Metoda desain geser-friksi .1 Geser-friksi .1

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 99 dari 255 ,min

0, 42

c cp yt t h y y f A f A A p f s f           11-24 dimana A t s tidak boleh diambil kurang dari 0,175b w f yt ; f yt merujuk pada tulangan torsi transversal tertutup, dan f y rmerujuk pada tulangan longitudinal. 11.5.6 Spasi tulangan torsi 11.5.6.1 Spasi tulangan torsi transversal tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari p h 8 atau 300 mm. 11.5.6.2 Tulangan longitudinal yang diperlukan untuk torsi harus didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi maksimum 300 mm. Batang tulangan longitudinal atau tendon harus berada di dalam sengkang. Pada setiap sudut sengkang harus ada paling sedikit satu batang tulangan longitudinal atau tendon. Batang tulangan longitudinal harus mempunyai diameter paling sedikit 0,042 kali spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari 10 mm. 11.5.6.3 Tulangan torsi harus disediakan untuk jarak paling sedikit b t + d melebihi titik yang diperlukan oleh analisis.

11.5.7 Desain alternatif untuk torsi

Untuk desain torsi penampang solid dalam lingkup Standar ini dengan rasio aspek, hb t , sebesar 3 atau lebih besar, diizinkan untuk menggunakan prosedur yang lain, kecukupannya telah ditunjukkan oleh analisis dan kecocokan yang baik dengan hasil uji yang komprehensif. Bagian 11.5.4 dan 11.5.6 harus berlaku. 11.6 Geser-friksi 11.6.1 Ketentuan 11.6 diterapkan bilamana sesuai untuk meninjau penyaluran geser melintasi bidang yang ditinjau, seperti: retak yang ada atau potensial, bidang kontak antara bahan-bahan yang berlainan, atau bidang kontak antara dua beton yang dicor pada waktu yang berbeda. 11.6.2 Desain penampang yang dikenai penyaluran geser seperti dijelaskan dalam 11.6.1 harus berdasarkan pada Pers. 11-1, dimana V n dihitung sesuai dengan ketentuan 11.6.3 atau 11.6.4. 11.6.3 Retak harus diasumsikan terjadi sepanjang bidang geser yang ditinjau Gambar S11.6.4. Luas tulangan geser-friksi perlu A vf melintasi bidang geser harus didesain menggunakan apakah 11.6.4 atau semua metoda desain penyaluran geser lainnya yang menghasilkan perkiraan kekuatan dalam kesesuaian yang baik dengan hasil pengujian yang komprehensif. 11.6.3.1 Ketentuan 11.6.5 hingga 11.6.10 berlaku untuk semua perhitungan kekuatan penyaluran geser. 11.6.4 Metoda desain geser-friksi 11.6.4.1 Bila tulangan geser-friksi tegak lurus terhadap bidang geser, maka V n harus dihitung dengan “Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 100 dari 255 n vf y V A f   11-25 dimana  adalah koefisien friksi sesuai dengan 11.6.4.3. 11.6.4.2 Bila tulangan geser-friksi miring terhadap bidang geser, sehingga gaya geser menghasilkan tarik pada tulangan geser-friksi, maka V n harus dihitung dengan   sin cos n vf y V A f      11-26 dimana  adalah sudut antara tulangan geser-friksi dan bidang geser Gambar S11.6.4. 11.6.4.3 Koefisien friksi  dalam Pers. 11-25 dan Pers. 11-26 harus diambil sebagai: Beton yang dicor monolit ................................................................................................... 1,4  Beton yang dicor pada beton yang mengeras dengan permukaan yang sengaja dikasarkan seperti ditentukan dalam 11.6.9 ...................................................................... 1,0  Beton yang dicor pada beton yang mengeras yang tidak secara sengaja dikasarkan ...... 0,6  Beton yang diangkur pada baja struktur gilas as-rolled dengan stud berkepala atau dengan batang tulanganlihat 11.6.10 .............................................................................. 0,7  dimana  = 1,0 untuk beton berat normal dan 0,75 untuk beton ringan semua. Selain itu,  harus ditentukan berdasarkan pada proporsi volume agregat ringan dan berat normal seperti yang ditetapkan dalam 8.6.1, tetapi tidak boleh melebihi 0,85. 11.6.5 Untuk beton berat normal apakah dicor monolit ataupun dicorpada beton yang mengeras dengan permukaan yang sengaja dikasarkan seperti yang ditetapkan dalam 11.6.9, V n tidak boleh melebihi 0,2 c c f A  ,   3,3 0,08 c c f A   dan 11 c A , dimana A c adalah luas penampang beton yang menahan penyaluran geser. Untuk semua kasus lainnya, V n tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari 0,2 c c f A  atau 5,5A c . Bila beton dengan kekuatan yang berbeda dicor terhadap satu sama lain, nilai c f yang digunakan untuk mengevaluasi V n haruslah yang dari beton dengan kekuatan yang lebih rendah. 11.6.6 Nilai y f yang digunakan untuk desain tulangan geser-friksi tidak boleh melebihi 420 MPa. 11.6.7 Tarik neto sepanjang bidang geser harus ditahan oleh tulangan tambahan. Tekan Gambar S11.6.4 - Tulangan geser-friksi pada sudut untuk retak asumsi. “Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 101 dari 255 neto permanen sepanjang bidang geser boleh diambil sebagai tambahan pada vf y A f , gaya pada tulangan geser-friksi, pada saat menghitung A vf perlu. 11.6.8 Tulangan geser-friksi harus ditempatkan setepat mungkin di sepanjang bidang geser dan harus diangkurkan untuk mengembangkan y f pada kedua sisinya dengan penanaman, kait, atau pengelasan pada perangkat khusus. 11.6.9 Untuk tujuan 11.6, bila beton dicor terhadap beton yang telah mengeras sebelumnya, maka bidang kontak untuk penyaluran geser harus bersih dan bebas dari cairan kapur semen laitance. Jika  dianggap sama dengan 1,0  , maka bidang kontak harus dikasarkan hingga mencapai amplitudo penuh sebesar kira-kira 6 mm. 11.6.10 Bila geser disalurkan antara baja struktur gilas as-rolled dan beton menggunakan stud berkepala atau batang tulangan las, maka baja harus bersih dan bebas cat.

11.7 Balok tinggi