KEBIJAKAN PEMERINTAH MANAJEMEN RISIKO

65 Imbal Hasil Ekuitas Return on EquityROE Uraian 30 September 31 Desember 2016 2015 2014 2013 ROE 12,9 10,2 13,4 23,1 Imbal hasil ekuitas adalah kemampuan Perseroan dalam menghasilkan laba tahun berjalan dari ekuitas yang dimiliki yang dapat dihitung dari perbandingan antara laba tahun berjalan dengan jumlah ekuitas. Imbal hasil ekuitas Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015, 2014, dan 2013 masing- masing sebesar 12,9; 10,2; 13,4; dan 23,1.

4. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kebijakan pemerintah seperti kebijakan iskal, moneter, pajak atau kebijakan lain yang mempengaruhi kegiatan operasional Perseroan dan Entitas Anak adalah sebagai berikut: a. Kebijakan moneter seperti kenaikan tingkat suku bunga akan mempengaruhi jumlah pembiayaan baru yang diberikan serta biaya pendanaan grup pembiayaan Perseroan. b. Kebijakan iskal seperti pengurangan subsidi bahan bakar, peningkatan biaya registrasi kendaraan baru, pajak pemilikan kendaraan, serta pelonggaran uang muka down payment akan berdampak pada volume penjualan kendaraan bermotor. c. Kebijakan perijinan terkait pembukaan kantor cabang pembiayaan akan berdampak pada perluasan jaringan grup pembiayaan Perseroan. d. Kebijakan lain seperti kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan Low Cost Green Car LCGC akan berdampak pada volume penjualan kendaraan bermotor. e. Kebijakan pemerintah daerah Jawa Tengah seperti Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB yaitu 12,5 atau 2,5 lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di pulau Jawa akan berdampak pada volume penjualan kendaraan bermotor.

5. MANAJEMEN RISIKO

Dalam pengelolaan risiko, Perseroan melakukan kegiatannya berdasarkan Tata Kelola Perusahaan yang baik Good Corporate Governance dimana Perseroan telah memiliki Komisaris Independen, Direktur Independen, Sekretaris Perusahaan, Komite Audit, dan Unit Audit Internal. Dalam menghadapi risiko-risiko utama seperti yang dijelaskan dalam Bab VI mengenai risiko usaha, Perseroan menerapkan manajemen risiko untuk memitigasi risiko usaha yang dihadapi sebagai berikut: 1. Untuk menghadapi risiko persaingan usaha, Perseroan dari waktu ke waktu akan terus memberikan nilai lebih kepada konsumennya dengan menjamin kualitas dan layanan yang diberikan melalui sumber daya manusia andal dan terlatih. Selain itu, Perseroan memberikan fasilitas yang dapat meningkatkan kenyamanan konsumennya, seperti jaringan diler yang luas dan tersebar di lokasi-lokasi strategis, fasilitas bengkel berupa booking service, express maintenance, Toyota Home Service, bengkel keliling Dyna, dan car transporter, serta call center untuk kegiatan usaha pembiayaan yang tersentralisasi. 2. Untuk menghadapi risiko kebijakan ATPM, Perseroan senantiasa melakukan penelaahan secara seksama dalam proses perolehan perpanjangan atas perjanjian kedileran dengan ATPM dan menjaga komitmen yang telah disepakati. Lebih lanjut, terkait kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh ATPM, Perseroan berkomitmen untuk terus melakukan komunikasi yang baik dan aktif dengan ATPM. Dengan komunikasi tersebut, diharapkan Perseroan dapat menjaga hubungan yang erat dengan ATPM sehingga dapat senantiasa memperoleh perpanjangan atas perjanjian kedilerannya. 3. Untuk menghadapi risiko konsentrasi wilayah penjualan, Perseroan menerapkan strategi perluasan jaringan distribusinya dengan memaksimalkan pembukaan jaringan diler di lokasi-lokasi strategis di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Perseroan senantiasa mengidentiikasi lahan baru yang berlokasi strategis kemudian melakukan proses akuisisi lahan. 66 4. Untuk menghadapi risiko ketergantungan terhadap Entitas Anak, Perseroan secara berkesinambungan melakukan pengawasan terhadap kinerja operasional dan keuangan Entitas Anak, serta mengarahkan dan membantu Entitas Anak untuk berkembang. Perseroan memberikan bantuan kepada Entitas Anak melalui penyertaan modal, pemberian pinjaman, dan jasa manajemen. Jasa manajemen yang diberikan Perseroan mencakup penilaian atas kinerja Entitas Anak, penelaahan pengembangan usaha Entitas Anak, serta evaluasi atas rencana tahunan dan lima tahunan Entitas Anak. 5. Untuk menghadapi risiko ketergantungan pada pinjaman bank dan pembiayaan eksternal untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan usaha, Perseroan melakukan diversiikasi pendanaan melalui sejumlah instrumen, seperti pinjaman term loan, joint inancing , pinjaman sindikasi, pinjaman modal kerja, overdraft, dan ixed loan . Dengan diversiikasi ini, Perseroan dapat menjalankan usahanya dengan skema yang leksibel dan kompetitif. Di samping itu, Perseroan menjalin hubungan yang erat dengan perbankan dan sumber pendanaan lainnya untuk mempertahankan sumber pendanaan yang sudah ada. 6. Untuk menghadapi risiko pembiayaan, Perseroan menerapkan pemberian persetujuan kredit dengan prinsip kehati-hatian. Perseroan menganalisis calon nasabahnya secara menyeluruh dan memadai dari berbagai kriteria melalui sistem scoring. Begitupun dalam melakukan penagihan, Perseroan memiliki berbagai metode mulai dari pesan singkat, telepon ataupun kunjungan langsung berdasarkan suatu sistimatika yang akurat. Bila terjadi pengambilalihan atas kendaraan jaminan, maka selanjutnya Perseroan akan melakukan proses lelang terbuka guna melindungi hak- hak konsumen yang kendaraannya diambil alih. 7. Untuk menghadapi risiko operasional, Perseroan menerapkan kebijakan manajemen risiko yang prudent dengan adanya tim manajemen risiko. Perseroan juga secara terus-menerus mengkaji dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang secara spesiik mengatur manajemen risiko operasional yang secara mayoritas diimplementasikan ke dalam sistem informasi teknologi yang mutakhir. 8. Untuk menghadapi risiko kebijakan pemerintah, Perseroan senantiasa berupaya untuk melakukan peninjauan secara menyeluruh terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Untuk memperhatikan hal tersebut, Perseroan memiliki divisi legal yang kompeten yang selalu mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah khususnya di industri yang dijalani oleh Perseroan. 9. Untuk menghadapi risiko ekonomi, Perseroan dengan cermat dan bijaksana akan terus mengantisipasi perubahan-perubahan perekonomian dengan membuat kebijakan-kebijakan dan melakukan tindakan apabila diperlukan untuk perkembangan usahanya dan meminimalkan dampak dari kondisi eksternal yang tidak mendukung kegiatan usaha Perseroan. 67 VI. RISIKO USAHA Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perseroan dan Entitas Anak tidak terlepas dari berbagai risiko usaha. Pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dapat mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi kelangsungan usaha Perseroan dan Entitas Anak. Risiko-risiko yang diungkapkan dalam uraian berikut merupakan risiko-risiko yang material bagi Perseroan dan Entitas Anak serta telah dilakukan pembobotan berdasarkan dampak dari masing-masing risiko terhadap kinerja keuangan Perseroan dimulai dari risiko utama. Risiko Usaha Perseroan dan Entitas Anak 1. Risiko Persaingan Usaha Dalam menjalankan kegiatan usahanya, risiko utama yang dihadapi Perseroan dan Entitas Anak adalah persaingan usaha. Persaingan usaha yang dihadapi oleh Perseroan dan Entitas Anak dapat berasal dari diler, bengkel, serta perusahaan pembiayaan lainnya.

a. Kegiatan usaha otomotif

Diler yang menjadi pesaing dari grup otomotif Perseroan mencakup diler Toyota lainnya maupun dari diler kendaraan merek lain. Saat ini, grup otomotif Perseroan merupakan satu-satunya diler Toyota di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, kecuali Kudus dan Jepara. Namun demikian, calon pembeli dapat melakukan pembelian kendaraan Toyota di diler Toyota yang berada di kota lainnya untuk kemudian dibawa dan digunakan di Jawa Tengah atau DI Yogyakarta. Di samping itu, persaingan usaha juga berasal dari kendaraan merek lain, baik dari segi harga, keandalan, horse power , eisiensi bahan bakar, desain, maupun citra merek. Merek lain yang menjadi pesaing utama adalah kendaraan merek Honda. Sama halnya dengan Toyota, setiap tahun Honda mengeluarkan model kendaraan baru yang dapat menarik minat konsumen untuk memilih kendaraan model terbaru tersebut dibandingkan model yang sudah lebih lama beredar. Ketidakmampuan Toyota memperkenalkan kendaraan bermotor baru sesuai kebutuhan dan permintaan konsumen dapat berdampak negatif pada penjualan kendaraan. Selain itu, bengkel tidak resmi yang menyediakan layanan perbaikan dan pengecatan kendaraan serta menjual suku cadang asli maupun imitasi juga menjadi pesaing grup otomotif Perseroan. Bengkel tidak resmi tersebut menawarkan harga perbaikan dan suku cadang yang lebih murah dibandingkan bengkel resmi Toyota milik grup otomotif Perseroan sehingga konsumen dapat memilih untuk memperbaiki kendaraan mereka di bengkel tidak resmi.

b. Kegiatan usaha pembiayaan

Seiring dengan peningkatan permintaan akan kendaraan di Indonesia, sektor pembiayaan kendaraan menjadi menarik, sehingga berakibat pada bertambahnya jumlah pelaku usaha yang turut bergabung dan risiko persaingan usaha menjadi semakin meningkat. Grup pembiayaan Perseroan bersaing dengan perusahaan pembiayaan lainnya, termasuk institusi pembiayaan seperti bank yang menyediakan pembiayaan serupa, dalam hal penetapan harga dan kecepatan proses persetujuan. Pesaing tersebut dapat memiliki pengenalan merek, sumber inansial dan akses permodalan yang lebih baik dibandingkan grup pembiayaan Perseroan. Persaingan usaha yang dihadapi Perseroan dan Entitas Anak memiliki dampak negatif terhadap pendapatan, kegiatan usaha, kondisi keuangan, dan prospek. 68

2. Risiko Kebijakan Agen Tunggal Pemegang Merek