“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 2847:2013
© BSN 2013 3 dari 255
1.3
Inspeksi 1.3.1 Konstruksi beton harus diinspeksi sebagaimana disyaratkan oleh tata cara bangunan
gedung umum yang diadopsi secara legal. Dengan ketidaktersediaan persyaratan inspeksi tersebut, konstruksi beton harus diinspeksi sepanjang berbagai tahap pekerjaan oleh atau di
bawah pengawasan insinyur profesional bersertifikat atau oleh inspektor yang berkualifikasi. 1.3.2 Inspektor harus mensyaratkan kesesuaian dengan dokumen kontrak. Kecuali jika
ditetapkan dalam tata cara bangunan gedung umum yang diadopsi secara legal, catatan inspeksi harus menyertakan:
a Laporan pengiriman, pengecoran, dan pengujian yang mencatat kuantitas, lokasi pengecoran, pengujian beton segar, kekuatan, dan pengujian lain semua kelas campuran
beton;
b Konstruksi dan pembongkaran cetakan dan perancah; c Penempatan tulangan dan angkur;
d Pencampuran, pengecoran, dan perawatan beton; e Urutan ereksi dan sambungan komponen struktur pracetak;
f Penarikan tendon;
g Sembarang pembebanan konstruksi yang signifikan pada lantai, komponen struktur atau dinding yang telah selesai;
h Kemajuan pekerjaan secara umum. 1.3.3 Bila suhu lingkungan jatuh dibawah 4
C atau meningkat diatas 35 C catatan suhu beton dan perlindungan yang diberikan pada beton selama pengecoran dan perawatan harus
disimpan. 1.3.4 Catatan inspeksi yang disyaratkan dalam 1.3.2 dan 1.3.3 harus disimpan oleh
insinyur atau arsitek yang menginspeksi selama paling sedikit 2 tahun setelah selesainya proyek.
1.3.5 Untuk rangka momen khusus yang didesain sesuai dengan Pasal 21, inspeksi secara menerus terhadap pemasangan tulangan dan pengecoran beton harus dilakukan oleh
inspektor yang berkualifikasi. Inspektor harus dibawah pengawasan insinyur profesional bersertifikat yang bertanggungjawab untuk desain struktur atau dibawah pengawasan
insinyur profesional bersertifikat dengan kemampuan yang sudah didemonstrasikan untuk inspeksi pengawasan konstruksi rangka momen khusus.
1.4 Persetujuan sistem khusus untuk desain atau konstruksi
Pengusul semua sistem desain atau konstruksi dalam lingkup Standar ini, yang kelayakannya telah ditunjukkan oleh pemakaian yang sukses atau oleh analisis atau
pengujian, tetapi yang tidak sesuai dengan atau tidak dimuat oleh Standar ini, mempunyai hak untuk menyajikan data dimana desainnya berdasarkan pada instansi tata bangunan atau
pada lembaga pemeriksa yang ditunjuk oleh instansi tata bangunan. Lembaga ini harus dibentuk dari insinyur profesional bersertifikat dan harus mempunyai kewenangan untuk
memeriksa data yang diserahkan, meminta pengujian, dan merumuskan ketentuan yang mengatur desain dan konstruksi sistem tersebut untuk memenuhi tujuan Standar ini.
Ketentuan ini, bila disetujui oleh instansi tata bangunan dan diumumkan, akan mempunyai kekuatan dan pengaruh yang sama seperti ketentuan Standar ini.
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 2847:2013
© BSN 2013 4 dari 255
2 Notasi dan definisi 2.1 Notasi
Istilah dalam daftar ini digunakan dalam Standar ini.
a
= tinggi blok tegangan persegi ekivalen seperti didefinisikan dalam 10.2.7.1, mm, Pasal 10
a
v
= bentang geser, sama dengan jarak dari pusat beban terpusat ke baik: a muka tumpuan untuk komponen struktur menerus atau kantilever, atau b pusat tumpuan
untuk komponen struktur tertumpu sederhana, mm, Pasal 11, Lampiran A
A
b
= luas setiap batang atau kawat individu, mm
2
, Pasal 10, 12
A
brg
= luas tumpuan neto dari kepala stud, baut angkur, atau batang ulir berkepala, mm
2
, Pasal 12, Lampiran D
A
c
= luas penampang beton yang menahan transfer geser, mm
2
, Pasal 11, 21
A
cf
= luas penampang bruto setrip slab-balok yang lebih besar dari dua rangka ekivalen saling tegak lurus yang berpotongan pada kolom dari pelat dua arah, mm
2
, Pasal 18
A
ch
= luas penampang komponen struktur yang diukur sampai tepi luar tulangan transversal, mm
2
, Pasal 10, 21
A
cp
= luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm
2
, lihat 11.5.1, Pasal 11
A
cs
= luas penampang pada salah satu ujung strat strut dalam model strat-dan-pengikat
strut-and-tie, diambil tegak lurus terhadap sumbu strat, mm
2
, Lampiran A
A
ct
= luas bagian penampang antara muka tarik lentur dan pusat gravitasi penampang bruto, mm
2
, Pasal 18
A
cv
= luas bruto penampang beton yang dibatasi oleh tebal badan dan panjang penampang dalam arah gaya geser yang ditinjau, mm
2
, Pasal 21
A
cw
= luas penampang beton pilar individu, segmen dinding horisontal, atau balok kopel yang menahan geser, mm
2
, Pasal 21
A
f
= luas tulangan dalam brakit bracket atau korbel yang menahan momen terfaktor,
mm
2
, lihat 11.8, Pasal 11
A
g
= luas bruto penampang beton, mm
2
. Untuk penampang berlubang, A
g
adalah luas
beton saja dan tidak termasuk luas lubang, lihat 11.5.1, Pasal 9-11, 14-16, 21, 22, Lampiran B, C
A
h
= luas total tulangan geser paralel terhadap tulangan tarik utama dalam korbel atau brakit
bracket, mm
2
, lihat 11.8, Pasal 11
A
j
= luas penampang efektif pada joint di bidang yang paralel terhadap bidang tulangan yang menimbulkan geser dalam joint, mm
2
, lihat 21.7.4.1, Pasal 21
A
= luas total tulangan longitudinal untuk menahan torsi, mm
2
, Pasal 11
,min
A
= luas minimum tulangan longitudinal untuk menahan torsi, mm
2
, lihat 11.5.5.3, Pasal 11
Na
A
= luas pengaruh terproyeksi dari angkur atau kelompok angkur dengan lekatan, untuk
perhitungan kekuatan lekatan tarik, mm
2
, lihat D.5.5.1, Lampiran D
Nao
A
= luas pengaruh terproyeksi dari angkur tunggal dengan lekatan, untuk perhitungan
kekuatan lekatan tarik jika tidak dibatasi oleh jarak tepi atau spasi, mm
2
, lihat D.5.5.1, Lampiran D
A
nc
= luas kegagalan beton terproyeksi dari angkur tunggal atau kelompok angkur, untuk perhitungan kekuatan tarik, mm
2
, lihat D.5.2.1, Lampiran D
A
nco
= luas kegagalan beton terproyeksi dari angkur tunggal, untuk perhitungan kekuatan tarik jika tidak dibatasi oleh jarak tepi atau spasi, mm
2
, lihat D.5.2.1, Lampiran D
A
n
= luas tulangan dalam brakit bracket atau korbel yang menahan gaya tarik
uc
N
, mm
2
, lihat 11.8, Pasal 11
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 2847:2013
© BSN 2013 5 dari 255
A
nz
= luas muka daerah nodal nodal atau penampang melalui daerah nodal, mm
2
, Lampiran A
A
o
= luas bruto yang dilingkupi oleh jalur alir geser, mm
2
, Pasal 11
A
oh
= luas yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi transversal tertutup terluar, mm
2
, Lampiran 11
A
ps
= luas baja prategang dalam daerah tarik lentur, mm
2
, Pasal 18, Lampiran B
A
s
= luas tulangan tarik longitudinal non-prategang, mm
2
, Pasal 10-12, 14, 15, 18, Lampiran B
s
A
= luas tulangan tekan, mm
2
, Lampiran A
sc
A
= luas tulangan tarik utama dalam korbel atau brakit
bracket, mm
2
, lihat 11.8.3.5, Pasal 11
, se N
A
= luas penampang efektif angkur dalam kondisi tarik, mm
2
, Lampiran D
, se V
A
= luas penampang efektif angkur dalam kondisi geser, mm
2
, Lampiran D
sh
A
= luas penampang total tulangan transversal termasuk kait silang dalam spasi
s
dan tegak lurus terhadap dimensi b
c
, mm
2
, Pasal 21
si
A
= luas total tulangan permukaan dengan spasi s
i
dalam lapisan ke yang melintasi strat, dengan tulangan dengan sudut
i
terhadap sumbu strat, mm
2
, Lampiran A
,min s
A
= luas minimum tulangan lentur, mm
2
, lihat 10.5, Pasal 10
st
A
= luas total tulangan longitudinal non-prategang batang tulangan atau profil baja, mm
2
, Pasal 10, 21
sx
A
= luas profil baja struktur, pipa, atau tabung dalam penampang komposit, mm
2
, Pasal 10
t
A
= luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan torsi dalam spasi s , mm
2
, Pasal 11
tp
A
= luas baja prategang dalam suatu ikatan, mm
2
, Lampiran A
tr
A
= luas penampang total semua tulangan transversal dalam spasi s yang melintasi
bidang potensial pembelahan melalui tulangan yang disalurkan, mm
2
, Pasal 12
ts
A
= luas tulangan non-prategang dalam suatu ikatan, mm
2
, Lampiran A
v
A
= luas tulangan geser berspasi s , mm
2
, Pasal 11, 17
vc
A
= luas kegagalan beton terproyeksi dari angkur tunggal atau kelompok angkur, untuk
perhitungan kekuatan geser, mm
2
, lihat D.6.2.1, Lampiran D
vco
A
= luas kegagalan beton terproyeksi dari angkur tunggal, untuk perhitungan kekuatan
geser, jika tidak dibatasi oleh pengaruh sudut, spasi, atau tebal komponen struktur, mm
2
, lihat D.6.2.1, Lampiran D
vd
A
= luas total tulangan dalam setiap kelompok batang tulangan diagonal dalam balok
kopel bertulangan diagonal, mm
2
, Pasal 21
vf
A
= luas tulangan geser-friksi, mm
2
, Pasal 11, 21
vh
A
= luas tulangan geser yang paralel terhadap tulangan tarik lentur dalam spasi s
2
, mm
2
, Pasal 11
,min v
A
= luas minimum tulangan geser dalam spasi s, mm
2
, lihat 11.4.6.3 dan 11.4.6.4, Pasal 11
1
A
= luas yang dibebani, mm
2
, Pasal 10, 22
2
A
= luas dasar bawah piramida, kerucut, atau limas tapered wedge terpancung yang
mempunyai luas atas
1
A
, dan mempunyai sisi miring dengan rasio vertikal terhadap horisontal 1 : 2, mm
2
.
2
A
harus termuat seluruhnya di dalam tumpuan, Pasal 10, 22
b = lebar muka tekan komponen struktur, mm, Pasal 10, Lampiran B
b
c
= dimensi penampang inti komponen struktur yang diukur ke tepi luar tulangan
transversal yang membentuk luas A
sh
, mm, Pasal 21
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 2847:2013
© BSN 2013 6 dari 255
b
o
= keliling penampang kritis untuk geser pada slab dan fondasi tapak footings, mm,
lihat 11.11.1.2, Pasal 11, 22
b
s
= lebar strat, mm, Lampiran A
b
t
= lebar bagian penampang yang mengandung sengkang tertutup yang menahan torsi, mm, Pasal 11
b
v
= lebar penampang pada permukaan kontak yang diperiksa untuk geser horisontal, mm, Pasal 17
b
w
= lebar badan web, tebal dinding, atau diameter penampang lingkaran, mm, Pasal
10-12, 21, 22, Lampiran B
b
1
= dimensi penampang kritis b
o
yang diukur dalam arah bentang dimana momen
ditentukan, mm, Pasal 13
b
2
= dimensi penampang kritis b
o
yang diukur dalam arah tegak lurus terhadap b
1
, mm, Pasal 13
B
n
= kekuatan tumpuan nominal, N, Pasal 22
B
u
= beban tumpuan terfaktor, N, Pasal 22
c = jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral, mm, Pasal 9, 10, 14, 21
c
ac
= jarak tepi kritis yang disyaratkan untuk menyalurkan kekuatan dasar yang dikendalikan oleh jebolnya
breakout atau lekatan beton dari angkur pasca pasang dalam kondisi tarik dalam beton yang tak retak tanpa tulangan pelengkap untuk
mengendalikan pembelahan, mm, lihat D.8.6, Lampiran D
c
a,max