72
menyajikan atau mengemukakan.
28
Jadi, presentasi bisa diartikan menyajikan atau mengemukakan informasi kepada orang lain dengan
tujuan bermacam-macam seperti, memberi tahu, mempengaruhi ataupun mengajak persuasif. Namun demikian pada saat ini presentasi
juga dilakukan dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Tujuan dari presentasi dalam proses pembelajaran
bermacam-macam, misalnya untuk memberi informasi, untuk meyakinkan peserta, menyampaikan pesan dan bahkan untuk
melakukan penilaian. Strategi active learning dalam pembelajaran PAI pada kelas XI
yang digunakan metode presentasi dalam materi tarikhsejarah Islam. Seperti yang penulis observasi ketika pelajaran PAI bab perkembangan
Islam pada masa modern.
29
a Kegiatan awal 1 Pada pertemuan sebelumnya, guru telah membagi kelas menjadi
beberapa kelompok diskusi dengan materi tokoh yang berbeda diantaranya Muhammad Abduh, Muhammad bin Abdul Wahab,
Jamaludin al Afghani, Toha Husein, Sayid Qutub, Rasyid Ridha dan Muhammad Iqbal.
2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi.
3 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk memahami, bahwa pada setiap pribadi muslim harus menjadi orang yang
cerdas dengan serius menuntut ilmu. 4 Guru menyampaikan penilaian yang menjadi acuan ketika siswa
menjadi presenter didepan kelas. b Kegiatan inti
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet.4, h. 895.
29
Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas XI, 19-20 Mei 2014.
73
1 Guru mengeksplorasi pengetahuan siswa dan membagikan handout tentang materi yang berkenaan dengan perkembangan
Islam pada masa modern. 2 Guru memberikan tugas juga dengan menjelaskan kepada setiap
kelompok untuk membuat hasil ringkasan dalam bentuk mindmap dari hasil presentasi kelompok lain mengenai biografi
tokoh, pandanganpemikiran tentang politik, pendidikan dan agama.
3 Guru mempersilahkan
kepada setiap
kelompok untuk
mempresentasikan topik yang sudah dibagi dan didiskusikan minggu lalu sedangkan kelompok lain mengamati dan
mendengarkan siswa yang lain ketika presentasi didepan kelas. 4 Guru
mempersilahkan masing-masing
kelompok untuk
mengevaluasi presentasi teman-teman mereka dan berdiskusi untuk mencari benang merah kesamaan pemikiran masing-
masing tokoh dan perbedaan masing-masing. 5 Guru dan siswa berdiskusi tentang pemikiran tokoh yang telah
dipresentasikan oleh siswa. 6 Guru menambahkan konsepide yang belum dijelaskan oleh
siswa pada saat mempresentasikan hasil diskusinya. c Kegiatan Penutup
1 Guru bersama
siswa bertanya
jawab meluruskan
kesalahpahaman, memberikan penguatan dan menyimpulkan dari hasil diskusi yang telah dilakukan oleh setiap kelompok
mengenai materi tokoh yang telah dibahas. 2 Guru melakukan penilaian tentang kreatifitas siswa, kelengkapan
konten dan penyajian materi yang telah dipresentasikan. 3 Siswa mengumpulkan hasil tugas tentang biografi tokoh,
pandanganpendapat politik, pendidikan dan agama yang telah mereka buat dalam bentuk mindmap atau rangkuman ketika
teman-temannya melakukan presentasi.
74
4 Guru bersama siswa merapikan ruangan kelas, dan menutup pelajaran dengan membaca do’a.
30
3 Cooperative Script
Cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi pendidikan agama Islam yang dipelajari. Tujuannya mendorong siswa untuk terbiasa membuat ringkasan atau resume dari
suatu konsep dan terbiasa mengungkapkan gagasannya sendiri, maupun mendengarkan orang lain yang berbicara dengan penuh perhatian.
31
Strategi ini diterapkan guru PAI dalam pelajaran akidah akhlak Seperti yang penulis observasi ketika bab perilaku semangat menuntut ilmu.
32
a Kegiatan Awal 1 Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok untuk duduk
berpasangan. 2 Guru menggali informasi seputar pengetahuan siswa tentang
keutamaan menuntut ilmu. 3 Guru membagikan wacanamateri siswa untuk dibaca terkait
materi tokoh ilmuwan muslim. 4 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat peta
konsepmindmap, menggambar ataupun membuat bagan dari hasil bahan yang telah dibaca.
5 Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap-lengkapnya dengan memasukkan gagasan-gagasan dalam ringkasannya
sementara pendengar menyimakmengoreksimenunjukkan ide- ide pokok yang kurang lengkap.
30
Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas XI, 19-21 Mei 2014.
31
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 205.
32
Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas X, pada hari selasa, 21 Mei 2014.
75
b Kegiatan Inti 1 Guru memberikan waktu 15 menit kepada siswa untuk
meringkas dari materi tokoh ilmuwan muslim yang telah didapatkan dari masing-masing siswa.
2 Setelah siswa membuat ringkasan kemudian siswa berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian.
3 Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mempresentasikan hasil dari ringkasannya dan menyimpulkan 1
point yang didapatkan dari materi keutamaan menuntut ilmu. 4 Guru menambahkan penjelasan dengan menayangkan video
tentang menuntut ilmu dan siswa mengkritisi atas penyangan video tesebut.
c Kegiatan Penutup 1 Guru memberikan kesempatan kepada salah satu siswa untuk
memberikan hikmah yang didapatkan dari pelajaran tentang menuntut ilmu.
2 Guru memberikan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan untuk menjadi komitmen dalam menuntut ilmu.
3 Siswa mengumpulkan tugas yang telah diringkas dari hasil laporan yang telah dibuat dalam bentuk peta konsepmindmap,
menggambar sesuatu ataupun membuat bagan. 4 Guru membuat laporan tentang pengalaman belajar siswa.
33
4 Simulasi
Menurut John Echols dan Shadily dalam Kamus Inggris-Indonesia simulation artinya pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya
menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah.
34
Dengan demikian simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu
peristiwa seolah-olah peristiwa yang sebenarnya. Manfaat metode
33
Hasil observasi pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas X, pada hari selasa, 21 Mei 2014.
34
John M. Echols dan Hassan Shadly, an English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, Cet. 26, h. 527.
76
simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap topik, dan belajar siswa, serta meningkatkan keterlibatan langsung dan
partisispasi aktif siswa dalam belajar kognitif meliputi informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan membuat keputusan sehingga belajar
siswa lebih bermakna. Selain itu juga dapat meningkatkan afektif, atau sikap dan persepsi siswa terhadap isu yang berkembang di masyarakat.
Tujuannya untuk melatih keterampilan motorik maupun sosial yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam menghadapi
keadaaan yang sebenarnya. Metode ini diterapkan guru PAI dalam pembelajaran Fiqh pada materi pengelolaan wakaf.
Adapun pelaksanannya sebagai berikut:
35
a Kegiatan awal 1 Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan
mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama. 2 Guru menjelaskan secara singkat yang akan diajarkan dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar serta indikator yang akan dicapai.
3 Guru memberikan arahan tentang pelaksanaan wakaf kepada para siswa.
4 Guru dan siswa menuju Masjid Telaga Kahuripan sebagai tempat praktik berwakaf.
b Kegiatan inti 1 Guru menjelaskan kembali tata cara berwakaf dengan tanya
jawab kepada siswa dengan memberikan artikel wakaf dan siswa mencermati pemaparan yang disampaikan guru.
2 Secara bergantian siswa mempraktikkan tata cara berwakaf dengan ketentuan setiap siswa menyampaikan ikrar wakafnya
kepada nadzir di Masjid Raya Telaga Kahuripan.
35
Hasil wawancara dengan bapak Muchammad Furqon guru agama Islam kelas X, Bogor, 21 Mei 2014.
77
3 Saat siswa berikrar wakaf, siswa lainnya mengamati secara sungguh-sungguh dan membuat catatan dari hasil tentang
pengelolaan wakaf. 4 Secara perwakilan, beberapa siswa diminta untuk menyampaikan
kesan-kesannya setelah praktik berwakaf. 5 Guru menanyakan kembali tentang kendala-kendala dalam
pengelolaan wakaf yang ada di Masjid Raya Telaga Kahuripan. c Kegiatan penutup
1 Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan dari materi yang telah didapatkan dengan menyebutkan mekanisme tentang
ketentuan pengelolaan wakaf yang sudah dipelajari dengan benar sebagai penutup pembelajaran.
2 Guru melakukan refleksi tentang pengalaman belajar siswa. 3 Guru menutupmengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca
hamdalah dan mengucapkan salam.
36
f. EvaluasiPenilaian Pembelajaran
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di SMA madania diperlukan adanya penilaian pendidikan dengan cara:
1 Penilaian proses belajar dilakukan setiap pertemuan untuk semua mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam segi kognitif, afektif dan
psikomotorik. 2 Penilaian hasil belajar dilakukan dengan:
a Ulangan harian setiap akhir materi pembelajaran sebanyak dua kali dalam satu semester formative test
b Ulangan mid dan akhir semester UTS dan UAS c Pembuatan project minimal satu kali dalam satu semester
d Refleksi diri melalui guru dan siswa setiap akhir pembelajaran.
36
Dokumentasi pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas X, Masjid Telaga Kahuripan Bogor.
78
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Strategi Active
Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI di SMA Madania Bogor
a. Faktor Pendukung
Keberlangsungan strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania peneliti amati masih dalam upaya untuk lebih baik lagi ke
depannya. Jika di lihat segi hasil yang telah dicapai selama ini maka dapat dikatakan bahwa penerapan active learning sudah baik dan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran aktif. Namun dalam pengamatan peneliti ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan strategi active learning
dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor diantaranya adalah: 1 Guru
Profesionalitas guru merupakan salah satu menunjang keberhasilan penerapan strategi active learning di SMA Madania Bogor.
Profesionalitas ini terwujud dalam penyusunan skenario pembelajaran yang guru lakukan serta pemilihan metode yang bisa melibatkan siswa
secara aktif. Karena dengan pemilihan metode yang tepat tentunya tujuan pembelajaran akan mudah dicapai.
2 Sarana dan Prasarana Komponen ini meliputi gedung, ruang belajar dan media
pembelajaran yang dimiliki sekolah. Masing-masing komponen tersebut akan saling mempengaruhi dan mendukung tercapainya strategi active
learning di SMA Madania Bogor.
b. Faktor Penghambat
Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania antara lain:
1 Guru Dalam menerapkan strategi active learning faktor yang
mempengaruhi adalah persiapan guru. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Abdulloh, S.Ag. koordinator mata pelajaran PAI mengatakan bahwa:
ketika guru tidak siap maka active learning itu tidak akan berjalan.
79
Jadi dalam menerapkan active learning itu butuh perencanaan yang matang dari awal. Sehingga di sekolah Madania ada pertemuan setiap
minggu untuk membantu guru mempersiapkan dan merencanakan agar kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
37
2 Siswa Dalam kegiatan pembelajaran siswa mempunyai latar belakang
yang berbeda-beda, seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing-masing
berbeda setiap siswa. Makin tinggi kemajemukan masyarakat makin besar pula perbedaan atau variasi yang muncul di dalam kelas. Hal ini
akan memicu tenaga dan pikiran yang ekstra dari guru untuk menanganinya.
Kurangnya motivasi diri dari siswa itu juga menjadi salah satu penghambat active learning. Ada beberapa siswa yang bisa
mengadaptasi sistem pembelajaran aktif dan ada juga beberapa siswa yang hanya menjadi pendengar yang baik. Seperti yang diungkapkan
oleh Pak Rizka bahwa keaktifan siswa itu ketika proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh latar belakang jurusan. Misalnya kemampuan
anak-anak sosial dalam mengeksplor kemampuan berbicara untuk membahas suatu topik itu terkadang melebihi anak-anak yang dari
sains. Hal ini dikarenakan anak-anak sains lebih kepada mengeksplor data kemudian eksplorasi bahan
–bahan bacaan itu di anak-anak sosial. Sehingga ketika terjadi perdebatan anak-anak sosial sangat
mengagumkan ternyata alur logika yang lebih dipakai untuk mengeksplor dan menghubungkan beberapa variabel kemudian
dijadikan sebagai kesimpulan. Sementara anak-anak sains dengan cara langsung kepada intinya atau street to the poin ketika mencari sebuah
37
Hasil wawancara dengan bapak Abdulloh koordinator guru agama Islam, Bogor, 21 Mei 2014.
80
alternatif jawaban. Sehingga disini guru berperan untuk memotivasi siswa agar mereka terlibat dalam setiap pembelajaran yang ada.
38
Dari uraian tentang faktor pendukung maupun penghambat peneliti berpendapat bahwa strategi active learning sangat efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran PAI. Hal ini dikarenakan dengan penerapan strategi ini siswa bisa mempunyai pengalaman belajar, siswa
juga memahami dan menguasai materi dengan cepat karena pemilihan metode yang dilakukan oleh guru memberi kesempatan dan peluang
bagi siswa untuk belajar sambil melakukan. Sehingga dari hasil pengalaman belajar itulah kemudian siswa belajar untuk menyerap
pengetahuan dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah mereka lakukan.
C. Analisis Data
Dari hasil deskripsi data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi terkait dengan implementasi strategi active learning dalam
pembelajaran PAI dapat dianalisis sebagai berikut: Active learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memiliki
sejumlah cara atau metode untuk dapat mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Active learning sebagai strategi pembelajaran yang tidak hanya
menekankan keaktifan dari segi fisik melainkan juga dari segi mental. Active learning juga tidak hanya sebatas pembelajaran yang hanya melihat pengaturan
tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan intensitas keterlibatan siswa dalam belajar.
Dalam active learning tampak jelas adanya guru yang aktif mengajar di satu pihak dan siswa yang aktif belajar di pihak lain. Dalam hal ini aktivitas
siswa merupakan faktor yang dominan dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Konsep ini
bersumber pada teori Ilmu Jiwa Gestalt bahwa “belajar itu terjadi jika ada
38
Hasil wawancara dengan bapak Rahmat Rizqa selaku guru agama Islam kelas XI, Bogor, 21 Mei 2014.