Risiko Kebijakan Agen Tunggal Pemegang Merek

68

2. Risiko Kebijakan Agen Tunggal Pemegang Merek

Sebagai diler Toyota, kegiatan usaha dari grup otomotif Perseroan dipengaruhi oleh kebijakan dari ATPM terkait penentuan harga, pasokan, kebijakan distribusi, perdagangan, pemasaran, dan perpanjangan kontrak kedilerannya. Jika ATPM menaikkan harga penjualan untuk kendaraan dan suku cadang yang dijual oleh Perseroan atau memberlakukan perubahan kebijakan yang merugikan pada harga penjualan tersebut, volume penjualan akan menurun. Di sisi lain, harga perolehan kendaraan dan suku cadang dari ATPM berluktuasi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi pasar, harga bahan baku, dan biaya pengiriman. Mengingat bahwa sebagian pasokan kendaraan dan suku cadang tersebut diimpor oleh ATPM dari Jepang, harga perolehan tersebut juga dipengaruhi luktuasi nilai tukar mata uang. Jika ATPM meningkatkan harga perolehan kendaraan dan suku cadang, beban pokok pendapatan dapat meningkat dan marjin dari penjualan kendaraan dan suku cadang dapat berkurang. Grup otomotif Perseroan bergantung sepenuhnya pada pasokan kendaraan dan suku cadang asli merek Toyota dari ATPM. Setiap awal tahun, grup otomotif Perseroan memberikan indikasi proyeksi penjualan selama satu tahun ke depan kepada ATPM yang digunakan sebagai dasar penentuan jumlah pasokan untuk tahun tersebut. Adapun proyeksi ini akan ditinjau dan direvisi setiap akhir bulan oleh grup otomotif Perseroan dan ATPM untuk mengantisipasi perubahan permintaan pasar. Apabila pasokan kendaraan yang diinginkan oleh konsumen tidak tersedia, konsumen dapat memesan kendaraan beserta warna yang diinginkan dengan sistem indent selama satu sampai tiga bulan. Grup otomotif Perseroan tidak dapat menjamin bahwa kendaraan yang dipesan akan tiba tepat waktu karena sebagian pasokan diimpor dari Jepang. Sehubungan dengan kebijakan distribusi, jika ATPM memutuskan untuk membuat jalur distribusi langsung, yaitu penyaluran kendaraan langsung dari ATPM ke sub-diler tanpa melewati diler Perseroan, daerah penjualan kendaraan dan pelayanan purna jual grup otomotif Perseroan menjadi lebih sempit. Selain itu, perjanjian kedileran dengan ATPM yang dimiliki grup otomotif Perseroan berlaku untuk periode 3 tahunan dan dapat diperpanjang. Meskipun selama 45 tahun terakhir grup otomotif Perseroan mampu memperoleh perpanjangan atas perjanjian tersebut, risiko kehilangan izin kedilerannya tersebut tetap dihadapi oleh grup otomotif Perseroan karena ATPM memiliki hak dan wewenang untuk mengakhiri perjanjian tersebut dalam kondisi tertentu. Kebijakan-kebijakan ATPM tersebut dapat memberikan dampak negatif pada pendapatan, kegiatan usaha, kondisi keuangan, dan prospek grup otomotif Perseroan.

3. Risiko Konsentrasi Wilayah Penjualan