Guru  menyebut  satu nomor  dan  para  siswa  dari  tiap  kelompok  dengan  nomor  yang  sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
137. Pemberian Balikan