Sambungan tulangan kawat ulir las dalam kondisi tarik .1 Sambungan tulangan kawat polos las dalam kondisi tarik .1

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 125 dari 255 kolom. 12.17.2 Sambungan lewatan pada kolom 12.17.2.1 Bila tegangan batang tulangan akibat beban terfaktor adalah tekan, sambungan lewatan harus memenuhi 12.16.1, 12.16.2, dan, bilamana sesuai, memenuhi 12.17.2.4 atau 12.17.2.5. 12.17.2.2 Bila tegangan batang tulangan akibat beban terfaktor adalah tarik dan tidak melebihi 0,5f y dalam kondisi tarik, sambungan lewatan harus merupakan sambungan lewatan tarik Kelas B jika lebih dari setengah batang-batang tulangan disambung pada suatu irisan penampang, atau sambungan lewatan tarik Kelas A jika setengah atau kurang batang- batang tulangan disambung pada suatu irisan penampang dan sambungan lewatan seling diselang-seling dengan  d . 12.17.2.3 Bila tegangan batang tulangan akibat beban terfaktor lebih dari 0,5f y dalam kondisi tarik, sambungan lewatan harus merupakan sambungan lewatan tarik Kelas B. 12.17.2.4 Pada komponen struktur tekan bertulangan pengikat, dimana pengikat sepanjang panjang sambungan lewatan memiliki luas efektif tidak kurang dari 0,0015hs dalam kedua arah, panjang sambungan lewatan diizinkan untuk dikalikan dengan 0,83, tetapi panjang lewatan tidak boleh kurang dari 300 mm. Kaki pengikat yang tegak lurus terhadap dimensi h harus digunakan dalam menentukan luas efektif. 12.17.2.5 Pada komponen struktur tekan bertulangan spiral, panjang sambungan lewatan batang tulangan dalam spiral diizinkan untuk dikalikan dengan 0,75, tetapi panjang lewatan tidak boleh kurang dari 300 mm.

12.17.3 Sambungan mekanis atau las pada kolom

Sambungan mekanis atau las pada kolom harus memenuhi persyaratan 12.14.3.2 atau 12.14.3.4.

12.17.4 Sambungan tumpuan ujung pada kolom

Sambungan tumpuan ujung yang memenuhi 12.16.4 diizinkan untuk digunakan untuk batang tulangan kolom yang tertegang dalam kondisi tekan asalkan sambungan diseling atau batang tulangan tambahan disediakan pada lokasi sambungan. Batang tulangan menerus pada setiap muka kolom harus mempunyai kekuatan tarik, berdasarkan pada f y , tidak kurang dari 0,25f y kali luas tulangan vertikal pada muka tersebut. 12.18 Sambungan tulangan kawat ulir las dalam kondisi tarik 12.18.1 Panjang lewatan minimum tulangan kawat ulir las yang diukur antara ujung masing- masing lembar tulangan tidak boleh kurang dari yang lebih besar dari 1,3  d dan 200 mm, dan daerah lewatan overlap yang diukur antara kawat silang terluar masing-masing lembar tulangan tidak boleh kurang dari 50 mm, dimana  d dihitung sesuai dengan 12.7 untuk mengembangkan f y Gambar S12.18a. 12.18.2 Sambungan lewatan tulangan kawat ulir las, tanpa kawat silang dalam panjang sambungan lewatan, harus ditentukan seperti untuk kawat ulir Gambar S12.18b. 12.18.3 Bila suatu kawat polos, atau kawat ulir lebih besar dari D-16, terdapat pada tulangan kawat ulir las dalam arah sambungan lewatan atau bila tulangan kawat ulir las disambung lewatkan ke tulangan kawat polos las, tulangan tersebut harus disambung “Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 126 dari 255 lewatkan sesuai dengan 12.19. 12.19 Sambungan tulangan kawat polos las dalam kondisi tarik 12.19.1 Panjang minimum lewatan untuk sambungan lewatan tulangan kawat polos las harus sesuai dengan 12.19.1.1 dan 12.19.1.2. 12.19.1.1 Bila A s yang disediakan kurang dari dua kali yang diperlukan oleh analisis di lokasi sambungan, panjang daerah lewatan overlap yang diukur antara kawat silang terluar dari masing-masing lembar tulangan tidak boleh kurang dari yang terbesar dari satu spasi kawat silang ditambah 50 mm, 1,5  d , dan 150 mm, dimana  d dihitung sesuai dengan 12.8 untuk mengembangkan f y Gambar S12.19a. 12.19.1.2 Bila A s yang disediakan paling sedikit dua kali yang disyaratkan oleh analisis di lokasi sambungan, panjang daerah lewatan overlap yang diukur antara kawat silang terluar dari masing-masing lembar tulangan tidak boleh kurang dari yang lebih besar dari 1,5  d , dan 50 mm, dimana  d dihitung sesuai dengan 12.8 untuk mengembangkan f y Gambar S12.19b. Gambar S12.18 - Sambungan lewatan tulangan kawat ulir las 1,3  d  200 mm Min. 50 mm a Subpasal 12.8.1 b Subpasal 12.8.2 Sama seperti kawat ulir “Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 127 dari 255 Gambar S12.19 - Sambungan lewatan tulangan kawat las polos a Subpasal 12.9.1 b Subpasal 12.9.2 A s terpasangA s perlu 2 A s terpasangA s perlu  2 1,5  d  150 mm 1,5  d  50 mm Min. 50 mm “Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 2847:2013 © BSN 2013 128 dari 255 13 Sistem slab dua arah 13.1 Lingkup 13.1.1 Ketentuan Pasal 13 berlaku untuk desain sistem slab yang ditulangi untuk lentur dalam lebih dari satu arah, dengan atau tanpa balok di antara tumpuannya. 13.1.2 Untuk sistem slab yang ditumpu oleh kolom atau dinding, dimensi c 1 , c 2 , dan  n harus didasarkan pada luas tumpuan efektif yang didefinisikan oleh perpotongan permukaan bawah slab, atau panel drop drop panel atau penutup geser shear cap bila ada, dengan kerucut lingkaran tegak lurus, piramida tegak lurus, atau baji miring tapered wedge terbesar yang permukaannya berada dalam kolom dan kapital capital atau brakit dan diorientasikan tidak lebih besar dari 45 derajat terhadap sumbu kolom. 13.1.3 Slab solid dan slab dengan cekungan-cekungan kecil recessed atau kantung- kantung pockets yang dibuat dengan menggunakan pengisi permanen atau yang dapat dilepas antara rusuk-rusuk atau balok-balok jois dalam dua arah disertakan dalam lingkup Pasal 13. 13.1.4 Tebal minimum slab yang didesain sesuai dengan Pasal 13 harus seperti yang disyaratkan oleh 9.5.3. 13.2 Umum 13.2.1